Selasa, 28 Agustus 2018

Maukah engkau menjadi salah seorang yang terkena Marahnya Rasulullah saw ?




Maukah engkau menjadi salah seorang yang terkena Marahnya Rasulullah saw ?

Sungguh Para Sahabat lebih memilih tidak pernah dilahirkan ketimbang menyaksikan Rasulullah saw Marah kepadanya.

Oleh : donnieluthfiyy

Simaklah kisah berikut ini.

وَعَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدِ بْنِ حَارِثَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يُحَدِّثُ قَالَ بَعَثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْحُرَقَةِ مِنْ جُهَيْنَةَ قَالَ فَصَبَّحْنَا الْقَوْمَ فَهَزَمْنَاهُمْ قَالَ وَلَحِقْتُ أَنَا وَرَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ رَجُلًا مِنْهُمْ قَالَ فَلَمَّا غَشِينَاهُ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ قَالَ فَكَفَّ عَنْهُ الْأَنْصَارِيُّ فَطَعَنْتُهُ بِرُمْحِي حَتَّى قَتَلْتُهُ قَالَ فَلَمَّا قَدِمْنَا بَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَقَالَ لِي يَا أُسَامَةُ أَقَتَلْتَهُ بَعْدَ مَا قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّمَا كَانَ مُتَعَوِّذًا قَالَ أَقَتَلْتَهُ بَعْدَ مَا قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ قَالَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا عَلَيَّ حَتَّى تَمَنَّيْتُ أَنِّي لَمْ أَكُنْ أَسْلَمْتُ قَبْلَ ذَلِكَ الْيَوْمِ

“Dari Usamah bin Zaid bin haritsah ra, Ia bercerita : (Suatu hari) Rasulullah saw mengutus kami ke perkampungan Hurqoh (Perkampungan orang-orang kafir yang memerangi Islam) dari Bani Juhainah, Ia berkata : lalu kami menyerangnya di pagi hari yang membuat mereka lari tunggang langgang, Usamah Bin Zaid melanjutkan ceritanya : kemudian aku dan seorang lelaki dari kalangan Anshor mengejar salah satu dari mereka, saat kami mendapatinya Ia pun bersyahadat “Laa ilaha Illallah”, maka Seorang sahabat Anshor itupun menahan dirinya (Tidak mau menyerang), namun aku langsung menikam orang tersebut dengan Tombak sehingga ia tewas olehku, Selanjutnya Ia bercerita : Ketika kami sampai di Madinah, telah sampailah berita itu kepada Nabi saw, dan ia berkata : Maka Nabi saw bersabda kepadaku {Wahai, Usamah... apakah engkau membunuh seseorang setelah ia mengucapkan kalimat “Laa ilaha Illallah” ?, Usamah berkata : Aku menjawab {Wahai, Rasulullah... bahwasannya ia mengucapkan hal tersebut adalah sekedar untuk melindungi dirinya (Pura-pura)}, dan aku membunuhnya setelah ia mengucapkan “Laa ilaha Illallah”, Usamah pun bercerita : bahwa Rasulullah saw terus bertanya lagi mengulang-ulang pertanyaannya kepadaku, sehingga aku mengandai-andai kalaulah aku belum masuk Islam sebelum itu (Rasa penyesalan yang mendalam)”.

Bagaimana jadinya jika diri kita ini memerangi dan mengkafirkan orang-orang Islam yang sudah jelas mereka melakukan Sholat, Puasa, Zakat bahkan Haji, sementara seorang Sahabat yang membunuh seorang kafir yang tiba-tiba mengucapkan kalimat “Laa ilaha Illalla” sementara belumlah ia pernah melakukan Sholat satu kalipun, Rasulullah saw sangat marah kepada sahabatnya tersebut?

Beliau itu pun seorang Sahabat yang berjuang bersama Rasulullah saw!

Bagaimana dengan kita ini yang memerangi dan mengkafirkan orang-orang yang telah bersyahadat dan melakukan Sholat juga Puasa dan Zakat bahkan Haji?, Apakah Rasulullah saw tidak akan lebih marah lagi kepada kita ?


Jangan kalian ikuti orang-orang yang Rasulullah saw akan marah kepada mereka!!!

