Rabu, 26 April 2017

Ciri-ciri Para Wali Allah




Imam Baghawi ketika menafsirkan Surat Yunus Ayat 62 – 63 yang berbunyi :
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63(
“Artinya : "Ingatlah, sesungguhnya wali wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa) “.

Maka Imam Baghawi mengutip hadits berikut ini.... (Inilah Alamat/ ciri-ciri para Awliya Allah)...

عن أبي مالك الأشعري رضي الله عنه قال: كنت عند النبي صلى الله عليه وسلم فقال: "إن لله عبادا ليسوا بأنبياء ولا شهداء يغبطهم النبيون والشهداء لقربهم ومقعدهم من الله يوم القيامة، قال: وفي ناحية القوم أعرابي فجثا على ركبتيه ورمى بيديه ثم قال: حدثنا يا رسول الله عنهم من هم؟ قال: فرأيت في وجه النبي صلى الله عليه وسلم البشر، فقال: هم عباد من عباد الله من بلدان شتى وقبائل، لم يكن بينهم أرحام يتواصلون بها، ولا دنيا يتباذلون بها، يتحابون بروح الله، يجعل الله وجوههم نورا، ويجعل لهم منابر من لؤلؤ قدام الرحمن، يفزع الناس ولا يفزعون، ويخاف الناس ولا يخافون".

Diriwayatkan dari Malik Al Asy’ariy ra, beliau berkata : Adalah aku berada di sisi Nabi saw, kemudian Nabi saw bersabda : Sesungguhnya Allah mempunyai para Hamba yang mereka bukanlah para Nabi dan para Syuhada, namun para Nabi dan Syuhada merasa menginginkan keadaan sepertia mereka (Hamba Allah tersebut), karena kedekatan dan kedudukan mereka di sisi Allah swt pada hari kiamat nanti, kemudian Nabi saw bersabda : dari segi kaum (mereka) adalah Kaum Badui (Rakyat Jelata), maka Nabi saw berdiri dengan lututnya dan melemparkan tangannya, kemudian Malik Al Asy’ari berkata : Ceritakanlah kepada kami Yaa Rasulullah dari mereka, siapakah mereka ? kemudian ia berkata : Maka aku melihat pada Wajah Rasulullah saw kegembiraan, maka Nabi saw bersabda : mereka adalah para hamba dari hamba-hamba Allah swt yang berasal dari suatu negeri yang bermusim dingin dan terdapat banyak suku-suku, tidak di temukan di antara mereka pertalian keluarga, dan tiadalah dunia yang di prioritaskannya, mereka saling mencintai karena Rahmat Allah swt, Allah menjadikan di wajah-wajah mereka cahaya, dan dijadikan bagi mereka mimbar-mimbar dari mutiara Qudamur Rahman,  ketika Manusia terkejut mereka semua tidak terkejut, dan ketika manusia takut mereka semua tidak takut.


=è Tergambar jelas sekali bahwa mereka (Para Awliya) bukanlah orang-orang yang keras dan penuh amarah.

Jawaban Allah swt ketika membaca Surat Al Fatihah di dalam Shalat



Jawaban Allah swt ketika membaca Surat Al Fatihah di dalam Shalat...

Hanya Para Awliya Allah yang mampu mendengar jawaban dari Allah swt tersebut.

Jadi jika shalatnya belum bisa seperti itu, jangan merasa " aku yang paling tahu tentang kebenaran !!! ".
Ahkamul Qur’an Sayyidina Ibnu Arobi.

ثَبَتَ عَنْ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَنَّهُ قَالَ: {قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ فَنِصْفُهَا لِي وَنِصْفُهَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ يَقُولُ الْعَبْدُ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي يَقُولُ الْعَبْدُ: الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي يَقُولُ الْعَبْدُ: مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ يَقُولُ تَعَالَى: مَجَّدَنِي عَبْدِي يَقُولُ الْعَبْدُ: إيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى فَهَذِهِ الْآيَةُ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ يَقُولُ الْعَبْدُ: اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ يَقُولُ اللَّهُ: فَهَؤُلَاءِ لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ}. فَقَدْ تَوَلَّى سُبْحَانَهُ قِسْمَةَ الْقُرْآنِ بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْعَبْدِ بِهَذِهِ الصِّفَةِ، فَلَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ، وَهَذَا دَلِيلٌ قَوِيٌّ، مَعَ أَنَّهُ ثَبَتَ فِي الصَّحِيحِ عَنْ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - أَنَّهُ قَالَ: {لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ}. وَثَبَتَ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ: {مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَهِيَ خِدَاجٌ ثَلَاثًا غَيْرَ تَمَامٍ}.

