*Tafsir Baghawi*
*Surat Annisa Ayat 92*
Diterjemahkan Oleh : donnieluthfiyy
قوله
تعالى:"وما كان لمؤمن أن يقتل مؤمناً" ، الآية نزلت في عياش(بن أبي ربيعة)
المخزومي، وذلك أنه أتى رسول الله صلى الله عليه وسلم بمكة قبل الهجرة فأسلم ثم خاف
أن يظهر إسلامه لأهله فخرج هارباً إلى المدينة ، وتحصن في أطم من آطامها ، فجزعت أمة
لذلك جزعاً شديداً وقالت لابنيها الحارث وأبي جهل ابن هاشم وهما أخواه لأمه : والله
لا يظلني سقف ولا أذوق طعاماً ولا شرباً حتى تأتوني به ، فخرجا في طلبه ، وخرج معهما
الحارث بن زيد بن أبي أنيسة حتى أتوا المدينة ، فأتوا عياشاً وهو في الأطم ، قالا له:
انزل فإن أمك لم يؤوها سقف بيت بعدك، وقد حلفت الا تأكل طعاماً ولا تشرب شراباً حتى
ترجع إليها (ولك عهد الله) علينا أن لا نكرهك على شيء ولا نحول بينك وبين دينك ، فلما
ذكروا له جزع امه وأوثقوا له بالله نزل إليهم فأخرجوه من المدينة ثم اوثقوه بنسعة،
فجلده كل واحد منهم مائة جلدة ، ثم قدموا به على أمه فلما أتاها قالت: والله لا أحلك
من وثاقك حتى تكفر بالذي آمنت به ، ثم تركوه موثقاً مطروحاً في الشمس ما شاء الله ،
فأعطاهم الذي أرادوا فأتاه الحارث بن زيد فقال: يا عياش أهذا الذي كنت عليه فوا الله
لئن كان هدىً لقد تركت الهدى، ولئن كانت ضلالة لقد كنت عليها، فغضب عياش من مقالته
، وقال : والله لا ألقاك خالياً أبداً إلا قتلتك ، ثم إن عياشاً أسلم بعد ذلك وهاجر
ثم أسلم الحارث ابن زيد بعده وهاجر إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم وليس عياش حاضراً
يومئذ ولم يشعر بإسلامه ، فبينا عياش يسير بظهر قباء إذ لقي الحارث فقتله ، فقال الناس:
ويحك أي شيء صنعت؟ إنه قد أسلم ،فرجع عياش إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم وقال:
يا رسول الله قد كان من أمري وأمر الحراث ما قد علمت ، وإني لم أشعر بإسلامه حتى قتلته
، فنزل :"وما كان لمؤمن أن يقتل مؤمناً إلا خطأ". وهذا نهى عن قتل المؤمن
Firman Allah swt “ Dan tiadalah
bagi seorang mu’min untuk membunuh mu’min yang lainnya “, Ayat ini turun
berkenaan dengan kisah Ayyasy (Bin Abi Robi’ah) Al Makhzumi, Pada saat itu Ia
mendatangi Rasulullah saw di Kota Makah sebelum Hijrah, maka Ia masuk Islam di
hadapan Nabi saw kemudian ia merasa khawatir/takut jika Ke-Islamannya di
ketahui oleh keluarganya, maka berangkatlah ia melarikan diri ke Kota Madinah,
dan membentengi dirinya di sana di dalam penjagaan orang2 yang melindunginya.
Namun Bibinya menjadi sangat gelisah/cemas atas kepergiannya tersebut dan
berkata kepada kedua anaknya yaitu Harits dan
Abu Jahal Bin Hisyam, keduanya adalah saudaranya dari Ibunya : Demi
Allah, aku tidak akan bernaung pada atap, tidak mencicip makanan dan tidak pula
minum sehingga kau membawakan ia kepadaku, maka keduanya pergi mencarinya, dan
pergi juga bersama mereka Harits Bin Zaid Bin Abi Anisah sehingga mereka sampai
di Madinah, kemudian mereka mendatangi ‘Ayyasy yang saat itu ia berada dalam
sebuah tempat perlindungan, kemudian keduanya berkata kepadanya : keluarlah, karena
ibumu tidak mau berteduh pada atap rumahnya dari terik panas setelah
kepergianmu, dan Ibumu sungguh telah berjanji untuk tidak makan dan minum
sehingga engkau kembali kepadanya (Dan bagimu Janji Allah atas kami untuk tidak
membenci kamu dan tidak pula merubah atas sesuatu yang berada diantara kamu dan
agamamu, maka ketika mereka menceritakan hal tersebut tentang kecemasan Ibunya,
dan mengikat kesepakatan kepadanya dengan nama Allah, maka keluarlah ia kepada
mereka, dan berangkatlah mereka keluar dari Kota Madinah dengn membelenggu Ayyasy, maka masing-masing dari mereka mencambuknya sebanyak 100
cambukan, kemudian menghadaplah mereka dengan membawa Ayyasy kepada Ibunya,
maka ketika ia mendatangi Ibunya, Ibunya berkata : Demi Allah tidak lah halal
bagimu dari tali belenggu mu sehingga engkau kafir/menentang terhadap perkara
yang aku yakini, maka kemudian mereka meninggalkannya dalam keadaan terbelenggu
dan dibiarkan terjemur terik matahari (Ma Sya Allah), kemudian diberikannya kepada mereka apa-apa yang mereka inginkan, maka datanglah kepadanya Harits Bin
Zaid, ia berkata : Wahai Ayyasy apakah ini yang engkau inginkan, maka demi
Allah jika ada suatu petunjuk maka engkau akan tinggalkan petunjuk itu, dan jika
ada kesesatan sungguh engkau berada padanya, maka Ayyasy menjadi marah atas
perkataannya, dan berkata : Demi Allah tidaklah aku bertemu denganmu dalam
keadaan sendiri selamanya kecuali aku akan membunuhmu.