Minggu, 26 Agustus 2018

Kajian Hadits tiga perkara musibah yang akan menimpa Umat ketika mereka berlari menjauhi Ulama dan Fuqaha



Kajian Hadits tiga perkara musibah yang akan menimpa Umat ketika mereka berlari menjauhi Ulama dan Fuqaha.

Oleh : donnieluthfiyy

Rasulullah SAW bersabda :

سياتى زمانٌ على امّتى يفرّون من العلماءِ والفقهاء فيبتليهمْ اللهُ بثلاثِ بليّاتٍ : اُولاها يرفع اللهُ البركةَ من كسبهم , والثانية يسلّط الله تعالى عليهم سلطانا ظالما , والثالثة يخرجون من الدنيا بغير ايمانٍ
“Akan datang suatu Zaman kepada ummatku dimana mereka lari menjauh dari para ulama dan fuqoha, maka Allah akan menurunkan tiga macam musibah kepada mereka, yaitu :
1.       Allah menghilangkan berkah dari rizki mereka.
2.       Allah menjadikan penguasa yang zalim untuk mereka.
3.       Allah mengeluarkan mereka dari dunia ini tanpa membawa iman”. (Kitab Nashoihul Ibaad)

Dalam hadits tersebut menggambarkan kelak umat akan berlari menjauhi Ulama dan Fuqoha yakni orang-orang Sholeh yang hatinya dipenuhi kecintaan kepada Allah swt dan ketiadaan rasa bergantung mereka kepada Dunia. Mereka tidak mejauhinya secara nyata, namun mereka membuat orang-orang Sholeh menjadi samar tak jelas karena perilaku mereka yang mengaburkan peran orang-orang sholeh tersebut, sehingga banyak orang awam secara tidak sadar menjauhi para Ulama dan Fuqoha, sifat mereka Bar-bar jauh dari Sifat Murah hati, mereka tidak lagi menghormati yang lebih tua dan tidak pula menyayangi orang-orang lemah diantara mereka, mereka saling berebut Kekuasaan dan Harta Dunia, mereka sangat gemar mengobarkan peperangan seperti Kaum Jahiliyah dimasa sebelum Nabi saw di utus, ciri-ciri mereka tersebut di gambarkan dalam Hadits Nabi berikut ini.

Dari Sayyidina Ali Karomallahu Wajhah, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :

يأتي على الناس زمان لا يُتَّبَعُ فيه العالم ، ولا يُستحيى فيه من الحليم ، ولا يُوقَّر فيه الكبير، ولا يُرحَم فيه الصغير، يقتل بعضهم بعضاً على الدنيا، قلوبهم قلوب الأعاجم ، وألسنتهم ألسنة العرب ، لا يعرفون معروفاً، ولا ينكرون منكراً، يُمسي الصالح مستخفياً، اُولئك شِرار خلق الله، لا ينظر الله إليهم يوم القيامة  (الإشاعة لأشراط الساعة: 116).

“Akan datang Suatu zaman kepada Manusia yang mereka tidak lagi mengikuti orang Alim, dan tidak lagi menghidupkan Sifat Murah Hati, tidak lagi menghormati orang yang lebih Tua, serta tidak lagi menyayangi orang yang lebih Muda, mereka satu sama lain saling memerangi demi Dunia (Harta dan Kekuasaan), Hati mereka adalah hati orang-orang ‘Ajami (Bukan Arab), namun Lisan-lisan mereka adalah lisan orang Arab (Berbicara Gaya orang Arab), mereka tidak mengerti arti kebajikan, dan tidak mengingkari kemungkaran, mereka menjadikan orang Sholeh menjadi Samar (tidak jelas), Mereka adalah seburuk-buruknya Makhluk Allah swt, dan Allah swt tidak mau memandang kepada mereka kelak di hari kiamat”.

Sehingga dengan perilaku tersebut dikarenakan Dunia yang mereka Tuju maka Allah memberikan 3 Musibah yang saling berkaitan.

  1. Allah swt mengangkat keberkahan dari apa yang mereka Capai, yakni Harta yang di dapat dari perkara Haram (Mungkar), seperti Korupsi yang merajalela yang dianggapnya sebagai bagian dari kerja keras mereka (hati mereka tidak mengingkari kemungkaran Korupsi), maka dari harta Korupsi yang mereka dapatkan tersebarlah Pos-pos peluang yang lain yang tidak halal, harta-harta tidak halal tersebut dimakan oleh orang-orang yang berada dalam lingkaran mereka.