Ditetapkan dari Nabi saw, sesungguhnya beliau bersabda : { Allah swt berfirman : Aku membagi sholat antara aku dengan hambaku menjadi dua bagian, maka sebagiannya adalah untukku dan sebagian lainnya untuk hambaku, dan adalah bagi hambaku ada perkara yang ia minta, berkatalah hambaku : Alhamdulillahi Robbil ‘alamin, Allah swt menjawab : Hamidani Abdi, berkata hambaku : Arohmanur Rohiim, Allah swt menjawab : Atsna ‘Alayya Abdii, Hambaku berkata : Maliki Yaumid Diin, Allah swt menjawab : Majjadani Abdii, Hambaku berkata : Iyyaka Na’budu wa iyyaka nasta’in, Allah swt menjawab : Fa Hadzihil Ayaatun Baini wa Baina Abdii, dan adalah bagi hambaku ada perkara yang ia minta, berkatalah hambaku : Ihdinash Shirotol Mustaqim Shirotol Ladzina An’amta ‘alaihim Ghoiril Maghdlubi ‘alaihim Wa Ladl Dloollin, Allah swt menjawab : Fa Haaulaa-i Li’abdii dan adalah bagi hambaku ada perkara yang ia minta}. Dan sungguh Allah swt telah mengurus pembagian Al Qur’an diantara Allah swt dan hambanya dengan sifat tersebut, Maka tidak ada sholat bagi seseorang yang tidak membaca Surat Al Fatihah, dan ini adalah dalil yang kuat, begitupun sesungguhnya telah di tetapkan dalam hadits shahih dari Rasulullah saw – Sesungguhnya beliau bersabda {Tidak ada shalat bagi seseorang yang tidak membaca surat Al Fatihah} dan ditetapkan darinya bahwa sesungguhnya beliau bersabda : { siapa orangnya yang shalat tidak membaca surat Al Fatihah di dalamnya, maka shalatnya itu menjadi kurang tiga, tidak sempurna}.

Memandang Allah kelak di Surga



إلى ربها ناظرة"، قال ابن عباس: وأكثر الناس تنظر إلى ربها عياناً بلا حجاب. قال الحسن: تنظر إلى الخالق وحق لها أن تنضر وهي تنظر إلى الخالق. أخبرنا أبو بكر بن أبي الهيثم الترابي، أخبرنا عبد الله بن أحمد الحموي، أخبرنا إبراهيم بن خزيم الشاشي، أخبرنا عبد بن حميد، حدثنا شبابة، عن إسرائيل، عن ثوير قال: سمعت ابن عمر يقول: "قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن أدنى أهل الجنة منزلة لمن ينظر إلى جنانه وأزواجه ونعيمه وخدمه وسرره مسيرة ألف سنة، وأكرمهم على الله من ينظر إلى وجهه غدوة وعشية، ثم قرأ رسول الله صلى الله عليه وسلم: " وجوه يومئذ ناضرة * إلى ربها ناظرة "".

Tafsir Baghawi Surat Qiyamah Ayat 23 :

Diterjemahkan oleh : donnieluthfiyy

“ Memandang kepada Tuhannya “, Ibnu Abbas berkata : Adapun kebanyakan manusia (ahli surga) mereka melihat kepada Tuhannya secara nyata tanpa Penghalang. Al Hasan berkata : Melihat kepada Sang Kholik, dan Tetap baginya Wajah yang berseri-seri maksudnya adalah ketika mereka melihat kepada Sang Khalik. Telah mengabarkan kepada kami Abu Bakar bin Abil Haitsami At Turabi, dari Abdullah bin Ahmad Al Hamuwi, dari Ibrahim bin Khozim As Syasyi, dari Abd Bin Hamid, menceritakan kepada kami Syababah dari Israil dari Tsuwairi, ia berkata : Aku telah mendengar Ibnu Umar berkata : Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya derajat yang paling dekat kepada Ahli Surga adalah bagi seseorang yang melihat kepada surga-surganya, Istri-istrinya, nikmat-nikmatnya, pengabdiannya, dan kegembiraannya yang berlangsung selama 1000 tahun, dan yang paling mulia diantara ahli surga di hadapan Allah swt adalah seseorang yang melihat kepada Wajah Allah swt di waktu pagi dan petang, kemudian Rasulullah saw membacakan Firman Allah swt : “ Wajah-wajah (Orang Mu’min) pada hari itu berseri-seri # Memandang Tuhannya. “”

