Jumat, 19 Januari 2018

Kisah Segolongan orang dari Bani Israil yang menghuni Pegunungan (Jabal) Qof, sebuah tempat yang di rahasiakan Allah swt.




Segolongan orang yang menghindari fitnah, pertikaian dan perselisihan umat sepeninggal Nabinya, Segolongan orang ini lah yang mendapatkan pertolongan dan Rahmat dari Allah swt....

Oleh : donnieluthfiyy

Disadur dari Tafsir Surat Yasin Syaikh Hamami Zadah Hal. 11.
Ayat ke – 36
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنبِتُ الْأَرْضُ وَمِنْ أَنفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ
Artinya : Maha Suci Allah yang menciptakan semua berpasang-pasangan, dari apa yang di tumbuhkan                        dari bumi serta dari diri mereka, dan  dari apa yang tidak mereka ketahui. (QS.Yasin:36).
Pada ayat  وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ   “ Dari apa yang tidak mereka ketahui “, Syaikh Hamami Zadah mengutip sebuah hadits Rasulullah saw ketika beliau di Isro’ kan.
Kisah dalam hadits tersebut adalah kisah tentang Bani Israil sepeninggal Nabi Musa as, kemudian setelah itu terjadi Fitnah berupa perselisihan dan pertikaian sehingga melahirkan Peperangan diantara mereka, mereka satu sama lain saling bunuh-membunuh sampai tidak disadari dalam waktu singkat dalam peperangan tersebut telah terbunuh sebanyak 43 Nabi Allah, kemudian Allah datangkan lagi 200 orang laki-laki yang Ahli Ibadah dan Zuhud, mereka mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran, namun 200 Laki-laki tersebut-pun dibunuh oleh mereka dalam peperangan mereka, sehingga kondisi umat saat itu menjadi kacau balau, saling tuduh sesat dan mengkafirkan satu sama lainnya.
Adalah satu golongan dari Bani Israil yang mereka tidak pernah ikut-ikutan dalam pesta pertikaian dan perselisihan Bani Israil saat itu, mereka lebih memilih berjihad kepada Hawa Nafsunya, menjauhi gelapnya kebencian dan kemarahan, menjauhi perasaan merasa lebih/ paling benar dari lainnya, menghindari mengotori tangan mereka dengan darah-darah manusia, kemudian mereka menjauh dari kelompok-kelompok orang yang sedang bertikai itu, maka sampailah mereka di tepi pantai di suatu lautan, dan mereka bermunajat menyeru do’a kepada Allah swt, Dzat yang jelas nyata pasti pertolonganNya, Dzat yang jelas nyata pasti kebenaranNya, Dzat yang jelas nyata pasti pengetahuanNya. Segolongan orang tersebut berdo’a memohon kepada Allah swt agar diselamatkan dari Fasad (Kerusakan) kaum mereka itu. Ketika mereka sedang dalam keadaan berdo’a, bermunajat serta merendahkan dirinya dihadapan Allah swt, Maka seketika tiba-tiba muncul lah sebuah lubang yang sangat besar dan dalam di bawah mereka sehingga mereka terperosok jatuh semuanya kedalam lubang tersebut, dan tetaplah mereka didalam lubang tersebut untuk mencari jalan keluar selama 18 bulan lamanya, sehingga keluarlah mereka kepada suatu tempat diantara Jabal (Gunung) Qof, diriwayatkan bahwasannya tempat tersebut berwarna putih keperak-perakan serta berkilauan seperti kaca, sehingga tinggal lah mereka di tempat tersebut dalam waktu yang hanya Allah yang mengetahuiNya, dan keberadaan mereka tersebut tidak diketahui oleh Bani adam/ Manusia yang berada diluar (Maksudnya tidak diketahui oleh seluruh manusia penduduk Bumi ini), begitupn mereka tidak mengetahui keberadaaan Bani adam/ manusia yang berada diluar (mereka juga tidak mengetahui keberadaan manusia lannya).