  1. Kemudian dikarenakan serakahnya mereka dalam harta yang di dapat dari perlaku Haram tersebut (Kuropsi) maka mereka berupaya menjadikan seorang penguasa yang bisa mendukung hasrat dunia mereka tersebut, maka di jadikanlah oleh mereka seorang penguasa yang Dholim kepada Rakyatnya, namun mendukung perilaku mereka tersebut.

  1. Selanjutnya mereka menjaga dengan ketat, dengan segenap kemampuan mereka terhadap apa yang telah mereka dapatkan tersebut dari harta-harta korupsi haram yang mereka kumpulkan, sehingga mereka rela berperang dan membunuh atau terbunuh, dan pada akhirnya mereka semua keluar dari alam Dunia ini dalam keadaan tidak membawa Iman, karena kecintaan mereka yang berlebihan terhadap Harta dan Keuasaan (Dunia).

نعوذ بالله من ذلك ثم نعوذ بالله من ذالك....

Gunakanlah Hati Nuranimu wahai saudaraku, jangan sampai kita menjadi bagian dari Fitnah Akhir Zaman yang dimaksud dalam Hadits tersebut….

Wallahu A’lam….




Sabtu, 11 Agustus 2018

Mengulas Kitab Ahkam Shulthoniyah – Imam Mawardi




Mengulas Kitab Ahkam Shulthoniyah – Imam Mawardi.

Oleh : donnieluthfiyy

Sebelum Masuk Pembahasan saya akan menyampaikan Nasihat Alm. Guru saya kepada saya dulu sebagai dasar saya mencerna sebuah bahasan :

Kalo mempelajari suatu Hukum Fiqh atau Syar’i itu Pahami dulu sebab munculnya hukum tersebut, dari alasan dan maksud munculnya, sehingga nanti menjadi Mudah saat mau menggunakan hukum tersebut dalam situasi dan Kondisi yang kadang berbeda-beda

Berikut ini adalah Kutipan dalam Awal Kitab Ahkam Shulthoniyah – Imam Mawardi :

الإمامة موضوعة لخلافة النبوة في حراسة الدين وسياسة الدنيا، وعقدها لمن يقوم بها في الأمة واجب بالإجماع وإن شذ عنهم الأصم. واختلف في وجوبها هل وجبت بالعقل أو بالشرع? فقالت طائفة وجبت بالعقل لما في العقلاء من التسليم لزعيم يمنعهم من التظالم ويفصل بينهم في التنازع والتخاصم، ولولا الولاة لكانوا فوضى مهملين وهمجاً مضاعين

“Imamah (Kepemimpinan) ditempatkan sebagai Khilafah Nubuwah (maksudnya adalah sebagai Pengganti Nabi dalam hal Kepemimpinan Umat) yang menjaga Agama dan Politik Dunia, adapun Ikatan Kepemimpinan yaitu bagi orang yang mendirikan Kepemimpinan didalam Umat hukumnya adalah Wajib secara Ijma’, Sekalipun kepada orang yang menyelisihi Ijma’ dikarenakan Tuli (Tidak perduli). Dan  terjadi perbedaan pendapat (Dikalangan Ulama) berkenaan wajibanya Kepemimpinan, Apakah Wajib secara Aqliyah (Logika) atau secara Syari’at ?, Maka sebagian golongan berpendapat Wajib secara Aqliyah (Logika), dikarenakan secara Logika hal tersebut dapat membentuk kepatuhan pada Pemimpin Golongannya, yang bisa mencegah dari saling bertindak Dzolim, dan menjauhkan diantara mereka didalam pertentangan dan perbantahan, sebab jika tanpa Kepemimpinan sungguh bisa menjadikan Kekacauan dan penelantaran serta kelaparan yang bisa membinasakan”. (Ahkam Shulthoniyah – Imam Mawardi)

Jika dilihat dari keterangan dalam Kitab tersebut, inti pokok khilafah adalah Imamah/ Kepemimpinan untuk menghindarkan dari Perselisihan dan pertentangan diantara Umat, sehingga Umat bisa selamat dari celaka serta 
Kebinasaan, lalu bagaimana Jadinya jika Konsep Khilafah menurut Pandangan satu pihak yang di usung oleh sebagian golongan malah menjadikan Perselisihan dan pertentangan, bahkan beberapanya terlihat menyebabkan peperangan hingga Kebinasaan bagi Umat???