Minggu, 23 April 2017

Apa yang terjadi ketika Khilafah di terapkan di Indonesia.



Apa yang terjadi ketika Khilafah di terapkan di Indonesia.

Oleh : donnieluthfiyy

Sistem pemerintahan dengan model Khilafah bisa saja di terapkan jika memang memungkinkan dilihat dari segala Aspek, dan menghasilkan suatu tatanan yang akan lebih baik, namun jika dampaknya adalah lebih banyak madhorot maka agama pun melarang hal ini, seperti contoh dalam hal Ibadah saja Islam melarang bahkan mengharamkan puasa bagi seseorang yang sakit dan membahayakan dirinya jika ia berpuasa walaupun berupa puasa wajib, dan juga Islam melarang orang yang berwudlu ketika air bisa membahayakan bagi kulitnya yang terkena semacam penyakit yang membuatnya harus menjauhi air, maka di berikanlah rukhshoh untuk bertayamum....
Islam adalah Agama yang sempurna karena telah di sempurnakan Allah swt ketika Haji Akbar Rasulullah saw,
Allah Azza wa Jalla berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“… Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu …” [Al-Maa-idah: 3]
yang di dalamnya ada Kewajiban, kesunahan, kebolehan (Mubah), dan keringanan (Rukhshoh), maka janganlah kita memberatkan diri sendiri di dalam menjalankan Agama.
Rasulullah saw bersabda :
“Sesungguhnya agama itu mudah, dan sekali-kali tidaklah seseorang memperberat agama melainkan akan dikalahkan “ (HR. Abu Hirairoh).

Sedangkan Khilafah sendiri sudah di Kabarkan oleh Rasulullah saw bahwasannya setelah 30 tahun setelah masa Rasulullah saw, maka tidak ada lagi khilafah
Perhatikan hadits shahih berikut ini:
عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُمْهَانَ قَالَ حدثني سَفِينَةُ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم الْخِلاَفَةُ فِي أُمَّتِي ثَلاَثُونَ سَنَةً ثُمَّ مُلْكٌ بَعْدَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ لِي سَفِينَةُ أَمْسِكْ خِلاَفَةَ أَبِي بَكْرٍ ثُمَّ قَالَ وَخِلاَفَةَ عُمَرَ وَخِلاَفَةَ عُثْمَانَ ثُمَّ قَالَ لِي أَمْسِكْ خِلاَفَةَ عَلِيٍّ قَالَ فَوَجَدْنَاهَا ثَلاَثِينَ سَنَةً قَالَ سَعِيدٌ فَقُلْتُ لَهُ إِنَّ بَنِي أُمَيَّةَ يَزْعُمُونَ أَنَّ الْخِلاَفَةَ فِيهِمْ قَالَ كَذَبُوا بَنُو الزَّرْقَاءِ بَلْ هُمْ مُلُوكٌ مِنْ شَرِّ الْمُلُوكِ.
Sa’id bin Jumhan berkata: “Safinah menyampaikan hadits kepadaku, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Pemerintahan Khilafah pada umatku selama tiga puluh tahun, kemudian setelah itu dipimpin oleh pemerintahan kerajaan.” Lalu Safinah berkata kepadaku: “Hitunglah masa kekhilafahan Abu Bakar (2 tahun), Umar (10 tahun) dan Utsman (12 tahun).” Safinah berkata lagi kepadaku: “Tambahkan dengan masa khilafahnya Ali (6 tahun). Ternyata semuanya tiga puluh tahun.” Sa’id berkata: “Aku berkata kepada Safinah: “Sesungguhnya Bani Umayah berasumsi bahwa khilafah ada pada mereka.” Safinah menjawab: “Mereka (Bani Umayah) telah berbohong. Justru mereka adalah para raja, yang tergolong seburuk-buruk para raja”. (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi).
Pada hadits ini jelas sekali bahwasannya jika khilafah didirikan setelah masanya Khulafaur Rasyidin, maka khilafah itu adalah suatu bentuk kebohongan, Allah dan RasulNya tidak meridloi hal tersebut, karena banyaknya madhorot di dalamnya, Allah da RasulNya lebih mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada umat.