Maka setelah peristiwa tersebut
Ayyasy telah masuk Islam kembali dan berhijrah begitu juga Harits Bin Zaid setelahnya
dan ikut berhijrah kepada Rasulullah saw dan tidaklah Ayyasy hadir dan
menyadari ketika Harits masuk Islam, Maka tatkala Ayyasy sedang berjalan dan
nampak dari jarak dekat tiba-tiba bertemu dengan Harits maka ia langsung
membunuhnya, maka orang-orang berkata : Celakalah apa yang telah engkau perbuat
? sesungguhnya dia telah masuk Islam, maka kembalilah Ayyasy kepada Rasulullah
saw dan berkata : Wahai Rasulullah saw sungguh ada dalam urusanku dan urusan
harits apa-apa yang Engkau ketahui, dan aku tidaklah menyadari akan
Ke-Islamannya sehingga aku membunuhnya, maka turunlah ayat “ Dan tiadalah bagi
seorang mu’min untuk membunuh mu’min yang lainnya kecuali karena tidak sengaja
“. Dan inilah Dalil larangan membunuh sesama mu’min.
*Berkenaan dengan teroris, Bom
Bunuh diri dan juga peperangan saudara se Iman yang pastinya akan saling
membunuh satu sama lain dan banyak mu’min yang tidak bersalahpun ikut terbunuh,
maka jika dikaitkan dengan ayat ini berarti mereka semua adalah orang-orang
yang mendurhakai Allah swt.*
Perhatikan kelanjutan Ayat tersebut...
Allah SWT berfirman:
وَمَنْ
قَتَلَ مُؤْمِنًا خَطَــئًا فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ وَّدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ
اِلٰٓى اَهْلِهٖۤ اِلَّاۤ اَنْ يَّصَّدَّقُوْا
ؕ فَاِنْ كَانَ مِنْ قَوْمٍ عَدُوٍّ لَّـكُمْ وَهُوَ
مُؤْمِنٌ فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مُّؤْمِنَةٍ ؕ وَاِنْ كَانَ مِنْ
قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيْثَاقٌ فَدِيَةٌ مُّسَلَّمَةٌ اِلٰٓى اَهْلِهٖ وَ تَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ
مُّؤْمِنَةٍ ۚ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ ۖ تَوْبَةً
مِّنَ اللّٰهِ ؕ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
"Barang siapa membunuh
seorang yang beriman karena tersalah, (hendaklah) dia memerdekakan seorang
hamba sahaya yang beriman serta (membayar) tebusan yang diserahkan kepada
keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh)
membebaskan pembayaran. Jika dia (si terbunuh) dari kaum yang memusuhimu,
padahal dia orang beriman, maka (hendaklah si pembunuh) memerdekakan hamba
sahaya yang beriman. Dan jika dia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada
perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh)
membayar tebusan yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta
memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barang siapa tidak mendapatkan (hamba
sahaya) maka hendaklah dia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut
sebagai tobat kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana."
(QS. An-Nisa': Ayat 92)
orang beriman yg bersalah atau
memusuhi pun di haramkan untuk membunuhnya...
Dan Jika membunuh seorang mu'min di perbolehkan pun, hal itu adalah dalam Ranah Tugas Qodli/Imam sebagai pelaksanan kedaultan... bukan setiap orang mu'min diperbolehkan saling bunuh membunuh,,!!!
Kesimpulannya tiada kehalalan
membunuh sesama mu'min dengan alasan apapun...
Wallahu A’lam... Semoga bermanfa’at.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar dengan santun dan bersahaja, tidak boleh caci maki atau hujatan, gunakan argumen yang cerdas dan ilmiah