Bagaimana Logika kita berfikir ????

Fokusnya adalah pada Kepemimpinannya.... bukan Sistemnya.... jika Negara kita sudah memiliki suatu sistem Proses dalam memilih kepemimpinan, maka tinggal Patuhi siapa saja yang terpilih secara Konstitusi.

Kemudian Imam Mawardi melanjutkan penjelasannya tersebut.

وقالت طائفة أخرى: بل وجبت بالشرع دون العقل، لأن الإمام يقوم بأمور شرعية قد كان مجوناً في العقل أن لا يرد التعبد بها، فلم يكن العقل موجباً لها، وإنما أوجب العقل أن يمنع كل واحد نفسه من العقلاء عن التظالم والتقاطع. ويأخذ بمقتضى العدل التناصف والتواصل، فيتدبر بعقل لا بعقل غيره، ولكن جاء الشرع بتفويض الأمور إلى وليه في الدين، قال الله عز وجل: " يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم ".
ففرض علينا طاعة أولي الأمر فينا وهم الأئمة المتأمرون علينا

"Dan sebagian golongan lain berpendapat : Akan tetapi Bahwasannya Kepemimpinan itu Wajib secara Syar’iat, bukan secara Logika, dikarenakan seorang Imam (Pemimpin) yang memimpin dengan Perkara-perkara Syari’at, sejatinya merupakan bentuk Ketegasan Akal (Logika) agar tidak terjadi penolakan/pelarangan (Menjalankan) peribadatan yang di Syari’atkan, sehingga bukan merupakan kewajiban secara Logika, dan Bahwasannya (maksud) kewajiban secara Logika adalah untuk mencegah dari setiap orang pada Dirinya dari beberapa Pendapat Logika dari saling berbuat Dzolim dan saling memutuskan silaturahim. Kemudian mengambil pemimpin dengan kriteria seorang yang Adil yang saling melayani dan saling menjalin hubungan (Pemimpin dengan Rakyatnya). Maka Ia akan dapat mempertimbangkan dengan Logikanya, bukan dengan Logika orang lain, akan tetapi Syari’at datang dengan Otorisasi (Peribadahan) pada semua perkara bagi Pemegang kuasanya di dalam Agama (yakni setiap orang, karena setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya dan akan mempertanggung jawabkan atas kepemimpinannya tersebut), Allah swt berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kalian.
Maka hukumnya Fardlu atas Kita untuk Ta’at kepada Ulil Amri dalam (Kelompok/ Golongan/Negara) kita, karena mereka adalah para Pemimpin kita".

Kewajiban Kepemimpinan secara Syari’at juga adalah agar tidak ada pelarangan Peribadatan yang bersifat aturan Hukum, selain itu agar segala pertimbangan bisa di Pusatkan pada satu orang saja, sehingga tidak saling berbantahan dan saling memusuhi, adapun para Pemimpin tersebut masing-masing akan mempertanggung jawabkan kepemimpinannya di Hadapan Allah swt kelak.

Yang jadi Pertanyaan, Dimanakah Point bahwa di Negara kita tidak melaksanakan semua Alasan yang disampaikan dalam keterangan Kitab tersebut?, Sedangkan negara kita jelas memberikan Kebebasan beribadah bagi Rakyatnya sesuai rumusan yang terdapat pada UUD ‘45.


Sekian... wallahu A’lam... 

Selasa, 07 Agustus 2018

Jangan mengaitkan Bencana Alam dengan Adzab kepada Umat Nabi saw.



Jangan mengaitkan Bencana Alam dengan Adzab kepada Umat Nabi saw.

