Sabtu, 11 Februari 2017

Tradisi Tahlilan yang masih saja diperselisihkan...



Tradisi Tahlilan yang masih saja diperselisihkan...
Oleh : donnieluthfiyy

Tahlilan adalah sebuah tradisi Masyarakat Indonesia yang diwariskan oleh Para Ulama yang datang ke Indonesia untuk berdakwah mengenalkan Agama Islam ke Indonesia, khususnya adalah para Ulama yang dikenal dengan sebutan Walisongo, mereka adalah ulama yang berhasil meng-Islamkan Indonesia.
Isi dalam Tahlilan itu sendiri adalah amaliyah-amaliyah yang diperintahkan dan dianjurkan dalam Agama, diantaranya yaitu :
1.       Membaca Istighfar, Allah SWT berfirman :
Surat An Nisa’ ayat: 106,

وَاسْتَغْفِرِ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا .

Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

2.       Membaca Tasbih dan Tahmid, Allah SWT berfirman :
Surat Ghafir/Al Mu’min ayat: 55,

فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالإبْكَارِ

 “Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.”

3.       Membaca Tahlil, Nabi SAW bersabda :
أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
Dzikir yang paling utama adalah bacaan ’laa ilaha illallah’.”

4.       Membaca Shalawat, Allah SWT berfirman :
Surat Al Ahzaab Ayat ; 56
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
"Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." .

5.       Membaca Al Qur’an, Allah SWT berfirman :
Surat Al Ankabuut Ayat ; 45,
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ
“ Bacalah kitab (Al Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad). “
Surat Al Baqoroh Ayat; 121,
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“ Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. “

ð  Jadi bisa di ketahui bahwasannya apa yang ada dalam Tahlilan kesemuanya adalah atas perintah yang jelas tanpa diragukan lagi.

Adapun bacaan Tasbih, Istighfar, Tahmid dan Tahlil kesemuanya itu di sebut juga dengan Dzikir, kemudian bagaimana Allah SWT memerintahkan berkenaan dengan Dzikir ...
1.       Perintah berdzikir.
Allah SWt berfirman dalam Surat Al Baqoroh Ayat 152,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ .
“ Karena itu, ingatlah (Berdzikirlah) kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. “

2.       Allah SWT tidak membatasi dalam berdzikir, baik jumlah maupun keadaan. Jika menginginkan berdzikir dengan jumlah 100, 200 ataupun 1.000 ataupun sambil Duduk, terlentang dan berdiri, dengan geleng kepala ataupun tidak... semuanya boleh.
Allah SWT berfirman dalam surat Ali ‘Imron ayat 41
وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالإبْكَارِ
“ Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari. “

Allah SWT berfirman dalam Surat Ali ‘Imron ayat 191,
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ
“ (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring. “

Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwasannya apa yang ada dalam Tahlilan adalah amalan yang diperintahkan bahkan sangat dianjurkan.

Adapun kemasannya berupa berkumpul bersama-sama dalam acara Kematian maupun Syukuran kesemuanya itu juga adalah perkara yang di perbolehkan dalam Agama, seperti juga Masjid yang dibuatkan Mihrab agar suara Imam terpantul ke belakang jama’ahnya, ataupun pengeras suara untuk Adzan juga berdakwah dengan media Panggung dan Sound System yang kesemuanya itu adalah sebagai media Syi’ar, begitupun kemasan dalam Tahlilan adalah bentuk media Syi’ar.
Dalam Ushul Fiqh dikatakan :
: ما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب
“ Perkara yang menjadikan tidak sempurnanya kewajiban kecuali dengan perkara itu, maka perkara itupun menjadi wajib. “
Selanjutnya didalam perkara Ibadah, dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1.       Ibadah Mahdhoh, yaitu Ibadah yang Khusus yang telah ditetapkan oleh Allah SWT melalui RasulNya, dan tidak dapat di rubah, Ibadah ini bersifat Karena Allah dan sesuia Syari’at.
Contoh jenis Ibadah ini adalah Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat, Haji, Wudlu.
Kaidah Ushul yang berlaku bagi Ibadah Mahdhoh adalah sbb;
الأصل في العبادات التوقيف
“ Asal dari Ibadah adalah Tawqif (Terhenti/ Terlarang) “
Sehingga ada dalil perintahnya.
2.       Ibadah Ghoiru Mahdhoh, yaitu Ibadah yang bersifat umum, maksudnya adalah setiap aspek  perbuatan manusia bisa menjadi Ibadah tergantung maqosid, ibadah ini bergantung kepada niat, jika suatu perbuatan baik dengan niat karena Allah maka perbuatan tersebut dapat bernilai ibadah. Contoh Ibadah ini adalah seperti berkumpulnya beberapa orang untuk membaca Qur’an, berdzikir, membantu orang lain.
Kaidah Ushul yang berlaku pada Ibadah Ghoiru Mahdhoh adalah sbb ;
الاصل فى الاشياء الاباحة حتى يدل الدليل على تحريمه
“ Asal dari setiap sesuatu (Perbuatan) adalah Mubah (Boleh) sehingga ada dalil yang melarangnya. “

