Jumat, 30 Juni 2017

Hakikat Para Awliya Allah swt pembawa Panji-panji Kebenaran yang Hakiki.



*Hakikat Para Awliya Allah swt pembawa Panji-panji Kebenaran yang Hakiki.*

Oleh : donnieluthfiyy

Kebenaran di zaman akhir ini adalah kebenaran yang Fatamorgana, sangat sulit membedakan mana yang nyata dan mana yang semu, kita tidak pernah tahu bagaimana karakter seseorang yang mempelajari dengan membaca dan mentakwil Al Qur’an dan Hadits menurut pemahamannya serta keinginannya, yang telah dipengaruhi oleh doktrin tertentu tanpa sanad dan sumber doktrin yang jelas, sedangkan apakah ada jaminan bahwasannya ia adalah orang-orang yang diberikan kewenangan Allah swt untuk melihat kebenaran tersebut, dengan dibersihkannya hati dan akalnya dari perkara-perkara hina dan penyakit-penyakit ruhaninya oleh Allah swt ?, dan bahwasannya setiap manusia memiliki sakit kejiwaan pada dirinya, yang jika ia tidak menyadarinya maka bertambah parahlah sakitnya itu.

sebuah tulisan bisa saja di maknai dengan makna yang berbeda2 sebagaimana cara pandang atau interpretasi orang yang membacanya yang disesuaikan dengan karakter yang dimilikinya. Inilah juga kenapa terjadi perbedaan dalam Agama padahal sama2 merujuk kepada Al Qur’an dan Hadits2 Shahih ?

Al Qur’an adalah Kalam Qodim dan berlaku sebagai pegangan manusia dalam hidupnya. Oleh sebab itu Allah swt memberi solusi bagi hambanya dalam mencari kebenaran, dan kepada siapa kebenaran itu ia titipkan serta memberi kewenangan untuk membimbing manusia kepada kebenaran yang hakiki tersebut.

Dalam Kajian Tafsir Baghawi.

Allah swt berfirman dalam Surat Yunus ayat 62 – 63 ;

قوله تعالى: "ألا إن أولياء الله لا خوف عليهم ولا هم يحزنون" واختلفوا فيمن يستحق هذا الاسم. قال بعضهم: هم الذين ذكرهم الله تعالى فقال:

Firman Allah swt : *” Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati “*, Terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama berkenaan siapakah yang meng-hak-i nama tersebut (Awliya). Sebagian dari mereka berpendapat : Mereka adalah orang-orang yang telah disebutkan Allah swt, Ia berfirman :

"الذين آمنوا وكانوا يتقون"، وقال قوم: هم المتحابون في الله عز وجل. أخبرنا أحمد بن عبد الله الصالحي، أخبرنا أبو الحسن علي بن محمد بن بشران، أخبرنا إسماعيل بن محمد الصفار، حدثنا أحمد بن منصور الرمادي، حدثنا عبد الرزاق أخبرنا معمر عن ابن أبي حسين عن شهر بن حوشب، عن أبي مالك الأشعري رضي الله عنه قال: كنت عند النبي صلى الله عليه وسلم فقال: "إن لله عبادا ليسوا بأنبياء ولا شهداء يغبطهم النبيون والشهداء لقربهم ومقعدهم من الله يوم القيامة، قال: وفي ناحية القوم أعرابي فجثا على ركبتيه ورمى بيديه ثم قال: حدثنا يا رسول الله عنهم من هم؟ قال: فرأيت في وجه النبي صلى الله عليه وسلم البشر، فقال: هم عباد من عباد الله من بلدان شتى وقبائل، لم يكن بينهم أرحام يتواصلون بها، ولا دنيا يتباذلون بها، يتحابون بروح الله، يجعل الله وجوههم نورا، ويجعل لهم منابر من لؤلؤ قدام الرحمن، يفزع الناس ولا يفزعون، ويخاف الناس ولا يخافون". ورواه عبد الله بن المبارك عن عبد الحميد بن بهرام قال: حدثنا شهر بن حوشب، حدثني عبد الرحمن بن غنم عن أبي مالك الأشعري، عن النبي صلى الله عليه وسلم" سئل! من أولياء الله؟ فقال: الذين إذا رؤوا ذكر الله". ويروى عن النبي صلى الله عليه وسلم: "قال الله تعالى: إن أوليائي من عبادي الذين يذكرون بذكري وأذكر بذكرهم".

*” (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa ”*, Suatu Kaum telah berkata : Mereka adalah orang-orang yang mencintai didalam kridloan Allah swt. Telah mengabarkan kepada kami Ahmad Bin Abdillah Ash Sholahi, Telah mengabarkan kepada kami Abul Hasan Ali Bin Muhammad Bin Busyron, Telah mengabarkan kepada kami Ismail Bin Muhammad Ash Shofar, Telah Menceritakan kepada kami Ahmad Bin Manshur Ar Romadi, Telah Menceritakan kepada kami Abdur Rozaq Telah mengabarkan kepada kami Mu’ammar dari Ibnu Abi Husain dari Sahr Bin Hawasyib, dari Abu Malik Al Asy’ari ra, ia berkata : Adalah aku berada di samping Rasulullah saw, maka Rasulullah saw bersabda : *” Sesungguhnya Allah swt memiliki para Hamba, mereka bukanlah para Nabi dan juga bukan para Syuhada, namun Para Nabi dan Para Syuhada menginginkan keadaan seperti Dia (Para Hamba Allah tersebut) Karena kedekatannya serta kedudukannya disisi Allah swt kelak di hari kiamat, selanjutnya Abu Malik Al Asy’ari bertanya : Dari segi Kaum apakah mereka adalah sebangsa Arab ? kemudian Nabi saw berlutut dengan kedua lututnya dan meletakan kedua tangannya, selanjutnya Abu Malik Al Asy’ari bertanya : Ceritakanlah kepada kami Wahai Rasulullah saw tentang mereka, siapakah mereka ?, dan Abu Malik Al Asy’ari berkata : Aku melihat pada Wajah Rasulullah saw ekspresi kebahagiaan, Maka Nabi saw bersabda : Mereka adalah para Hamba dari beberapa Hamba Allah swt yang berasal dari negeri yang memiliki musim dingin dan Kabilah-kabilah (suku-suku), Tiada ditemukan diantara mereka hubungan persaudaraan, dan bukanlah dunia yang saling mereka dermakan/upayakan, mereka mencintai dengan sebab Rahmat Allah swt, Allah swt menjadikan pada wajah mereka cahaya, Dan Allah swt menjadikan mimbar-mimbar bagi mereka yang terbuat dari Mutiara Qidamur Rohman, Ketika manusia semuanya merasa takut maka mereka tidaklah merasa takut, dan ketika semua manusia merasa khawatir maka mereka tidaklah merasa khawatir “*. Dan telah diriwayatkan oleh Abdullah Bin Mubarok dari Abdul Hamid Bin Bahram, Ia berkata : Telah mengabarkan kepada kami Syahr Bin Hawasyib, Telah menceritakan kepadaku Abdurrahman Bin Ghanam dari Abu Malik Al Asy’ari, dari Baginda Nabi saw *” Nabi saw ditanya ! Siapakah Awliya Allah itu ? Maka Nabi saw bersabda : Mereka adalah orang-orang yang jika melihat mereka membuat hati Berdzikir (Ingat) Kepada Allah swt “*. Dan diriwayatkan dari Nabi saw : *” Allah swt berfirman : Sesungguhnya Para Wali-Ku dari para Hamba-Ku adalah mereka yang berdzikir dengan mengingat-Ku dan Akupun membalas berdzikir dengan mengingat mereka “.

