Musibah dan Bencana adalah Kehendak-NYA, Kita Musti Sabar menjalani.
Kajian Tafsir Surat Al Baqoroh Ayat 155.
Oleh : donnieluthfiyy
Rabu 18/03/2020 : 16:30 Wib.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Dan sungguh akan Kami berikan
cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa
dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
Dalam menafsirkan ayat tersebut
para mufassir menafsirkannya sbb :
Makna pada Lafadz الْخَوْفِ (Ketakutan), Para mufassir sepakat bahwasannya maksud
dari lafadz tersebut adalah Ketakutan
terhadap Musuh. Sedangkan Dalam Tafsir As Sa’adiy Makna pada Lafadz الْخَوْفِ (Ketakutan
Terhadap Musuh) dan الْجُوعِ (Kelaparan Atau Paceklik) dimaknai bahwasannya sedikit saja dari
keduanya, artinya sedikit Ketakutan dan Sedikit kelaparan, sebab jika makna
Ketakutan dan Kelaparan secara Sempurna, maka Umat pastilah akan binasa.
Adapun Makna pada Lafadz وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ (kekurangan
harta) dalam Tafsir Sa’adiy yaitu
berkurang segalanya, termasuk keberkahan di dalam Harta, berupa harta yang
mencelakaknnya, mengambil Harta dengan Dholim dari Penguasa yang Dholim, di
ibaratkan seperti orang-orang yang menentang Penguasa Dholim namun mengharapkan
mendapat bagian dari hartanya. Adapun Imam Baghowi dan para Mufassir lainnya memaknainya
sebagai kerugian dan kebangkrutan.
Kemudian berkurangnya juga Jiwa yang menjadi makna pada lafadz وَالْأَنْفُسِ Athaf kepada Lafadz وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ Maksud dari
berkurangnya Jiwa yaitu Dengan Pembunuhan (saling Bunuh) dan kematian dan
dikatakan dengan Kesakitan (wabah Penyakit) serta menua (Cepat menua dengan
ditandai Uban). Imam As Sa’adi dalam tafsirnya menafsirkan berkurangnya Jiwa
dengan maksud kepergian orang-orang yang tercinta seperti Sanak Family, kerabat
dan sahabat, dari Kesakitan (sebab Penyakit) di tubuh para Hamba, atau Tubuh
orang-orang yang dicintainya.
Dan berkurangnya juga Buah-buahan وَالثَّمَرَاتِ maksudnya yaitu
Malapetakan pada Buah-buahan (ketiadaaan Buah-buahan/ makanan), Di kisahkan
dalam Tafsir Baghowi dari Perkataan Imam Syafi’i ra bahwasannya makna
Berkurangnya Buah-buahan yaitu kematian Anak keturunan, sebab anak keturunan
adalah buah hati orang tuanya. Dijelaskan dalam Tafsir Al Waseet bahwasannya
kesemua Bala-Musibah tersebut adalah untuk menampakan sejatinya seorang Hamba
apakah mampu bersabar atau tidak, maka Allah swt telah mempersiapkan Ganjaran
bagi merreka yang mampu bersabar dan tetap dalam ketaatan, dan Allah swt juga telah
mempersiapkan Siksa atau Akibat bagi mereka yang Tidak sabar, banyak berkeluh
kesah, gelisah serta bersedih hati, juga ketiadaan untuk tetap Tunduk Patuh
pada Urusan yang Allah swt telah buat.
Masih di dalam Tafsir Al Waseet Imam Ar Razi ra telah berkata : Adapun
Hikmah didalam mendahulukan untuk mengenali Ujian Musibah tersebut (Pada ayat
tersebut). Sebelum sampainya persitiwa Musibah tersebut, terdapat beberapa
Wajah ;
1. Agar dirinya tetap
menetap dalam kesabaran terhadap Musibah, sehingga saat terjadi Musibah maka
akan terjauh dari Gelisah, berkeluh kesah serta bersedih hati, dan di ringankan
atas mereka setelah berlalunya Musibah tersebut.