                Selanjutnya ketika peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad saw, Beliau saw dipertemukan oleh Allah dengan mereka, Rasulullah saw di tunjukan oleh Allah swt kepada suatu tempat yang tidak diketahui oleh Hamba-hamba Allah yang lainnya, yang berada diantara Pegunungan (Jabal) Qof, sebuah tempat yang putih keperak-perakan serta berkilauan seperti kaca. Ketika Rasulullah saw dipertemukan dengan segolongan orang dari Bani Israil yang diselamatkan Allah swt dari kerusakan kaumnya tersebut, mereka menyambut kedatangan Rasulullah saw seraya memuji kepada Allah swt “  الحمد لله الذي أرانا وجهك يا محمد artinya “ Segala puji bagi Allah yang telah (mengizinkan) kami memandang wajahmu Yaa Muhammad...” kemudian mereka beriman kepada Rasulullah saw dan selanjutnya Rasulullah saw mengajarkan kepada mereka hukum-hukum Syari’at Islam seperti Shalat, Puasa, Zakat dan lain sebagainya dari hukum-hukum Syari’at Islam. Mereka berkata kepada Rasulullah saw bahwasannya ketika Nabi Musa as masih ada bersama leluhur mereka, Nabi Musa as berwasiat kepada leluhur mereka agar nanti ketika mereka atau anak cucu mereka kelak dipertemukan dengan Nabi Akhir Zaman yang menjadi penutup para Nabi dan Rasul untuk menyampaikan Salamku (Nabi Musa as) kepada Nabi Akhir Zaman tersebut yakni Nabi Muhammad saw.
                Setelah itu Rasulullah saw berkeliling melihat perkampungan mereka, maka Rasulullah saw melihat bahwa Rumah-rumah mereka tidak memiliki pintu, dan beliau saw menanyakan sebabnya kenapa bisa seperti itu?, Merekapun menjawab bahwasannya tidak ada diantara mereka perasaan khawatir satu sama lain sehingga tiadalah perlu rumah kami untuk memiliki penutup pintu. Rasulullah saw pun melihat bahwa Tembok/ Dinding rumah-rumah mereka sama ratanya, tiada perbedaan antara rumah satu dengan lainnya, beliau saw menanyakan sebabnya tersebut, maka mereka menjawab bahwasannya kami merasa sama didalam hati kami (maksudnya tiada perbedaan baik status sosial, ekonomi maupun nasab). Selanjutnya Rasulullah saw bertanya berkenaan Masjid mereka yang jaraknya jauh dari rumah-rumah mereka, mereka menjawab bahwasannya Balasan kebaikan orang yang mendatangi masjid yang jauh lebih utama dari pada orang yang mendatangi masjid yang dekat. Rasulullah saw juga bertanya berkenaan Pekuburan mereka yang lokasinya di depan pintu rumah-rumah mereka, kenapa sebabnya ?, mereka menjawab bahwasannya agar selalu mengingatkan kami kepada tempat kembali kami kelak (Pekuburan) sehingga kami tidak terpengaruhi dan tersibukan oleh Dunia, dan kami tidak lupa kepada kematian. Rasulullah saw bertanya kembali kenapa mereka terlihat tidak pernah tertawa?, merekapun menjawab bahwasannya tertawa bisa menyebabkan hitamnya hati oleh sebab itu kami tidak suka tertawa. Rasulullah saw bertanya juga adakah diantara mereka orang yang sakit ?, mereka menjawab sesungguhnya sakit adalah kafaroh bagi dosa-dosa, sedangkan kami tidak melakukan dosa (Maksudnya mereka tidak pernah sakit). Beliau saw pun bertanya tentang bagaimana mereka bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka?, mereka pun menjawab Ya.. kami bercocok tanam, kami menanam dan kemudian sisanya kami pasrahkan dan tawakal kepada Allah swt, sehingga tiba waktu Panen (Menuai hasil) kami berkumpul bersama dan datang ke perkebunan/ pertanian kami, kemudian kami mengambil apa-apa yang kami butuhkan saja tidak lebih dan sisanya kami tinggalkan (Mereka mengambil hanya sekedar untuk kebutuhan mereka saja agar bisa melanjutkan untuk beribadah kepada Allah swt). Rasulullah saw bertanya adakah mereka juga beternak ?, mereka menjawab Ya.. kami berternak di padang pasir, kemudian kami tinggalkan ternak kami tersebut dibiarkan dipadang pasir, sampai kami membutuhkannya, maka kami datang ke padang pasir untuk mengambil beberapa ternak yang kami butuhkan saja, dan sisanya kami tinggalkan ternak kami tersebut di padang pasir (Hati mereka tidak terbelenggu dalam keserakahan). Kemudian Rasulullah saw bertanya berkenaan keadaan wajah-wajah mereka yang berwarna kekuningan-kuningan dan pucat sedangkan tiada diantara mereka orang-orang yang sakit, mereka menjawab bahwasannya inilah wajah yang senantiasa takut dengan kematian (Karena kematian adalah pertanggung jawaban kepada sang pemberi kehidupan yaitu Allah swt). Terakhir Rasulullah saw bertanya apakah banyak diantara mereka orang-orang yang wafat ?, merekapun menjawab bahwa diantara mereka dalam setiap tahun terdapat satu jenazah orang yang wafat.