Sehingga dapat disimpulkan bahwasannya Para Awliya Allah swt yang membawa kebenaran disisi Allah swt memiliki tanda-tanda sebagai berikut :
1.       Mereka senantiasa menjaga hubungan persaudaraan dengan siapapun walaupun bukan sebagai kerabat atau saudara kandung.
2.       Dan mereka tidak saling memberikan dunia serta bukanlah para pemburu dunia, baik harta, tahta maupun wanita.
3.       Mereka tidak pernah merasa Takut atas apa yang akan terjadi dan tidak merasa khawatir dengan apa yang telah terjadi, hatinya tenang dan tentram bersama Allah swt karena keyakinan kuat mereka terhadap ketetapan dan Takdir Allah swt.
4.       Ketika melihat mereka membuat hati kita ingat kepada Allah swt dan membuat akal dan fikiran menjadi tentram.
5.       Mereka orang-orang yang senantiasa berdzikir kepada Allah swt.


Allah swt berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا. وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
" Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang “. (Al Ahzab 41-42).


الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ

“ (yaitu) orang-orang yang berdzikir kepada Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring “. (Ali Imran 191)


*_Dan tahukan anda Kesemua tanda-tanda ini ada pada para Ulama dan Salik Ahli Thoriqoh._*


Wallahu A’lam.... semoga ada manfa’atnya...


Rabu, 21 Juni 2017

HAKIKAT AGAMA



*Hakikat Agama.*

Oleh : donnieluthfiyy

Agama Allah swt adalah suatu perkara yang dijalankan oleh para Nabi dan para Rasul, dan pada setiap dari mereka terdapat Aturan yakni yang disebut dengan Syari’at, Allah swt berfirman :

لكل جعلنا منكم شرعة ومنهاجا
“Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang “ *_(Al Maidah Ayat 48)._*

Adapun Agama Islam adalah meruapakan Agama yang pertama (Sejak awal penciptaan) dan terakhir (Sampai hari kiamat).

Allah swt berfirman :
ومن يبتغ غير الإسلام ديناً فلن يقبل منه
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya “ *_(Al Imran Ayat 85)_*
Ayat tersebut bersifat umum di setiap zaman dan tempat.

Maka adapun Nabi Nuh, Ibrahim, Ya’kub dan cucu-cucunya (Bani Israil), Musa, ‘Isya dan para Hawariyyun, mereka semua beragama Islam dan mereka beribadah kepada Allah yang satu tiada sekutu baginya.
Buktinya adalah Firman Allah swt berkenaan Nabi Nuh :

يا قوم إن كان كبر عليكم مقامي و تذكيري بآيات الله فعلى الله توكلت فأجمعوا أمركم
“ Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku (kepadamu) dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allah-lah aku bertawakal, karena itu bulatkanlah keputusanmu “. *_(Yunus Ayat 71)_*
Sampai pada Kalimat.
وأمرت أن أكون من المسلمين
“ Dan aku diperintahkan agar menjadi sebagian dari orang-orang Islam/ Muslim “ *_(Yunus Ayat 72)_*
Dan juga Allah swt berfirman :

ومن يرغب عن ملة إبراهيم إلا من سفه نفسه ولقد اصطفيناه في الدنيا وإنه في الآخرة لمن الصالحين
إذ قال له ربه أسلم قال أسلمت لرب العالمين
ووصّى بها إبراهيم بنيه ويعقوب يا بَني إن الله اصطفى لكم الدين فلا تموتن إلا وأنتم مسلمون
“ Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh “.
“ Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Taslimlah (Tunduk Patuh menjadi Muslim)" Ibrahim menjawab: "Aku Taslim kepada Tuhan semesta alam “.
“ Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam “. *_(Al Baqoroh Ayat 130 s/d 132)_*

Maka Bahwasannya Agama Para Nabi itu satu walaupun dengan bermacam-macam Syari’at mereka, seperti terdapat pada Bukhari Muslim dari Baginda Nabi saw, beliau bersabda :
إنا معشر الأنبياء ديننا واحد
“ Sesungguhnya kami semua para Nabi agama kami adalah satu “ *_(HR. Bukhari Muslim)_*

Di Akhir tulisan ini mudah2an bisa menyadarkan diri kita, siapakah kita, dan apa peran kita ini...
Allah swt berfirman :

شرع لكم من الدين ما وصّى به نوحاً والذي أوحينا إليك وما وصينا به إبراهيم وموسى وعيسى أن أقيموا الدين ولا تتفرقوا فيه كبر على المشركين ما تدعوهم إليه
“ Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: *Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.* Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya “. *_(Asyuura Ayat 13)_*

Memang terasa berat Bagi orang2 musyrik menerima Agama Tauhid ini, namun kita diperintahkan untuk mengenalkan dan mengajak mereka kepada kebenaran, dengan sabar dan banyak bertawakkal, Cara yang baik akan menghasilkan yang baik pula.


Wallahu A’lam.... Semoga ada manfaatnya.