2. Sesungguhnya jika
mereka telah mengetahui bahwa mereka kelak akan terhubung dengan Ujian Musibah
tersebut maka bertambah kuatlah rasa takutnya kepada Allah swt, maka jadilah
Rasa takutnya tersebut sebagai perkara yang mendahului kepada Bala Musibah
(Sehingga tidak kaget lagi saat terjadinya), maka berhak-lah mereka atas
Tambahan ganjarannya.
3. Bahwa sesungguhnya
orang-orang Kafir tatkala menyaksikan Baginda Nabi saw beserta para Sahabatnya
Istiqomah dan menetap dalam Agamanya, bersamaan apapun yang terjadi pada diri
mereka dari sempurnanya kesabaran mereka atas Ujian dan lapar, maka mereka
dapat mengetahui bahwa sesungguhnya Kaum (secara Umum) hanya memilih Agama
Islam ini sekedar untuk memutusnya dari kenyataan Agama, maka kemudian Allah
menyeru mereka kepada tambahan renungan/Introspeksi yang terdapat dalam Firman-firmannya.
Dan yang telah dimaklumi secara dhohir bahwa sesungguhnya pengikut tatkala
mengetahui bahwa orang yang diikutinya berada dalam besarnya Ujian disebabkan Pijakan
Keyakinan yang menolongnya. Kemudian mereka memandang Pijakan Keyakinan
tersebut sebagai tempat berpijak, yang menjadikan hal tersebut pengakuan bagi
mereka kepada yang di ikutinya dari apapun yang dilihatnya sebagai Ma’rifatul
Haal bukan sebagai Beban atasnya di dalam Pijakan keyakinannya tersebut.
4. Bahwa sesungguhnya
Allah swt mengabarkan berkenaan akan datangnya Musibah tersebut sebelum
benar-benar kedatangannya adalah menjadi sebuah misteri yang menakjubkan.
5. Sesungguhnya sebagian
dari orang-orang munafiq ada yang tampak jelas mengikuti Rasul saw dengan Tamak
didalam Harta dan keluasan Rizki, maka tatkala Allah swt mengabarkan kepada
mereka dengan akan diturunkannya Ujian Musibah tersebut, maka dari situlah akan
bisa dibedakan antara orang-orang munafiq dengan orang-orang yang Bersesuaian
dengan Allah swt dan Rasul-Nya.
6. Sesungguhnya
ke-Ikhlasan seorang Insan dalam keadaan di Uji dengan Musibah, namun tetap
kembali kepada Pintu Rahmat Allah swt, (Amat disayangkan) kebanyakan
ke-Ikhlasannya adalah demi keadaan apa-apa yang didapatkannya untuk Dunianya. Maka
jadilah Hikmah didalam Ujian Musibahnya adalah seperti apa yang didapatnya
tersebut.
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Kemudian berilah Kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, dan yang
di maksud الصَّابِرِينَ dalam Lafadz
tersebut termasuk Baginda Nabi Muhammad saw di dalamnya, sehingga bisa di
maknai yaitu orang-orang yang senantiasa bersama Nabi saw, yakni mereka para
Sahabat, para Awliya Allah, serta orang-orang Sholih dan merekalah
sebaik-baiknya Teman (Didalam Ujian Musibah dan juga dalam hal lainnya).
Siapakah mereka yang dimaksud sebagai الصَّابِرِينَ ?, yaitu mereka yang
tatkala mendapatkan Musibah mereka berkata dengan lisan dan hatinya bahwa
sesungguhnya semua adalah milik Allah swt dan berasal dari-NYA dan hanya
kepada-NYA lah kita mengembalikan semua urusan.
Wallahu A’lam...
Semoga Bermanfaat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar dengan santun dan bersahaja, tidak boleh caci maki atau hujatan, gunakan argumen yang cerdas dan ilmiah