Seperti apa yang akan terjadi jika Indonesia menggunakan sistem Khilafah sedangkan faktanya di dalam Umat Islam sendiri banyak sekali terjadi perbedaan, mulai dari perbedaan masalah teologi, furu’iyyah serta perbedaan dalam memahami makna-makna dalam Tafsir Al Qur’an,
Di zaman Khalifah Ali krw sendiri telah terjadi konflik antara kaum Khawarij, Suni dan Syi’ah yang kesemuanya mengklaim kebenaran atas dasar pemahaman terhadap Islam masing-masing, saling mengkafirkan satu sama lain, kemudian terjadilah perang saudara sehingga pertumpahan darah serta pembantaian dimana-mana.
Kemudian juga Konflik yang terjadi antara Bani Buwaihi dan Bani Seljuk pada masa Dinasti Abbasiyah, sehingga pada saat itu khalifah hanya berfungsi sebagai pengendali Agama, sedangkan kekuasaan pada tatanan temporal (Kekuasaan secara otoritas kepemerintahan) menjadi Hilang.
Semua hal tersebut berkenaan dengan perbedaan teologi.
Ada pula konflik yang terjadi berkenaan kepemerintahan.
Pada masa Dinasti Umayah pun terjadi Konflik antara sebagian pihak dengan penguasa dinasti Umayah yang menjalankan pemerintahan dengan sistem monarki herediteis, padahal sistem pemerintahan tersebut belum pernah di pakai dalam sistem pemerintahan pada masa Khulafaur Rasyidin, karena pada masa Khulafaur Rasyidin pemerintahan di jalankan dengan sistem Demokrasi. Pihak-pihak yang tidak menyetujui sistem pemerintahan monarki yang di terapkan oleh Dinasti Umayah dianggap sebagai pemberontak. Maka terjadilah perang saudara.
Perang...perang...dan terus akan terjadi perang saudara....
Saat ini kita sendiri bisa melihat bagaimana konflik perbedaan teologi yang terjadi dalam tubuh umat Islam, sehingga berdampak saling mengkafirkan satu sama lain, bahkan menghalalkan untuk saling memerangi.
Maka jika khalifah tegak di Indonesia kemudian apabila kekuasaan ada pada Umat Islam yang menganut teologi Jabariyah (Wahabi dkk) tentulah Umat Islam yang menganut teologi selainnya akan di singkirkan atau bahkan di perangi karena bagi penguasa meraka telah dianggap kafir. Dan begitupun sebaliknya.
Apakah ini tidak menjadikan Madhorot yang lebih besar bagi keberlangsungan Umat Islam di Indonesia yang majemuk dalam suku dan ras ???
Kita tilik saja perbedaan dalam masalah Tahlil, Maulid dan Ziarah, bagaima mereka para Wahabi begitu kerasnya menentang bahkan jika ada kesempatan bisa menumpas dan memerangi, mungkin saja itu akan mereka lakukan.
Ketika Khilafah di dirikan maka opini Umat akan di giring pada kekuasaan otoriter seorang khalifah yang diyakini sebagai Wakil Tuhan di muka bumi, sehingga dengan keyakinan ini akan memberikan kesempatan pada satu pihak umat dengan teologinya untuk memerangi umat Islam lainnya yang berbeda teologi.
Apakah kemenangan musuh Allah di muka bumi akan di capai tanpa mereka bersusah payah?? karena umat Islam sendiri saling memerangi satu sama lain karena perbedaan yang hakikatnya tiada yang tahu akan kebenarannya secara langsung.
Bandingkanlah dengan pemerintahan saat ini yang menganut sistem demokrasi (Cat : Demokrasi ini juga di jalankan oleh Khulafaur Rasyidin), dimana semua orang dapat menyampaikan pendapat dan opininya dengan saling menghargai satu sama lainnya, tinggal bagaimana kita membangun peradaban yang baik melalui pendekatan-pendekatan persuasif bermediakan dakwah bil mauidhoh hasanah, dengan bermodalkan tanah air yang kaya akan alamnya ini Islam bisa maju berkembang jika bersatu, dan akan bisa mengalahkan pesaing-pesaing para musuh Islam.