Jumat, 16 Juni 2017

Hadits Keutamaan Ramadhan




*Hadits Keutamaan Ramadhan.*

Oleh : donnieluthfiyy

Rasulullah saw bersabda :

*مَن صام رمضان إيمانًا واحتسابًا، غُفِر له ما تقدَّم من ذنبه*

*Siapa orangnya yang berpuasa Di Bulan Ramadhan dengan* (dua Syarat yaitu) *Iman* (maksudnya yaitu membenarkan bahwasannya Puasa Ramadhan adalah suatu kewajiban dan meyakini dengan kebenaran kefardluannya) *dan dengan Ihtisaban* (Maksudnya memperhitungkan diri agar mengintrospeksi terhadap kesalahan dan kelemahan diri dan kemudian berusaha untuk memperbaiki dirinya serta agar semua amalnya tersebut di tujukan karena Allah semata juga berusaha sebaik mungkin mencari Tsawab yakni Rahmat dan Ampunan Allah swt, dan jika dua syarat ini terpenuhi maka) *Allah akan mengampun apa-apa yang telah mendahuluinya dari Dosa-Dosa dan kesalahannya* Mutafaq Alaih (HR. Bukhari – Muslim).


Dalam hadits lainnya Rasulullah saw bersabda :

*من قام رمضان إيمانًا واحتسابًا، غُفر له ما تقدم من ذنبه*

*Siapa orangnnya yang mendirikan* (Ibadah) *di Bulan Ramadhan* (Sighot “قام “ memiliki makna umum Maksudnya yaitu mendirikan Ibadah bagi Laki-laki maupun perempuan di Bulan Ramadhan dengan Berpuasa di siang hari dan memperbanyak Ibadah di malam harinya. Dengan dua syarat yaitu) *dengan Iman* (Imam Nawawi ra memaknai lafadz Iman dengan maksud membenarkan akan keutamaannya mendirikan Ibadah di bulan Ramadhan) *dan dengan Ihtisaban* (Maksudnya yaitu Berupaya mengintrospeksi diri akan kelemahan dan kekurangannya dan berupaya agar Ibadahnya tersebut ditujukan hanya karena Allah semata, tidak karena ingin di nilai Manusia atau mengharapkan lainnya, maka jika dua syarat ini terpenuhi maka...) *Allah akan mengampuni apa-apa yang telah mendahuluinya dari dosa-dosa dan kesalahannya.* Mutafaq Alaih (HR. Bukhari – Muslim).


Kedua hadits tersebut diberikan catatan dalam hadits Rasulullah saw yang lain, Rasulullah saw bersabda :

*رب صائم ليس له من صيامه إلا الجوع والعطش، ورب قائم ليس له من قيامه إلا الهسر والحمى*

*Banyak orang yang berpuasa* (Namun) *tiadalah baginya dari puasanya itu* (Maksudnya yaitu tiada hasil dari puasanya tersebut karena rusak oleh perkara-perkara buruk yang tidak disadarinya dari penyakit-penyakit hati, lisan, pendengaran, mata dan anggota tubuh lainnya kemudain ia tidak mau mengintrospeksi dirinya dan mengenali kelemahan dan kekurangannya untuk selanjutnya berusaha memperbaikinya) *kecuali* (hanya sekedar) *lapar dan haus* (saja), *Dan banyak orang yang mendirikan Ramadhan* (Ibadah Di Bulan Ramadhan yaitu Siangnya berpuasa dan Malamnya memperbanyak Ibadah, Namun) *Tiadalah baginya dari mendirikan ibadahnya itu* (Maksudnya yaitu tiada hasil dari Ibadah Puasa dan memperbanyak Ibadah  di malam hari di Bulan Ramadhan tersebut karena rusak oleh perkara buruk yang tidak disadarinya seperti penyakit-penyakit Hati, lisan, telinga, mata dan anggota tubuh lainnya yang terus di lakukannya sebab tidak mau mengintrospeksi diri untuk mengenali kelemahan dan kekurangannya dan kemudian berupaya memperbaiki dirinya tersebut) *kecuali* (hanya sekedar) *Bergadang* (tidak tidur) *Dan Demam* (karena kelelahan). – (Hadits Shahih Riwayat Imam Ibnu Majjah Dalam Kitab Sunan Ibnu Majjah No. 1690; Dan di dalam Kitab Al Kubro Imam Nasai Juz 2 No. 239 Hal. 3250).


Wallahu A’lam... Semoga ada manfa’atnya.

Rabu, 14 Juni 2017

Definisi Sunah



*Ada baiknya kita memahami kembali Definisi Sunah walaupun kita merasa sudah Nyunah....*
*Pengertian Sunah.*

Oleh : donnieluthfiyy

1. Pengertian Sunah secara Bahasa.

Sunah yaitu Sebuah Metode/ Jalan yang di ikuti atau digunakan, Sebuah Tingkah Laku yang berkesinambungan, Sama saja baik perilaku baik maupun jelek (Lisanul Arob Juz 6 Hal. 399), Dan sungguh telah di jelaskan makna tersebut di dalam Al Qur’an dan Sunah, Allah swt berfirman :

سُنَّةَ مَنْ قَدْ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنْ رُسُلِنَا وَلَا تَجِدُ لِسُنَّتِنَا تَحْوِيلًا
“sebagai *Sunah* terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perobahan bagi ketetapan Kami itu “ (Al Israa Ayat 77).

Dan Rasulullah saw bersabda :

مَن سنَّ في الإسلام سُنةً حسنة، فله أجرها وأجر مَن عمِل بها بعده مِن غير أن ينقص من أجورهم شيء، ومَن سنَّ في الإسلام سُنةً سيِّئة، كان عليه وزرها ووِزْر مَن عمل بها بعده من غير أن ينقص من أوزارهم شيء
“ Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam sunnah (perbuatan) yang baik maka baginya pahala dari perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka sedikitpun ”. (HR. Muslim no 1016).

Maka ketika Kalimat *Al Sunah* ini di ditetapkan menjadi kalimat Mufrad (Tunggal) dan Makrifat dengan huruf Alif dan Lam di dalam Lughot Para Sahabat dan para Ulama Salaf, Maka adapun maksudnya adalah : Sunah Nabi saw, Yaitu : Sebuah Metode/Jalan kebaikan yang dilakukan Nabi saw di dalam melaksanakan apa-apa yang telah Allah swt utuskan untuknya dari perkara Hidayah/petunjuk dan Agama yang Haq.