Inilah kaum yang lebih memilih berjihad melawan Hawa Nafsunya ketimbang mengotori tangan mereka dengan darah-darah manusai, mengotori hatinya dengan kebencian dan kemarahan, mengotori lisannya dengan caci maki dan laknat, maka Allah swt memuliakan mereka dengan menempatkan dalam golongan hamba-hambanya yang beruntung, mereka tidak hanya mendapatkan surga di Akhirat, namun ketika hidup di dunia-pun mereka telah diberikan surga oleh Allah swt.


Wallahu A’lam.... semoga bermanfa’at.

Menciptakan Daya Tarik, Menghimpun, memobilisasi dan merekrut. Jangan menjadi orang yang bodoh yang mudah termakan Isu/Hasud.




Menciptakan Daya Tarik, Menghimpun, memobilisasi dan merekrut.
Jangan menjadi orang yang bodoh yang mudah termakan Isu/Hasud.

Oleh : donnieluthfiyy

Sebuah upaya yang memang terkesan wajar ketika Individu seseorang ataupun kelompok ataupun golongan membutuhkan kekuatan suara masyarakat, kemudian mereka menciptakan daya tariknya, baik melalui retorika sosial, budaya, pendidikan maupun Agama, untuk mencapai suatu tujuan tersembunyi dari apa yang di cita-citakannya, retorika-retorika yang di sampaikan bisa jadi bersifat Faktual, namun tidak menutup kemungkinan bahwa itu hanya bersifat Opini, disini kita sebagai rakyat harus mampu berfikir sedikit keras secara kritis dan cerdas agar tidak selalu dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang memiliki tujuan-tujuan tertentu yang sejatinya tidak bersesuaian dengan retorika yang disampaikannya, atau hanya sebuah pengalihan dalam menghimpun suara, yang nantinya himpunan suara tersebut akan di manfaatkan demi keuntungan mereka semata.
Hal yang sangat memprihatinkan adalah ketika retorika yang sifatnya hanya sebuah opini tersebut menimbulkan suatu kebencian dan kemarahan dihati masyarakat karena termakan hasud sara, dan kedepannya sekedar untuk menghimpun Dana bagi keberlangsungan cita-cita kelompoknya. Jika kita perhatikan bagaimana sebuah Promosi dan Iklan-iklan yang disampaikan sebuah Perusahaan atas produk-produknya membentuk sebuah pesan-pesan rayuan agar Produknya tersebut menjadi pilihan bagi masyarakat atau konsumennya, sehingga rating penjualan akan naik dan memberikan keuntungan besar bagi perusahaannya. Dan hal tersebut juga bisa dilakukan oleh selain perusahaan komersil, dan itu adalah hal yang sangat wajar dalam rangka upaya mengembangkannya, namun kita sebagai masyarakat ataupun konsumen harus bisa sedikit kritis dan cerdas menilai sebuah kebaikan bukan hanya dari kulitnya, tetapi esensi kebaikan didalamnya juga perlu kita perhatikan, agar jangan sampai kita menjadi korban yang sia-sia. Membela sesuatu yang ternyata bukan seperti apa yang kita harapkan. Sehingga kita menjadi orang-orang yang dikategorikan sebagai orang yang bodoh.

الجَاهِلُ لاَ يَعلَمُ رُتْبَةَ نَفْسِه ، فَكَيْفَ يَعْرِفُ رُتْبَةَ غَيْرِهِ (الإمام الذهبي(
“ Orang Bodoh tidak akan mengetahui kedudukan dirinya, maka bagaimana ia akan mengenali kedudukan orang lain “ (Imam Dzahabi)

كفى بالمرء جهلا أن لا يعرف قدر نفسه.( علي بن أبي طالب(
“ Cukuplah dengan seseorang yang (dikatakan) bodoh, jika ia tidak mengenali kadar dirinya “ (Imam Ali Bin Abi Thalib).

أن أعجب لشيء , فعجبي لرجال تنموا أجسامهم وتصغرعقولهم. ( الأحنف بن قيس(
“ Jika aku kagum pada sesuatu, maka kekagumanku adalah pada seorang lelaki yang membesarkan tubuhnya namun mengecilkan akalnya “. Maksudnya Semakin dewasa namun semakin bodoh. (Imam Ahnaf Bin Qaisy).

ـــ الحكيم يناقش في الرأي , والجاهل يجادل في الحقائق. (حكيم(
“ Orang yang bijak berbantahan dengan Pikiran (akalnya), dan orang bodoh berdebat didalam kebenaran “ (Imam Hakim).

ـــ الجاهل يؤكد, والعالم يشكك , والعاقل يتروى. (أرسطو(
“ Orang Bodoh itu (Cenderung) teguh pendirian (Ngotot), Orang berilmu itu (Cenderung) meragukan dirinya (Tawadu’), dan orang berakal (Cenderung) merenungi diri (Muhasabah) “.

أقل الناس قيمة أقلهم علما,فما أضعف الإنسان إذا لم يستطع أن يرفع من قيمة نفسه.
“ Sedikit sekali manusia yang menilai akalnya dengan Ilmu, Maka adapun selemah-lemahnya manusia adalah ketika ia tidak mampu kemudian ia mengangkat harga dirinya “.

ولما رأيت الجهل في الناس فاشيا تجاهلت حتى ظن إني جاهل. ( المعري(
“ Ketika aku melihat kebodohan pada diri manusia yang tersiar, maka aku menghiraukannya sehingga aku menyangka bahwa sesungguhnya aku (iuga) adalah orang yang bodoh “. (Imam Al Ma’ari). – maksudnya adalah Jika ada kebodohan yang tersiar luas maka janganlah diam membiarkan kebodohan itu terus tersiar.


Wallahu A’lam... semoga bermanfaat.

List Video