Wallahu A’lam... semoga ada manfa’atnya...

Rabu, 12 April 2017

Ilmu Tasawuf




Sayyidil Habib Zein Bin Ibrohim Bin Sumith berkata (Syarah Hadits Jibril Hal. 142-143) : “ Tasawuf adalah Keluar dari setiap akhlak yang rendah (hina), dan masuk kedalam setiap akhlak yang agung (mulia).

Maka tatkala seorang hamba Tahallaa (menghiasi dirinya) dengan keindahan akhlak yang mendatangkan sunah-sunah Nabi saw (pada dirinya) dengan akhlaknya tersebut, dan menjadi takhollaa (menjadi sunyi/kosong) dari kontadiksi akhlak Terpuji yakni akhlak yang rendah (hina). Maka dinamakan hamba tersebut sebagai seorang Shufi, maka selanjutnya adapun Tasawuf yaitu Akhlak yang bagus, maka siapa orangnya yang bertambah akhlak bagus atas dirimu maka berarti bertambah pula atas dirimu di dalam tasawuf. Di sabdakan di dalam sebuah hadits : (( Paling berat sesuatu yang di letakkan di mizan (Timbangan amal) seorang hamba pada hari kiamat adalah akhlak yang bagus )). {HR. Abu Dawud No. 4799, dan Tarmidzi No. 2003. Dari riwayat Abu Darda rahm},  dan juga di sabdakan dalam sebuah hadits (( Sesungguhnya seorang mu’min sungguh akan menemukan dengan sebab akhlak bagus derajat seorang ahli puasa dan Ahli Ibadah )) { HR. Abu Dawud No. 4798, dari hadits riwayat Ummul Mu’min Sayyidatina Aisyah rah }.

Dan sungguh bahwasannya Hujjatul Islam Imam Ghazali ra telah mengumpulkan berkenaan dengan Akhlak terpuji ini di dalam 10 urutan, yaitu :

  1. Taubat.                                                 6. Ikhlas.
  2. Khauf (Takut).                                   7. Tawakkal.
  3. Zuhud.                                                  8. Mahabbah (Cinta)
  4. Sabar.                                                   9. Ridlo.
  5. Syukur.                                                 10. Mengingat Kematian.

Kamis, 06 April 2017

Ada apa di tanggal 10 rojab ???



Ada apa di Tanggal 10 Rojab???