Maka Adapun *As Sunah*(Secara Bahasa) yaitu Metode/ Jalan dan Kebiasaan yang di ikuti atau di Gunakan, Metode/ Jalan permulaan, Baik yang berupa kebaikan maupun kejelekan, Namun Ulama Ilmu Bahasa bersepakat terhadap Kalimat “As Sunah” ketika di tetapkan maka di tashorufkan kepada Makna Metode/ Jalan atau Perilaku/perbuatan yang baik saja, dan tidak tidak di Amalkan di dalam perilaku/perbuatan buruk kecuali adanya Muqoyyad (Ikatan). (Irsyadul Fuhul – Imam Syaukani Hal. 32; Kamus Al Wasith Juz 1 Hal. 455).


2. Pengertian Sunah Secara Istilah.

Ulama berbeda pendapat di dalam memaknai *As Sunah* di lihat dari arah perbedaan Maksud/ Tujuannya dan Kekhusussannya, Maka bagi setiap Kalangan Ulama memiliki Tujuan/ Maksud Khusus dari Pembahasannya.

Adapun tujuan bagi Ulama Muhadditsin adalah : Membahas berkenaan Rasulullah saw sebagai Qudwah (Tauladan), Karena Allah swt memerintahkan untuk mengikuti Nabi saw dalam setiap sesuatunya, dan berarti memindahkan semua hal yang di nisbatkan kepada Nabi saw dari perkataan dan perbuatannya, serta Tingkah laku dan perwatakannya, Sama saja ditetapkan pemindahannya tersebut berupa Hukum Syari’at ataupun bukan, beserta jelas derajatnya dari sekiranya dapat di terima dan di tolaknya.

Adapun tujuan bagi Ulama Ushul adalah : Membahas dari arah sumber-sumber syari’at yang nantinya di ambil darinya hukum-hukum Fiqih dari Al Qur’an dan Sunah serta Ijma’ dan Qiyas, dan dengan dasar Hal tersebut mereka menjelaskan dengan perkara yang di tetapkan Hukum-hukum Syari’at dari Ucapan, Perbuatan dan Taqrirnya saja.

Adapun tujuan bagi Ulama Fiqih adalah : Membahasnya dari arah Hukum Syar’i terhadap perbuatah seorang hamba dari perkara Fardlu, Wajib dan Sunah, serta Haram Makruh dan Mubah.

Adapun tujuan bagi Ulama Penyeru kebaikan (Nasihat) : Menjelaskan berkenaan perintah-perintah Syari’at dan larangan-larangannya, maka bahwasannya perintah-perintahnnya adalah Sunah, dan Larangan-larangannya adalah Bid’ah.

Dan ketika di jelaskan Lafadz *As Sunah* yang di mutlakkan di dalam Ucapan Nabi saw, para Sahabat dan Tabi’in, maka maksudnya adalah : Metode/ Jalan yang di Syari’atkan yang di Ikuti/ digunakan didalam Agama, dan Manhaj Nabawi yang lurus. (Tarikh Sunah dan Ulumul Hadits – Syaikh Abdul Fattah Abul Ghidah Hal. 14).

Wallahu A’lam... semoga bermanfaatnya...

Sabtu, 10 Juni 2017

Sampainya Hadiah Pahala yang di Khususkan kepada Mayit.



*Sampainya Hadiah Pahala yang di Khususkan kepada Mayit.*

Oleh : donnieluthfiyy

Dalil Naqli yang pertama adalah hadits yang di riwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad Ahmad Juz 5 Hal. 26, 27 dan juga Oleh Imam Abu Dawud dalam Sunan Abu Dawud Juz 3 Hal. 489, dan Di Shahihkan Oleh Imam Ibnu Hibban.

عن سيدنا معقل بن يسار رضي الله عنه ان رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم قال«يس قلب القرآن لا يقرؤها رجل يريد الله والدار الآخرة إلا غفر الله له اقرؤوها على موتاكم»
“Diriwayatkan dari dari Sayyidina Muaqil Bin Yusar ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda << Surat Yasin adalah Jantungnya Al Qur’an, tidaklah seorang lelaki membacanya dengan mengharapkan Allah swt dan kampung Akhirat kecuali Allah mengampuni dosa-dosanya, maka bacakanlah Surat Yasin oleh kalian kepada Mayit-mayit diantara kalian>>”.

Maksud dari Lafadz “موتاكم “ adalah para Mayit secara Hakikinya dan bukanlah merupakan mayit yang hadir (Ada di hadapan), Imam Syaukani berkata yang di sukai oleh Imam Thabari di dalam menjelaskan Lafadz “موتاكم “ yang disebutkan dalam Hadits tersebut adalah Makna lafadz teks yang menjelaskan para Mayit, dan bukan mengambil makna mayit yang ada di hadapan, maka tidaklah terjadi hubungan makna di antara Mayit secara Hakiki dan mayit yang ada di hadapan. Dan juga telah menjadi pemahaman bagi kami bahwasannya ketika di sebutkan lafadz Mayit maka yaitu orang-orang yang meninggal yang di tempatkan di Kuburan.

Dalil Naqli yang kedua adalah hadits yang di riwayatkan Oleh Imam Thabrani dalam Kitab Al Kabir Juz 1 Hal. 70, dan juga di riwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam Kitab Al Kubro Juz 4 Hal. 56.

عن عبدالرحمن بن العلاء بن اللجلاج عن أبيه قال لي أبي اللجلاج : (يا بني إذا أنا مت فالحد لي لحدا فإن وضعتني في لحدي فقل: بسم الله وعلى ملة رسول الله ثم سن التراب علي سنا ثم اقرأ عند رأسي بفاتحة البقرة وخاتمتها فإني سمعت رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم يقول ذلك(

“ Diriwayatkan dari Abdurrahman Bin Ala-i Bin Al Halaj dari Ayahnya, telah berkata Al Halaj kepadaku : (Wahai anakku jika aku meninggal dunia maka makamkanlah aku dengan sungguh2,  kemudian jika engkau menaruhku di dalam Makamku maka ucapkanlah : “Bismillahi wa Alaa Millati Rasulillah” maka tuangkanlah Debu/tanah atasku dengan sungguh2, selanjutnya bacakanlah didekat kepalaku dengan pembukaan Surat Al Baqoroh dan penutup surat Al Baqoroh maka sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda demikian).