Sejatinya telah jelas sekali bahwasannya amalan seperti Tahlilan, Maulidan dll, dalam rangka menjaga tali silaturahim adalah amalan yang termasuk kedalam Ibadah Ghoiru Mahdhah, sehingga selama tidak ada dalil yang secara jelas melarangnya maka amalan tersebut adalah boleh, bahkan menjadi Nilai Ibadah yang sangat baik karena didalamnya terdapat amaliyah yang diperintahkan.

Tambahan :
Hadits-hadits Shahih berkenaan sampainya pahala sedekah, tasbih dan bacaan Al Qur’an untuk Mayit...
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ رَجُلًا اَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ أُمِّيَ افْتُلِتَتْ نَفْسَهَا وَلَمْ تُوْصِ وَاَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ اَفَلَهَا اَجْرٌ اِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ (رواه مسلم ،١٦٧٢(
“Dan ‘Aisyah RA, “Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW, “Ibu saya meninggal secara mendadak dan tidak sempat berwasiat. Saya menduga seandainya ia dapat berwasiat, tentu ia akan bersedekah. Apakah ia akan mendapat pahala jika saya bersedekah atas namanya?” Nabi menjawab, “Ya”.” (HR.Muslim, :1672).
                                                                                                                              
Dalam kitab Nail al Authar juz IV juga disebutkan sebuah hadits soheh yang berbunyi:

وَعَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمِ اِنَّ أَبِي مَاتَ وَلَمْ يُوْصِ أَيَنْفَعُهُ اِنْ اَتَصَدَّقُ عَنْهُ؟ قَالَ نَعَمْ، (رواه أحمد ومسلم والنساء وابن ماجه(
“ Dari Abu Hurairah, ia meriwayatkan: Ada laki-laki datang kepada Nabi lalu ia berkata: Ayahku telah meninggal dunia dan ia tidak berwasiat apa-apa. Apakah saya bias memberikan manfaat kepadanya jika saya bersedekah atas namanya? Nabi menjawab: Ya, dapat (HR. Ahmad, Muslim, Nasa’I, dan Ibnu Majah).”
عَنْ اَبِي دَرْأَنْ نَاسًا مِنْ اَصْحَابِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوْا لِلنَّبِي ص.م يَارَسُوْلَ اللهِ ذَهَبَ اَهْلِ الدُّثُوْرِ بِالْاُجُوْرِ يُصَلُّوْنَ كَمَا تُصَلَّى وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا تَصُوْمُ وَيَتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ اَمْوَالِهِمْ قَالَ اَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللهُ لَكُمْ مَا تَصَدَّقُوْنَ اِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةٌ (رواه مسبلم،١٦٧٤(
Dari Abu Dzarr RA,ada beberapa sahabat berkata kepada Nabi SAW,” Ya Rosulullah, orang-oarng yang kaya bisa (beruntung) mendapatkan banyak pahala. (Padahal) mereka shalat seperti kami shalat. Mereka berpuasa seperti kami berpuasa. Mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka. Nabi SAW menjawab, “ Bukankah Allah SWT telah menyediakan untukmu sesuatu yang dapat kamu sedekahkan? Sesungguhnya setiap satu tasbih (yang kamu baca) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah.” (HR. Muslim :1674 ). “


Wallahu A’lam... Semoga ada manfa’atnya.