Oleh : donnieluthfiyy

روى عبد الرزاق بسنده في كتابه (جنة الخلد) عن جابر بن عبد الله الأنصاري قال: قلت: {يا رسول الله بأبي أنت وأمي أخبرني عن أول شيء خلقه الله قبل الأشياء؟ قال: يا جابر إن الله خلق قبل الأشياء نور نبيك من نوره، فجعل ذلك النور يدور بالقدرة حيث شاء الله تعالى، ولم يكن في ذلك الوقت لوح ولا قلم ولا جنة ولا نار، ولا ملك ولا سماء ولا أرض ولا شمس ولا قمر ولا جن ولا إنس، فلما أراد الله أن يخلق الخلق قَسّم ذلك النور أربعة أجزاء: فخلق من الجزء الأول القلم، ومن الثاني اللوح، ومن الثالث العرش، ثم قسم الجزء الرابع أربعة أجزاء: فخلق من الجزء الأول حملة العرش، ومن الثاني الكرسي، ومن الثالث باقي الملائكة، ثم قسم الجزء الرابع أربعة أجزاء: فخلق من الجزء الأول السموات، ومن الجزء الثاني الأراضين، ومن الثالث الجنة والنار، ثم قسم الجزء الرابع إلى أربعة أجزاء: فخلق من الجزء الأول نور أبصار المؤمنين، ومن الثاني نور قلوبهم، وهي المعرفة بالله، ومن الثالث نور أنسهم، وهو التوحيد لا إله إلا الله محمد رسول الله. ثم نظر إليه فترشح النور عرقاً، فتقطرت منه مائة ألف قطرة وعشرين ألفاً وأربعة آلاف قطرة، فخلق الله من كل قطرة روح نبي رسول، ثم تنفست أرواح الأنبياء فخلق الله من أنفاسهم أرواح الأولياء والسعداء والشهداء والمطيعين من المؤمنين إلى يوم القيامة، فالعرش والكرسي من نوري، والكروبيون من نوري، والروحانيون من نوري، والجنة وما فيها من النعيم من نوري والشمس والكواكب من نوري، والعقل والعلم والتوفيق من نوري، وأرواح الأنبياء والرسل من نوري، والسعداء والصالحون من نتائج نوري، ثم خلق الله آدم من الأرض ورَّكب فيه النور وهو الجزء الرابع، ثم انتقل منه إلى شيث وكان ينتقل من طاهر إلى طيب إلى أن وصل إلى صلب عبد الله ومنه إلى وجه أمي آمنة ثم أخرجني إلى الدنيا فجعلني سيد المرسلين وخاتم النبيين وقائد الغر المحجلين. هكذا بدأ خلق نبيك يا جابر}. حديث صحيح
Imam Abdur Razak meriwayatkan sebuah hadits sahih dalam kitabnya “Jannatul Khuldi”, pada hadits tersebut menjelaskan tentang peristiwa penciptaan Nur Baginda Nabi Muhammad SAW sampai pada penciptaan makhluk lainnya, sehingga sampai pada peristiwa perpindahan Nur Muhammad dari Sulbi Sayyidina Abdullah kepada Rahim Sayyidah Aminah.
Kemudian  dalam tarikh Nabawiyah para ulama meriwayatkan :
لما رأى وهب من كرامة والد النبي صلى الله عليه وسلم فزوجه بها في رجب ليلة الجمعة فانتقل النور إليها
Bahwasannya perpindahan Nur Muhammad dari Sulbi Sayyidina Abdullah kepada Sayyidah Aminah terjadi pada Malam Jum’at di bulan Rojab, dan sebagian ulama berpendapat bahwasannya tanggalnya yaitu pada malam ke-10 Rojab.
Dari dasar ini banyak ulama ikut bergembira dan bersuka cita akan datangnya malam 10 Rojab, bahkan di sunahkan Puasa di 10 Rojab dan banyak-banyak membaca Sholawat atas Nabi saw... dan ada anjuran Pula melakukan hubungan suami istri di malam tersebut dan berharap mendapatkan Anak yang Sholeh/ sholehah.... Silahkan yang kepingin punya anak Sholeh nanti malam berjuang... dan semoga bisa menjadi sababiyah yang belum punya keturunan bisa punya keturunan dengan barokah malam yang mulia, yakni malam yang menjadi awal pertanda akan lahirnya Manusia utama yang terpilih... amiiin...


Wallahu A’lam.... Semoga ada manfa’atnya...

Rabu, 05 April 2017

BAB MENERANGKAN KHAUF DAN ROJA



Bab Khouf dan Roja
Dari Kitab Syarah Hadits Jibril Karya Al Allamah Sayyidil Habib Zain Bin Ibrahim Bin Sumith ra halaman 146.
Diterjemahkan oleh : donnieluthfiyy