Sebagian ulama berkata : Sesungguhnya hadits tersebut adalah Hadits Mursal yaitu hadits yang dinilai Dhoif dari sisi Sanad karena tidak diketahuinya sosok Abdurrahman Bin Alaa-i Bin Al Halaj, dan sesungguhnya kami mengakui bahwasannya hadits tersebut adalah hadits mursal namun Jumhur Ulama Fiqih dan Ushul mengambil nash dalam mengambil kesimpulan dengan hadits mursal.

Dan Imam Ibnu Katsir berkata didalam Kitabnya Al Ba’its Al Hatsits : Ibnu Sholah berkata dan berhujjah dengan hadits Mursal, adapun Madzhab Imam Malik dan Abu Hanifah dan para sahabat2nya, dan aku berkata : maksudanya Ibnu Katsir – Dan beliau menghikayatkan dari Imam Ahmad Bin Hambal di dalam periwayatan. << Kitab Al Ba’it Al Hatsits Musthalahul Hadits Hal. 48>>.

Dan perkataan mereka berkenaan dengan kemursalam hadits tersebut : Terbantahkan, karena sesungguhnya hadits tersebut hadits Muttasil (Hadits yang sanadnya jelas), dan inilah sanadnya : Imam Thabrani berkata : Telah mengabarkan kepadaku Al Husain Bin Ishaq At Tastari dari Ali Bin Hajar dari Mubasyir Bin Ismail dari Abdurrahman Bin Alaa-i Bin Al Hallaj dari Ayahnya, telah berkata Ayahku Al Hallaj Abu Khalid (Wahai Anakku jika aku meninggal dunia.... Al Hadits), Walaupun Al Hallaj tidak di kenali oleh sebagian para Ulama bukan berarti tidak ada.

واخرج الحافظ السيوطي وأبو القاسم في قواعده (من دخل المقبرة فقرأ الفاتحة وألهاكم التكاثر وقل هو الله أحد ثم قال: إني جعلت ثواب ما قرأته من كلامك لأهل القبور من المؤمنين والمؤمنات كانوا شفعاء له يوم القيامة(.

“Hadits di riwayatkan oleh Imam Al Hafidz As Suyuthi dan Imam Abul Qosim di dalam Qoidah2nya (Siapa orangnya yang memasuki pekuburan maka bacakanlah Surat Al Fatihah dan At Takatsur dan Surat Al Ikhlas kemudian ucapkanlah : Saya jadikan pahala bacaan surat yang saya baca tersebut dari sebagian Firman-Mu (Allah swt) untuk Ahli Kubur dari kalangan orang-orang beriman dan jadikanlah bacaan2 tersebut sebagai Syafa’at baginya kelak di hari kiamat).”

وعن سيدنا ابن عمر رضي الله عنه (يستحب أن يقرأ على القبر بعد الدفن أول سورة البقرة وخاتمتها)

“ Diriwayatkan dari Sayyiduna Ibnu Umar ra (Disunahkan agar membacakan terhadap Kuburan setelah di pendam dengan Awal Surat Al Baqoroh dan Akhirnya).”

وعن سيدنا أبي الدرداء وأبي ذر رضي الله عنهما : ( ما من ميت يموت فتقرأ عنده يس إلا هون الله عليه)

“ Diriwayatkan dari Sayyiduna Abu Darda dan Abu Dzar ra : (Tiadalah dari mayit yang meninggal dunia maka engkau bacakan di sisinya Surat Yasin kecuali Allah swt meringankan siksa atasnya) ”.

Dan sampainya pahala bacaan yang di sedekahkan kepada Mayit akan semakin jelas dengan Dalil Hadits2 Shahih berikut ini.

>> Sampainya pahala sedekah untuk Mayit.

عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ رَجُلًا اَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ أُمِّيَ افْتُلِتَتْ نَفْسَهَا وَلَمْ تُوْصِ وَاَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ اَفَلَهَا اَجْرٌ اِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ (رواه مسلم ،١٦٧٢(

“Dan ‘Aisyah RA, “Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW, “Ibu saya meninggal secara mendadak dan tidak sempat berwasiat. Saya menduga seandainya ia dapat berwasiat, tentu ia akan bersedekah. Apakah ia akan mendapat pahala jika saya bersedekah atas namanya?” Nabi menjawab, “Ya”.” (HR.Muslim, :1672).
                                                                                                                              
Dalam kitab Nail al Authar juz IV juga disebutkan sebuah hadits soheh yang berbunyi:

وَعَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمِ اِنَّ أَبِي مَاتَ وَلَمْ يُوْصِ أَيَنْفَعُهُ اِنْ اَتَصَدَّقُ عَنْهُ؟ قَالَ نَعَمْ، (رواه أحمد ومسلم والنساء وابن ماجه(

“ Dari Abu Hurairah, ia meriwayatkan: Ada laki-laki datang kepada Nabi lalu ia berkata: Ayahku telah meninggal dunia dan ia tidak berwasiat apa-apa. Apakah saya bias memberikan manfaat kepadanya jika saya bersedekah atas namanya? Nabi menjawab: Ya, dapat (HR. Ahmad, Muslim, Nasa’I, dan Ibnu Majah).”

>> Dalil sedekah bisa berbentuk apa saja, bahkan senyum saja bisa dikatakan sebagai sedekah.

عَنْ اَبِي دَرْأَنْ نَاسًا مِنْ اَصْحَابِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوْا لِلنَّبِي ص.م يَارَسُوْلَ اللهِ ذَهَبَ اَهْلِ الدُّثُوْرِ بِالْاُجُوْرِ يُصَلُّوْنَ كَمَا تُصَلَّى وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا تَصُوْمُ وَيَتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ اَمْوَالِهِمْ قَالَ اَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا تَصَدَّقُوْنَ اِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةٌ (رواه مسبلم،١٦٧٤(

Dari Abu Dzarr RA,ada beberapa sahabat berkata kepada Nabi SAW,” Ya Rosulullah, orang-oarng yang kaya bisa (beruntung) mendapatkan banyak pahala. (Padahal) mereka shalat seperti kami shalat. Mereka berpuasa seperti kami berpuasa. Mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka. Nabi SAW menjawab, “ Bukankah Allah SWT telah menyediakan untukmu sesuatu yang dapat kamu sedekahkan? Sesungguhnya setiap satu tasbih (yang kamu baca) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah.” (HR. Muslim :1674 ). “

Jika Tasbih, Takbir dan Tahlil saja bisa menjadi sedekah apalagi bacaan Al Qur’an yang isinya tiada lain adalah bentuk Tasbih, Takbir dan Tahlil kepada Allah swt, dan kesemuanya tersebut jika niat di tujukan pahalanya kepada Ahli Kubur maka secara jelas sampailah pahalanya tersebut kepadanya.