Rabu, 01 Februari 2017

Pujian dan Celaan kepada Makhluk adalah Pujian dan celaan yang kembali kepada Allah SWt yang menciptakannya.



Lafadz " Alhamdu " pada kalimat Hamdalah mengandung makna 4 Pujian.
1. Qodim 'Alal Qodim yakni Pujian Allah Kepada DiriNya, Contohnya ;
                (Qs. Al Baqoroh : 30) إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya Aku lebih tau apa yang tidak kalian ketahui”
2. Qodim 'Alal Hadits yakni Puiian Allah kepada makhlukNya, Contohnya ;
(Qs. Al Qolam : 4)وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيم
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar di atas budi pekerti yang luhur”
3. Hadits 'Alal Qodim yakni Pujian Makhluk kepada Allah, Contohnya Ucapan kita ;
"Ya Allah.. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemurah".
4. Hadits 'Alal Hadits yakni Pujian Makhluk kepada Makhluk, Contohnya Ucapak kita kepada teman ;
                “ Alangkah Cantiknya dirimu “

Kesemua pujian yang empat tersebut sejatinya adalah kembali kepada Allah SWT atau pada hakikatnya adalah pujian untuk Allah SWT.

Untuk point yang pertama telah jelas bahwa Allah SWT memuji kepada dirinya...

Kemudian pada point ke-3 Makhluk memuji Alla SWT, ini pun telah jelas pujian kepada Allah SWT...

Dan untuk Point kedua Allah memuji kepada KekasihNya Baginda Nabi Muhammad SAW, Allah SWT memuji kepada Nabi SAW pada hakikatnya adalah Allah SWT memuji kepada diriNya...
Coba kita analogikan...
Jikalau anda membuat sebuah kapal mainan dari kertas dengan bentuk yang bagus dan indah, kemudian anda berkata : “ Wah bagus dan sempurna pesawat kertas ini, terlihat seperti pesawat F16 aslinya “. Maka pertanyaanya... siapakah yang merasa tersanjung atas ucapan anda tersebut ????

Selanjutnya pada point yang ke empat Makhluk memuji kepada makhluk lainnya, atau seseorang memuji orang lain, pada hakikatnya pujian tersebut adalah pujian kepada Allh SWT...
Coba kita analogikan lagi....
                Misalkan anda adalah seorang wanita yang sedang merias wajah teman anda, anda merias dengan hati-hati dan penuh ketelitian sehingga hasilnya sangat memuaskan, kemudian datanglah seorang teman anda lainnya yang kemudian melihat kepada hasil riasan anda pada wajah teman anda tersebut, dan teman anda yang baru saja datang tersebut berkata kepada teman anda yang anda rias wajahnya itu dengan perkataan begini “ Wow... cantik sekali kamu dengan riasan itu... jadi kelihatan lebih muda dan tambah cantik... “. Anda mendengar perkataan teman anda yang memuji teman anda yang dirias wajahnya oleh anda tersebut, pertanyaannya... Siapakah yang merasa tersanjung atas pujian teman anda kepada teman anda yang dirias wajahnya tersebut ?????

Oleh sebab itu setiap pujian yang anda utarakan kepada orang lain jika diniatkan dalam rangka memuji ciptaan Allah SWT dan untuk menyenangkan Allah SWT, maka pujian tersebut menjadi Nilai Ibadah untuk anda. Dan Allah SWT akan merasa senang dengan pujian anda kepada ciptaannya tersebut.

Sebaliknya jika anda mencela CiptaanNya maka bisa anda bayangkan sendiri bagaimana ???

Sebagaimana teman anda mencela teman anda yang anda rias wajahnya tersebut, semisal dengan ucapan “ ihh... wajah kamu kok jadi kayak gitu, kelihatan beda banget... kelihatan tua dan kusut kayak badut “. Bagaimana respon perasaan anda ketika mendengar hal tersebut ?????

Dalam hal ini Perumpamaan tersebut bukan berarti menyamakan Allah SWT dengan makhlukNya, tetapi begitu amat pentingnya menjaga Adab dihadapan Allah SWT....

Wallahu A'lam... Semoga ada manfa'atnya....

List Video