Khouf yaitu Pengenalan Hati atas keagungannya Allah, keperkasaanNya, Dahsyat hukumanNya dan Pedih siksaNya. Adapun Buah dari khouf adalah Terhindarkan dari perkara yang tidak di Ridloi Allah swt, Khouf adalah gerakan hati yang mencegah manusia dari Maksiat dan hal-hal yang menyelisihi Allah swt.
Roja yaitu suatu prasangka yang baik kepada Allah swt dengan sebab mengenalnya hati atas keluasan rahmatnya Allah swt dan agungnya kelembutan Allah swt serta belas kasihNya. Adapun buahnya roja yaitu Baiknya amal dengan amal-amal yang sholeh, Roja adalah tertuntunnya seorang hamba kepada ketaatan dan hal-hal yang bersesuaian dengan kehendak Allah swt.
Maka dapat diketahui, sesungguhnya Khouf dan Roja adalah dua obat yang bermanfa’at untuk penyakit-penyakit hati, seperti penyakit merasa aman dari makar (Tipu daya sebagai ujian) Allah swt dan penyakit keputus asaan dari Rahmatnya Allah swt, dan keduanya adalah sebagian dari dosa-dosa besar.
** Seorang hamba ketika merasa telah paling pintar, paling baik, paling sholeh, paling taat, paling mengetahui akan agama Allah dan merasa paling benar maka berhati-hatilah bahwasannya Allah swt sedang membuat makar untuknya, apakah ia akan tertipu atau tidak dengan apa yang ia perbuat tersebut.
** Dan jangan sampai karena rasa takut yang berlebihan kemudian meninggalkan pengharapan kepada Allah swt, sehingga bersikap berlebihan dalam Agama, menyalahkan dan mencacimaki lainnya, seakan ia tidak mengetahui akan sifat Rahmat dan kelembutannya Allah swt kepada seluruh makhluknya.
Allah swt berfirman dalam surat Al A’raf ayat 99 :
فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ
“ Tiada (orang) yang merasa aman dari makar Allah kecuali orang-orang yang merugi “.
Dan Allah swt berfirman dalam surat Yusuf ayat 87 :
إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
“ Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir ".
Dan dalam sebuah hadits Qudsi dari Allah swt berfirman :
وعزتي وجلالي لا أجمع على عبدي خوفين وأمنين إذا خافني في الدنيا أمنته يوم القيامة وإذا أمنني في الدنيا أخفته يوم القيامة
“ Demi keperkasaan dan keagunganku tidak akan aku mengumpulkan pada hambaku dua Khouf dan dua rasa aman, ketika ia punya rasa khouf kepadaku di dunia maka ia aku akan berikan rasa aman kepadanya di hari kiamat, dan ketika ia merasa aman dariku di dunia aku akan berikan rasa khouf kepadanya kelak di hari kiamat “.
** Khouf dan Roja adalah dua hal yang harus seimbang dalam kehidupan manusia sebagai Hamba Allah swt, karena jika lebih kuat khouf daripada roja’nya maka ia akan terhantui oleh rasa takut berlebihan terhadap dosa dan mengakibatkan kedholiman juga kerusakan di muka bumi serta akan dikhawatirkan masuk kedalam dosa yang besar, begitupun sebaliknya, jika lebih kuat Roja’nya daripada khoufnya maka akan meremehkan Agamanya sehingga masuk pula kedalam dosa besar.
Para ahli ma’rifat (Semoga Allah swt memberikan kemanfaatan ilmu mereka kepada kita) berkata : “ Hal yang paling utama pada jalan yang benar di dalam agamanya adalah agar hendaknya menyeimbangkan antara khoufnya dan Roja’nya, sehingga menjadi seperti dua sayap burung . dan bahwasannya adapun selain jalan yang benar adalah meremehkan atas perintah-perintah Allah swt dan larangan-larangan Allah swt, dan melampaui atas batas-batas hukum Allah swt dan kemaksiatan kepadaNya. Maka perbaikilah baginya dengan cenderung kepada Khouf sampai kepada jalan yang benar, kecuali orang yang mendekati kematian. Dan akan menghadap Allah swt dan yang akan kembali kepada kampung akhirat, maka sebaiknya (orang-orang yang seperti tersebut) agar menjadikan Roja adalah menguasai hatinya, agar ia meninggal dalam keadaan berprasangka baik kepada Allah swt, maka dalam sebuah hadits di sabdakan :
لا يموت أحدكم إلا وهو يحسن الظن بالله تعالى
“ Tidaklah meninggal dunia seseorang diantara kalian kecuali ia berprasangka baik kepada Allah swt “.
Dan telah berkata Ibnu Abbas ra “ Ketika kalian melihat seorang lelaki sedang menghadapi kematiannya, maka berikanlah kabar kembira kepadanya atas pertemuannya dengan Allah swt, dan hal itu adalah dengan berprasangka baik kepada Allah swt, namun ketika ia masih hidup maka takut-takutilah ia (terhadap Siksa dan Makarnya Allah swt).

Khouf dan Roja adalah dua perasaan hati yang harus tetap di jaga keseimbangannya, agar bisa mencapai Mustaqiem (Jalan lurus yang tengah), sehingga akan menciptakan dampak yang baik bagi makhluk Allah swt dan juga senantiasa bisa beribadah dengan kebaikan kepada Allah swt.

Wallahu a’lam... Semoga ada manfa’atnya... amiin.



List Video