Dan adapun Ucapan Imam Syafi’i berkenaan dengan istimbathnya dari Firman Allah berikut ini.

وأن ليس للإنسان إلا ما سعى

“Dan bahwasannya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (Qs. An-Najm: 39).”.

Maksud dari Imam Syafi’i mengambil dalil ini adalah bahwa setiap orang memperoleh selain apa yang di upayakan dari setiap kebaikan yang di perbuatnya dan termasuk kebaikan seseorang adalah ketika ia mau perduli kepada sesama saudara seimannya dengan sedekah atau semisalnya. Yaitu sedekah pahala atas apa yang di amalkannya, dan ia mendapat pahala dari kebaikan sedekahnya tersebut.

Wallahu A’lam.... Semoga bermanfa’at.

Rabu, 07 Juni 2017

Pembunuhan Pertama di Muka Bumi Tafsir Al Maidah Ayat 30



*Tafsir Baghawi*
*Surat Al Maidah Ayat 30.*

*_Kisah kejadian Pembunuhan pertama di Muka Bumi, dan ini menjadi pelajaran bahwasannya Sebagian dari Manusia ada yang menyukai dengan kekerasan dan Pembunuhan. Dan Allah swt akan menghinakannya karena Dosanya tersebut._*

قوله عز وجل :" فطوعت له نفسه "،أي: طاوعته وشايعته وعاونته، " قتل أخيه "، أي في قتل أخيه،[وقال مجاهد : فشجعته ، وقال قتادة : فزينت له نفسه، وقال يمان : سهلت له نفسه ذلك ، أي جعلته سهلاً] تقديره: صورت له نفسه أن قتل أخيه طوع له أي سهل عليه ، فقتله فلما قصد قابيل قتل هابيل لم يدر كيف يقتله، قال ابن جريج : فتمثل له إبليس وأخذ طيراً فوضع رأسه على حجر ثم شدخ رأسه بحجر آخر وقابيل ينظر إليه فعلمه القتل، فرضخ قابيل رأسه هابيل بين حجرين ،قتل وهو مستسلم ، وقيل : اغتياله وهو في النوم فشدخ رأسه فقتله، وذلك قوله تعالى:" فقتله فأصبح من الخاسرين " ، وكان لهابيل يوم قتل عشرون سنة . واختلفوا في موضع قتله [قيل : بالبصرة في موضع المسجد الأعظم فاسود جسم القاتل وسأله آدم عليه السلام عن أخيه فقال لم أكن عليه وكيلاً فقال: بل قالته ولذلك اسود جسدك ، مكث آدم مائة سنة لم يضحك قط منذ قتله]. قال ابن عباس رضي الله عنهما: على جبل [ثور] وقيل عند عقبة حراء ،فلما قتله تركه بالعراء ولم يدر ما يصنع به لأنه كان أول ميت على وجه الأرض من بني آدم ، وقصدته السباع ، فحمله في جراب على ظهره أربعين يوماً، وقال ابن عباس سنةً، حتى أروح ، وعكفت عليه الطير والسباع تنتظر متى يرمي به فتأكله ، فبعث الله غرابين فاقتتلا ،فقتل أحدهما صاحبه ثم حفر له بمنقاره وبرجله حتى مكن له ثم ألقاه في الحفرة وواراه، و قابيل ينظر إليه

*”Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah”*, Maksudnya adalah menyetujuinya, mengikutinya dan membantunya, *”membunuh saudaranya”*, Maksudnya di dalam membunuh saudaranya, [ Mujahid berkata : menjadikan Qobil berani, dan Qotadah berkata : Maka Hawa Nafsunya menghiasinya, Dan Yuman berkata : Hawa Nafsunya membuatnya terasa Mudah melakukan hal tersebut, Maksudnya menjadikannya mudah] Adapun pertimbangannya adalah : Hawa Nafsunya menggambarkan kepadanya cara membunuh saudaranya tersebut yang kemudian Qobil mematuhinya maksudnya menjadikan mudah atasnya, Maka Qobil membunuhnya, kemudian ketika Qobil bermaksud membunuh Habil tidak menemukan bagaimana cara membunuhnya, Ibnu Jarij berkata : Maka Iblis memberikannya contoh dan ia mengambil seekor burung maka di taruhlah kepalanya diatas batu dan kemudian Iblis memecahkan kepalanya dengan menggunakan Batu lainnya saat itu Qobil memperhatikannya dan ia kemudian Tahu cara membunuh, selanjutnya Qobil memecahkan kepala Habil diantara dua batu, membunuhnya dengan Liar (Barbar), dan ada dikatakan :  Qobil membunuhnya dengan tipu daya kepada Habil dan Habil dalam keadaan tidur maka kemudian Qobil memecahkan kepalanya dan membunuhnya, dan seperti itulah Firman Allah swt : *”sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi”*, dan adalah Habil ketika dibunuh usianya 20 tahun. Dan terjadi perbedaan pendapat di dalam tempat pembunuhannya [ada dikatakan : Di kota Basroh di dalam sebuah tempat di masjid Agung maka jisimnya Qobil yang membunuh menjadi hitam dan Nabi Adam as bertanya kepada Qobil berkenaan saudaranya tersebut, dan Qobil menjawabnya Aku bukanlah orang yang bertanggung jawab atasnya, kemudian Nabi Adam as berkata : Namun engkau mengatakannya dan hal itu adalah dengan hitamnya jasadmu, Kemudian Nabi Adam as berdiam diri selama 100 tahun tidak pernah tertawa sekalipun sejak pembunuhan Habil tersebut]. Ibnu Abbas ra berkata : (Dibunuhnya0 diatas Gunung [Tsur] dan dikatakan Di sisi Bukit Hiro, ketika Qobil membunuh Habil kemudian meninggalkannya di tanah lapang dan tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi padanya, karena sesungguhnya kejadian itu adalah Mayit pertama di atas Bumi dari keturunan Nabi Adam as, dan menduga bahwa yang membunuhnya adalah binatang buas, maka Qobil membawanya di dalam sebuah kantong di punggungnya selama 40 hari, Ibnu Abbas ra berpendapat selama satu tahun, sehingga tercium bau busuknya, dan kemudian Burung mengerumuninya sedangkan Binatang buas memperhatikan kapan Qobil akan membuangnya sehingga binatan buas tersebut bisa memakannya, Maka Allah swt mengutus dua burung Gagak maka mereka saling berkelahi, maka salah satunya terbunuh kemudian salah satunya mengali lubang kubur dengan paruhnya dan cakar kakinya sehingga menjadi sebuah tempat (Kuburan) selanjutnya ia menaruhnya di lubang kuburan tersebut dan menguburnya, dan Qobil melihat kejadian tersebut.