Oleh : donnieluthfiyy

Ketika Allah swt mewahyukan Firmannya berikut ini kepada Nabi Muhammad saw :

Allah SWT berfirman:

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلٰۤى اَنْ يَّبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَابًا مِّنْ فَوْقِكُمْ اَوْ مِنْ تَحْتِ اَرْجُلِكُمْ اَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَـعًا وَّيُذِيْقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ ۗ اُنْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُوْنَ

"Katakanlah (Muhammad), Dialah yang berkuasa mengirimkan azab kepadamu, dari atas atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain. Perhatikanlah, bagaimana Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda (kekuasaan Kami) agar mereka memahami(nya)." (QS. Al-An'am 6: Ayat 65)

Dalam Tafsir Baghowi berkenaan ayat tersebut, kemudian Nabi saw memanjatkan Do'a dengan Do'a berikut ini...

عن عامر بن سعد بن وقاص عن أبيه، قال: أقبلنا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم حتى مررنا على مسجد بني معاوية فدخل فصلى ركعتين وصلينا معه فناجى ربه طويلاً ثم قال:" سألت ربي ثلاثاً: سألته أن لا يهلك أمتي بالغرق فأعطانيها، وسألته أن لا يهلك أمتي بالسنة فأعطانيها، وسألته أن لا يجعل بأسهم بينهم، فمنعنيها ".

" Diriwayatkan dari Amir bin Sa'ad bin Waqosh dari ayahnya, Ia berkata : kami melewati Masjid Bani Mu'awiyah kemudian kami memasukinya dan Shalat 2 Raka'at, selanjutnya Kami Sholat bersama Nabi saw, selesai shalat maka Nabi bermunajat begitu lama kepada Rabbnya, kemudian beliau saw berdo'a : “Aku meminta tiga (hal) pada Rabbku, Ia mengabulkan dua (hal) dan menolakku satu (hal). Aku meminta Rabbku agar tidak membinasakan ummatku dengan kekeringan, maka Ia mengabulkannya untukku. Aku meminta-Nya agar tidak membinasakan ummatku dengan banjir, maka Ia mengabulkannya untukku. Dan aku meminta-Nya agar tidak menjadikan kehancuran mereka di antara sesama mereka tapi Ia menolaknya.”

Maka apakah kalian kemudian selalu mengaitkan Bencana Alam dengan Adzab kepada Umat Muslim? Seakan2 itu adalah Adzab dunia bagi Umat Muslim...

Ketahuilah! Salah satu keutamaan Nabi Muhammad saw untuk umatnya adalah...
Bahwasannya Allah swt memberikan RahmatNya untuk Umat Nabi saw sehingga tidak menjadikan mereka seperti umat2 terdahulu yang di adzab langsung dengan bencana Alam, yang kemudian membinasakannya...

Apakah kalian Ragu bahwa Allah swt telah mengabulkan Do'a NabiNya yang tercinta, bahwasannya dengan sebab Do'a beliau saw tersebut Allah swt berkenan menunda AdzabNya kepada Umat baginda Nabi Muhammad saw hingga nanti di Akhirat kelak...

Justru satu hal do'a yang di tolakNya adalah...
Bahwa Umat Islam akan saling menghancurkan satu sama lainnya... Dan ini justru malah yang tidak kalian sadari... Malahan kalian saling menuding bahwa Bencana Alam adalah Adzab untuk masing2 mereka...

أسكت لا تتكلم، اذا كنت لم تفهم

"Diamlah jangan berbicara, jika kalian tidak mengerti...!!!" 😠

Jangan sampai kalian yang menjadi sebab Fitnah kehancuran Umat hingga saling memerangi satu sama lainnya...

Tiga pilar Agama yang tidak boleh di lupakan (Islam, Iman dan Ihsan).





Tiga pilar Agama yang tidak boleh di lupakan.

Oleh : donnieluthfiyy

Agama Islam terbagi menjadi 3 Bagian penting yang tak bisa terpisahkan, ketiganya saling terkait dan melengkapi, jika salah satu dari ketiga bagian tersebut tidak terimplementasikan pada diri penganutnya, maka akan terjadi kepincangan dalam menjalankan Agama.
Ketiga bagian tersebut adalah :

