Hikayat keutamaan berbuat Baik
kepada Anak Yatim.
Antara Pembesar Muslim dan Saudagar
Majusi.
Oleh : donnieluthfiyy
Dikisahkan ada sekeluarga dari Bangsa Alawiyyin (Habaib)
yang Kaya, suatu hari Kepala keluarganya (Habib) meninggal dunia, maka tersisa
beberapa Alawiyah (Para Syarifah) yang terdiri dari Ibu (Armalah/Janda) dan
beberapa anak perempuannya (Yatim). Sepeninggal Kepala keluarganya tersebut
maka kehidupan Alawiyah tersebut kian hari kian terpuruk, sehingga mereka
memutuskan untuk meninggalkan kotanya karena khawatir akan menyusahkan penduduk
kota tersebut.
Kemudian sampailah para Alawiyah
tersebut di masjid sebuah Kota Majhur, mereka masuk kedalam masjid tersebut dan
menempatkan anak2 alawiyahnya di masjid sementara Ibunya pergi keluar untuk
mencara Pinjaman sekedar untuk membeli makanan Pokok untuk makan mereka hari
itu, maka sampailah Ibu Alawiyah tersebut di sebuah rumah Pembesar Muslim kota
tersebut yang kaya raya, selanjutnya Ibu Alawiyah tersebut menyampaikan maksud
dan tujuan serta menceritakan keadaan Ia dan anak2nya, namun Pembesar Muslim
tidak mempercayainya dan berkata : “Apa buktinya kalau ceritamu itu adalah
benar adanya ?, Si Ibu Alawiyah menjawab : “Aku adalah orang baru di
kota ini...!”, maka Pembesar Muslim itupun menolaknya dan meninggalkannya
di depan pintu rumahnya.
Ibu Alawiyah itu pun melanjutkan
perjalanannya untuk mencari pinjaman, maka sampailah Ia di depan rumah seorang
Saudagar kaya beragama Majusi seraya mengetuk pintu rumahnya, sesaat keluarlah
seorang lelaki Majusi menghampiri Ibu Alawiyah tersebut, selanjutnya Ibu
Alawiyah tersebut menyampaikan maksud tujuannya dan menceritakan keadaan Ia dan
anak-anaknya, Si Saudagar Majusi itupun langsung mempercayainya dan memerintahkan
kepada Istri-istrinya untuk menjemput anak-anak Alawiyah tersebut untuk tinggal
di rumahnya, maka Alawiyah itu pun merasa senang karena kebutuhannya tercukupi
dan di perlakukan dengan baik oleh keluarga Saudagar Majusi tersebut.
Kembali kepada Pembesar muslim yang menolak Alawiyah
tersebut.....
Menjelang malam hari Pembesar Muslim itu tertidur dan
bermimpi bahwa Kiamat telah tiba, kemudian Ia melihat kepada Rasulullah saw
yang bernaung di bawah Panji Kemuliaan Nabi saw (Liwa Al Hamdi), dan di sisinya
terlihat bangunan Istana besar yang megah dan Indah, si Laki-laki pembesar
Muslim tersebut menyangka bahwa Istana itu adalah di peruntukan untuk dirinya,
namun Rasulullah saw berkata kepadanya : “Tunjukan buktimu bahwa engkau
benar/Pantas..?”, seketika si Laki-laki Pembesar Muslim itupun kebingungan
dan Gelisah karena teringat bahwa pertanyaan yang Nabi saw tanyakan itu persis
seperti pertanyaan yang pernah ia tanyakan kepada seorang Alawiyah yang datang
ke rumahnya meminta bantuan, kemudian Pembesar Muslim itupun menceritakan kepada
Nabi saw tentang Kisah Alawiyah yang datang ke rumahnya. Seketika Ia terbangun
dari tidurnya dan merasakan penyesalan serta kesedihan karena ia telah di tolak
oleh Nabi saw. Tidak menunggu lama, maka Ia mencari keberadaan para Alawiyah
tersebut ke seluruh penjuru kota, sehingga ia mendapatkan petunjuk bahwa
Alawiyah tersebut berada di Rumah seorang Saudagar Majusi, kemudian datanglah
Pembesar Muslim tersebut kepada si Majusi, ia pun bertemu dengan Saudagar
Majusi tersebut dan berkata : “Aku lebih berhak untuk merawat Alawiyah itu
daripada engkau, aku akan berikan 1000 Dirham sebagai gantinya...?”,
kemudian Saudagar Majusi itu menjawab : “Tidak... Akulah yang berhak atas
Alawiyah tersebut!, jangan engkau bersikap sombong dengan ke islamanmu itu!”.
Pembesar muslim itu pun berusaha mengancam si saudagar Majusi tersebut, namun
sang Saudagar Majusi tetap mempertahankannya dan berkata : “Wahai saudaraku...
sesungguhnya apa yang kau lihat dalam mimpimu itu adalah sama dengan mimpiku,
hanya saja Rasulullah saw telah menerimaku dan memberikan Istana itu kepadakau
karena aku telah mau merawat dan memuliakan seorang Janda (Ibu Alawiyah) dan
beberapa anak yatim (Anak-anak Perempuan Alawiyah) yang bersamanya, dan sungguh
aku dan seluruh keluargaku telah memeluk Islam dengan berkah para Alawiyah
tersebut sebelum malam datang..”. kemudian pulanglah Pembesar muslim
tersebut dengan membawa Rasa penyesalan dan kesedihan yang begitu dalam yang
hanya Allah yang mengetahui penderitaannya itu.
Wallahu A’lam.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar dengan santun dan bersahaja, tidak boleh caci maki atau hujatan, gunakan argumen yang cerdas dan ilmiah