Wallahu A’lam.... Semoga menjadi pelajaran buat kita.

Minggu, 04 Juni 2017

3 Amal yang di lebih istimewakan oleh Allah swt




*_Ada 3 Amal yang di lebih istimewakan oleh Allah swt, amalan2 tersebut yaitu ;_*

Oleh : donnieluthfiyy

1.     1.   *Shalat.*
Semua perintah ibadah diperintahkan Allah swt kepada Baginda Nabi Muhammad saw melalui perantara Malaikat Jibril kecuali Shalat, maka perintah shalat ini di perintahkan langsung oleh Allah swt kepada Nabi saw ketika Mi’raj tanpa melalui malaikat Jibril. Nabi saw bertemu langsung dengan Allah swt di Sidratil Muntaha.
Dalil : http://doni-nurhadi.blogspot.co.id/2017/03/kisah-miroj-rasulullah-saw.html

2.     2.   *Puasa.*
Semua amal kembali kepada diri sendiri orang yang beramal kecuali Puasa, karena puasa untuk Allah semata dan Allah swt akan membalasnya khusus di akhirat nanti, Seperti di Firmankan Alla swt dalam Haditz Qudsi;

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّهُ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Rasulullah saw bersabda : Allah swt berfirman “ Semua Amal Bani Adam adalah Baginya kecuali puasa, maka sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan sesungguhnya aku akan membalasnya”.

3.     3.   *Shalawat Atas Nabi saw.*
Semua amal yang diperintahkan Allah swt kepada HambaNya tiadalah Allah swt mencontohkannya/ melakukannya kecuali Shalawat Atas Nabi saw, Allah swt memerintahkan Hambanya untuk bershalawat atas Nabi saw dan Allah swt beserta para malaikatNya senantiasa bershalawat atas Nabi saw, seperti Firmannya :

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا

"Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (Al-Ahzaab: 56)


Wallahu A’lam..... Semoga bermanfaat....

ISRAIL, BANI ISRAIL DAN YAHUDI....????



*ISRAIL, BANI ISRAIL DAN YAHUDI....????*

Oleh : donnieluthfiyy

_Dimanakah perbedaannya ?_

1.       *Israil* adalah nama lain dari Nabi Ya’qub as, buktinya adalah Firman Allah dalam Surat Maryam ayat 58 ;
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil (Nabi Ya’qub), dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. (Surat Maryam : 58)

2.       Dalam tafsir baghawi berkenaan dengan tafsir Surat Maryam ayat 58 di jelaskan bahwa yang di maksud dengan keturunan Nabi Ibrahim as adalah Nabi Ismail (Jalur Nasab Nabi Muhammad saw), Ishaq dan Ya’qub (Jalur Nasab Bani Israil). Dan yang dimaksud dengan Keturunan Israil (Nabi Ya’qub) adalah Nabi Musa, Harun, Zakaria, Yahya dan Isya. Dari keturunan Nabi Ya’qub dan para Nabi inilah yang di maksud dengan *Bani (Keturunan) Israil*.

3.       *Yahudi* adalah bagian Kaum dari Bani Israil, buktinya adalah ;
Tafsir Baghawi Surat Al Baqarah ayat 62 ;

إن الذين آمنوا والذين هادوا " يعني اليهود سموا به لقولهم: إنا هدنا إليك أي ملنا إليك، وقيل: لأنهم هادوا أي تابوا عن عبادة العجل، وقيل: لأنهم مالوا عن دين الإسلام، وعن دين موسى عليه السلام، وقال أبو عمرو بن العلاء: لأنهم يتهودون أي يتحركون عند قراءة التوراة ويقولون: إن السموات والآرض تحركت حين آتى الله موسى التوراة

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi (Memakai Lafadz Haaduu)” Yakni maksudnya lafadz Haaduu tersebut adalah Yahudi, mereka disebutkan dengan lafadz Haaduu berdasarkan dari ucapan mereka : Sesungguhnya kami ditunjukan kepadamu maksudnya kami telah cenderung kepadamu, dan dikatakan : Karena mereka mendapatkan petunjuk maksudnya mereka bertaubat dari menyembah Pedet (Patung anak sapi), dan dikatakan : karena mereka cenderung kepada Agama Islam, dan Agama Nabi Musa as, selanjutnya Abu Amru Bin Ala-i berkata : Karena mereka sangat terbimbing maksudnya saling tergerak (hatinya) ketika dibacakan kitab taurat. Dan mereka berkata : Sesungguhnya Langit dan Bumi bergetar ketika Allah mendatangkan Taurat kepada Nabi Musa as.

Jadi dapat di ketahui bahwa mereka (Yahudi) adalah bagian dari pengikut Bani Israil, kaum yang mengikuti Agama yang di bawa oleh Bani Israil, dan karena mereka merupakan bagian dari Bani Israil sehingga melekat pada mereka nama Bani Israil pula.
Sehingga kelak datang kepada mereka Risalah Baginda Nabi Muhammad saw, maka sebagian mereka berpaling dan memusuhi Nabi saw, permusuhan mereka adalah karena disebabkan rasa egois dan fanatis berlebihan terhadap kaumnya. Fanatisme ini juga di dasari oleh rasa terimakasih mereka karena Kaum mereka telah di selamatkan oleh Nabi Musa as (Bani Israil) dari siksaan Fir’aun.


Wallahu A’lam...... Semoga ada manfaatnya...

Kamis, 01 Juni 2017

Berbuat Adil, Ihsan menjaga kekerabatan kemudian menjauhi perbuatan keji, mungkar dan permusuhan serta Bagaimana cara Menghadapi permusuhan...