1.       Islam
Agama sebagai landasan hukum bagi perkara-perkara yang Wajib dan perkara-perkara yang dilarang.

2.       Iman
Agama sebagai landasan Aqidah/Keyakinan.

3.       Ihsan
Agama sebagai Penyeimbang antara Landasan Islam dan Iman.

Kebanyakan orang lebih mendominasi dalam Hal Islam dan Iman, namun melupakan bagian Ihsan, sehingga Agama menjadi hal yang kaku yang seakan tidak mampu memberikan solusi bagi kehidupan, saling bertentangan satu dengan lainnya dalam permasalahan Agama itu sendiri, banyak orang lupa bahwa Agama di ciptakan Allah, dan DIA pula yang mengatur dan mengurusnya, sehingga semua sudah dalam kendali dan pengawasannya serta dalam perencanaannya. Ketika seseorang beragama lebih dominan dalam hal Islam dan Iman, maka terkadang ia terpeleset memerankan diri sebagai Pencipta Agama itu sendiri, hal itu dikarenakan dalam menjalankan Agama ia tidak mampu memanifestasikan dalam dirinya bahwa seakan-akan ia selalu diawasi, dilihat atau melihat Allah swt.

Salah satu yang termasuk dalam Bagian Ihsan adalah Bab Ridlo.

Habib Zain bin Ibrohim Bin Sumaith Ba’alawi Al Hasani menyampaikan dalam Kitab karangannya yang berjudul Syarah Hadits Jibril berkenaan dengan Ridlo :

Ridlo dengan Qodho (Ketetapan Allah) adalah Fardhu yang tidak dapat dielakan, sama saja apakah Qodho yang manis maupun yang pahit, Ridlo adalah perkara yang dicari dalam urusan Dunia, dari orang yang Faqir maupun Kaya, dalam keadaan Untung maupun rugi, atau dalam kondisi sakit, sehat sekalipun menjelang kematian ataupun yang semisal hal tersebut. Dalam Hadits Qudsi Allah swt berfirman : ((Siapa orangnnya yang tidak ridlo dengan Qodho-Ku, dan tidak bersabar atas Bala-UjianKu, serta tidak bersyukur kepada Nikmat-nikmatKu, maka silahkan cari Tuhan selainKu)). Dan Baginda Nabi Muhammad saw bersabda : ((Orang yang merasakan kepuasan Iman adalah orang yang Ridlo bahwasannya Allah swt sebagai Tuhan, Agama Islam sebagai Agama dan Nabi Muhammad saw sebagai Nabi)) (HR. Muslim [34]).

Maka siapapun yang Ridlo kepada Allah swt sebagai Tuhan, Wajib baginya Ridlo kepada Pengaturan/PerencanaanNya serta kepada Pilihan-pilihanNya, juga dengan Pahit QodhoNya, dan agar Qona’ah (Menerima dengan Lapang hati) dengan apa yang telah di bagiNya dari perkara Rizqi, dan hendaklah menjadi penyabar ketika datangnya Bala-Ujian, meninggalkan murka ketika datangnya Musibah-musibah dan perkara-perkara yang merugikan. Dalam satu Hadits Nabi saw bersabda : ((Sesungguhnya Allah swt ketika mencintai suatu Kaum, maka Ia menurunkan Bala-UjianNya kepada mereka, maka siapa orangnya yang ridlo, Allah swt juga meridloinya, dan siapa orangnya yang murka, maka Allah swt juga murka kepadanya)). (HR. Imam Tarmidzi [2396]).

Ketahuilah alamat/ tanda-tandanya ketiadaaan Ridlo dengan Qodho adalah :

  1. Perkataan : (Kenapa?) dan (Bagaimana ?).
  2. Nyata dan Nampaknya keluhan kepada Makhluq.
Dalam sebuah Hadits di sebutkan ((Siapa orangnya yang mengeluh dengan musibah yang diturunkan kepadanya, maka seakan-akan Ia mengeluhkan Allah swt (Sebagai tuhannya))).

Syaikh Imam Abul Hasan As Syadzili ra (Seorang Wali Allah Mursyid yang agung) berkata : Satu macam perkara yang bisa menjadikan amal menjadi sia-sia, dan banyak manusia tidak memperhatikan hal tersebut, perkara tersebut yaitu : Murkanya seorang hamba atas Qodho Allah swt, Allah swt berfirman : {{Demikian itu adalah dikarenakan mereka benci terhadap apa yang di turunkan oleh Allah (Subhanahu wa Ta’ala), maka Allah (Subhanahu wa Ta’ala) menghapuskan (pahala ) segala amal perbuatan mereka}}. (Q.S. Muhammad : 9).


Wallahu A’lam....... 

List Video