Dalam Kitab Maqomatus Suniyah Lis
Saadatis Shufiyah Sayyid Muhammad Wafa Bahru Shofa berkata :
التقوى
: " هي حصر الهفوات النفسانية بضابط القوانين الشرعية
“Takwa adalah menahan diri dari
kekeliruan hawa nafsu dengan berpegang kepada Tuntunan Syari’at”
maksudnya bahwa sesungguhnya
takwa adalah berupaya mencari jalan Mujahadah, dan Muhasabah bagi hawa nafsu
dan menyempitkan celah kecil atas hawa nafsu. Dengan merujuk kaidah yang
spesifik, dan perkiraan yang membatasi, maka ketahuilah hal tersebut adalah
dengan berpegang kepada tuntunan Syari’at. Yakni agar menjadikan Mujahadah
nafsu dan beribadah kepada Allah swt sebagai muasis atas manhaj Robbani yang
benar. Hal ini Bukanlah perbuatan Bid’ah atau mengada-ada, tetapi hal tersebut
adalah sebagai pokok-pokoknya dan penerimaan-penerimaannya di hadapan Allah
swt.
Manhaj Robbani tersebut adalah
yang menjadikan buah amal di dalam kesucian jiwa, dan apapun bentuk buahnya
tersebut adalah sama-sama menjadikan mahabbah, atau Muroqobbah, atau senantiasa
berpegang pada pintu Allah swt atau juga senantiasa istiqomah terhadap
perintah-perintah Allah swt.
Dan tidaklah berfaedah kecuali
orang yang di berikan faedahnya, serta dengan mengikuti orang yang mengikuti
Sunah Rasulullah saw maka Manhaj Robbani ini lah yang benar, karena
sesungguhnya Rasulullah saw adalah Robbani di dalam tingkah dan perkataannya,
dan sesungguhnya Akhlak Rasulullah saw adalah Al Qur’an.
Allah swt berfirman Dalam surat
An Nur ayat 54 :
وَإِن
تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا
“ Dan jika kamu taat kepadanya,
niscaya kamu mendapat petunjuk “.
Kemudian Allah swt berfirman
dalam Surat An Nisaa ayat 80 :
مَّن
يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
“ Barangsiapa yang mentaati Rasul
itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah “.
Para Saadah Sufiyyah As Shodiqin
rahm, mereka tidak ridlo dengan selain kepada Kitabullah dan Sunah Rasul saw
sebagai pengganti, kemudian Kanjeng Syaikh Abdul Qodir Al Jilani berkata :
طِر
إلى الله بجناحي الكتاب والسنة، وأدخل على الله ويدك في يد رسول الله صلى الله عليه
وسلم.
“ Terbanglah kalian kepada Allah
swt dengan dua sayap, Kitabullah dan Sunah, dan masuklah menghadap Allah swt,
sedang tanganmu dalam genggaman tangan Rasulullah saw “.
ي
Kemudian Sayyid Muhammad Wafa
Bahru Shofa berkata pula :
وحقيقتها
: رفع العقل المعيشي ميزان الشرع لاعتبار النقص والزيادة
Hakikatnya Takwa yaitu dengan
Meningkatnya akal sebagai standar kehidupan adalah sebagai takaran Syari’at agar
bisa digunakan untuk mempertimbangkan kekurangan dan kelebihan.
Maksudnya yaitu sesungguhnya
manusia mengetahui akan kelemahan akalnya, seperti halnya kelemahannya dalam
menentukan perkara halal dan haram dengan cara menggali sendiri tanpa mengikuti
Manhaj/ tuntunan Robbani, atau tanpa melalui undang-undang Ilahiyah. Disinilah Hakikat
apa yang membedakannya, maksudnya dengan orang-orang yang melayani akalnya. Adapun
mereka yang mengikuti Manhaj Robbani
telah memisahkan antara yang halal dan yang haram melalui pancaran cahaya manhaj
Ilahi, kemudian mereka melihat terhadap orang-orang selainnya di dalam
kesenangan yang berturut turut mendatanginya dan dosa-dosa yang dilakukannya. Dan terus
menariknya kedalam dosa-dosa, ini sesungguhnya adalah karena perbuatan dosanya
selalu di ulang-ulang dalam setiap waktu.
Dan beliau juga berkata :
وغايتها
: إخراج أضغان النفس وردعها عن الدعاوى المكدرة لصفاء جوهر القربات
Tujuannya Takwa adalah
mengeluarkan Racun hawa nafsu untuk mencegahnya dari bujukan yang menggelincirkan
demi bersihnya unsur taqorrub.
Takwa tidak akan datang kecuali
dengan mengikuti Syari’at, dan menjalankan sunah, maka ada Tiga urutan
pendakian Takwa bagi manusia :
1. 1. Libasut Takwa, maksudnya
adalah mensimulasikan keyakinan, Akal dan Dhohir, hal itu bisa mencegah dari
kemusyrikan, dan menjadikan Allah swt sebagai Tuhan dan Islam sebagai Agama dan
Al Qur’an yang mulia sebagai Imam dan Baginda Nabi Muhammad saw sebagai Nabi
dan utusan.
2. 2. Haqut Takwa : yaitu perkara
yang mensimulasikan Hati dan bathin, yaitu dengan melakukan perintah-perintahNya
dan menjauhi larangan-laranganNya dengan hati yang selamat dan ridlo, dan
inilah Thoriqoh/ Jalan.
3. 3. ‘Ainut Takwa : yaitu
perkara yang mensimulasikan ruh dan sirr, maksudnya yaitu ketiadaan mencari
sesuatu selain Allah swt dan merasa puas denganNya, dan ini adalah Hakikat.
Terimakasih, sangat bermanfaat sekali tulisannya
BalasHapusTulisannya dapat menjadi tambahan untuk materi khutbah jum'at tentang takwa. Semoga tulisannya menjadi amal sholeh buat penulis dan semua yang membantu menyebarkan.
BalasHapus