*Tafsir baghawi*
*Surat an nahl ayat 90*

*_Berbuat Adil dan Ihsan serta menjauhi perbuatan keji dan mungkar, serta senanglah mendengarkan Nasihat baik._*

قوله عز وجل : " إن الله يأمر بالعدل " ، بالإنصاف ، " والإحسان " ، إلى الناس . وعن ابن عباس ( العدل ) : التوحيد ، و ( الإحسان ) : أداء الفرائض. وعنه : ( الإحسان ) : الإخلاص في التوحيد ، وذلك معنى قول النبي صلى الله عليه وسلم : " الإحسان أن تعبد الله كأنك تراه " . وقال مقاتل : ( العدل ) : التوحيد ، و( الإحسان ) : العفو عن الناس . " وإيتاء ذي القربى " ،صلة الرحم . " وينهى عن الفحشاء " ما قبح من القول والفعل . وقال ابن عباس : الزنا ، " والمنكر " ، ما لا يعرف في شريعة ولا سنة ، " والبغي " ، الكبر والظلم . وقال ابن عيينة : ( العدل ) استواء السر والعلانية ، و( الإحسان ) أن تكون سريرته أحسن من علانيته ، و ( الفحشاء والمنكر ) أن تكون علانيته أحسن من سريته . " يعظكم لعلكم تذكرون " ، تتعظون . قال ابن مسعود : أجمع آية في القرآن هذه الآية . وقال أيوب عن عكرمة : "إن النبي صلى الله عليه وسلم قرأ على الوليد : " إن الله يأمر بالعدل " إلى آخر الآية فقال له : يا ابن أخي أعد فأعاد عليه ، فقال : إن له والله لحلاوة وإن عليه لطلاوة وإن أعلاه لمثمر وإن أسفله لمغدق ، وما هو بقول البشر ".

*”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil”*, Maksudnya dengan Penuh Kesadaran, *”dan berbuat kebajikan”*, Kepada Manusia (Secara Umum). Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra (Lafadz Adil) : Yaitu Tauhid, dan (Lafadz Ihsan) : yaitu melaksanakan kefardluan. Dan diriwayatkan dari beliau lagi : (Lafadz Ihsan) : Yaitu Ikhlas di dalam Tauhid, dan Seperti hal tersebut makna Sabda Nabi saw : “ Ihsan Yaitu bahwasannya Engkau beribadah kepada Allah swt seperti seakan-akan kalian melihatnya “. Dan Imam Muqatil berkata : (Lafadz Al Adl) : yaitu Tauhid, dan (Lafadz Ihsan) : yaitu Memafkan kepada manusia (secara umum). *” memberi kepada kaum kerabat”*, Silaturohim. *”dan Allah melarang dari perbuatan keji”*, yaitu sesuatu yang buruk baik berupa ucapan maupun perbuatan. Imam Ibnu Abbas ra berkata : itu adalah Zina, *”kemungkaran*”, Sesuatu yang tidak diketahui didalam Syari’at dan sunah, *”dan permusuhan”*, Sombong dan Dholim/aniaya. Dan Ibnu Uyaynah : (Lafadz Al Adl) yaitu pertengahan antara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, dan (Lafadz Ihsan) yaitu agar menjadikan sembunyi/rahasianya (Bathinnya) lebih bagus dari pada keterbukaannya (Dhohirnya), dan (Lafadz Fahsy dan Munkar) Agar menjadikan keterbukaannya (Dhohirnya) lebih bagus dari persembunyiannya (Bathinnya) *”Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”*, maksudnya mau menerima nasihat. Ibnu Mas’ud berkata : Ayat di dalam Al Quran terhimpun di dalam Ayat ini. Telah berkata Ayub dari Ikrimah : “ *Sesungguhnya Nabi saw membacakannya kepada Al Walid : Lafadz “" إن الله يأمر بالعدل “ sampai kepada akhir ayat dan Al Walid berkata kepada Nabi saw : "Ulang kembali hai saudaraku", maka Rasul saw mengulang kembali membaca ayat itu. lalu Al Walid berkata: "Demi Allah sungguh Alquran ini memiliki kelezatan dan keindahan, di atasnya berbuah di bawahnya berakar, dan bukanlah dia kata-kata manusia.”*



*Tafsir Baghawi*
*Surat Al Fushilat Ayat 34*
*_Cara menghadapi permusuhan menurut Al Qur’an..._*

قوله عز وجل: " ولا تستوي الحسنة ولا السيئة "، قال الفراء : ((لا)) هاهنا صلة، معناه: ولا تستوي الحسنة والسيئة، يعني الصبر والغضب، والحلم والجهل، والعفو والإساءة. " ادفع بالتي هي أحسن "، قال ابن عباس: أمر بالصبر عند الغضب، وبالحلم عند الجهل، وبالعفو عند افساءة. " فإذا الذي بينك وبينه عداوة "، يعني: إذا فعلت ذلك خضع لك عدوك، وصار الذي بينك وبينه عداوة، " كأنه ولي حميم" كالصديق والقريب . قال مقاتل بن حيان : نزلت في أبي سفيان بن حرب وذلك أنه لان للمسلمين بعد شدة عداوته بالمصاهرة التي حصلت بينه وبين النبي صلى الله عليه وسلم، ثم أسلم فصار ولياً بالإسلام، حميماً بالقرابة.

Firman Allah swt : *”Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan”*, Al Faro berkata : ((Tidak)) Ini adalah perhubungan/pertalian, maknanya : yaitu Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan, yakni Sabar dan marah, Akal Pikiran dan ketidak tahuan, Memaafkan dan berbuat salah. *”Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik”*, Ibnu Abbas berkata : menguasai diri dengan kesabaran ketika marah, dan dengan Akal Pikiran ketika Tidak tahu, dan dengan memafkan ketika bersalah. *”maka tiba-tiba orang yang ada diantaramu dan antara dia ada permusuhan”*, Yakni : ketika engkau melakukan seperti hal tersebut diatas maka musuhmu akan tunduk kepadamu, dan berakhirlah perkara antara kamu dan dia sebagai permusuhan, *”seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”*, Seperti Teman dan kerabat. Muqatil Bin Hayan berkata : Ayat ini turun berkaitan dengan kisah Abu Sufyan Bin Harb hal tersebut sesungguhnya bagi orang2 Muslim setelah dahsyatnya permusuhan kemudian menjalin hubungan perbesanan yang menghasilkan kekerabatan antara Abu Sufyan dan Nabi saw, dan selanjutnya Abu Sufyan masuk Islam maka jadilah teman setia di dalam Islam, Dengan kedekatan sebagai kerabat.


Wallahu A’lam.... Semoga ada manfa’atnya....

List Video