Musuh yang jelas dan Nyata adalah Syaitan.
Oleh : donnieluthfiyy
Allah swt berfirman dalam Surat Yasin Ayat 60 :
أَلَمْ
أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ
عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani
Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagi kamu".
Syaikh Hamami dalam Tafsir Yasin
menafsirkan berkenaan Ayat ini :
Maksud ayat tersebut adalah
adakah AKU (Allah swt) tidak memerintahkan kepadamu wahai Bani Adam supaya
tidak mengikuti Syaitan dalam bermaksiat kepada Allah swt, dan janganlah kalian
beramal dengan ucapannya Syaitan, karena sungguh permusuhannya kepada kalian
itu tampak jelas dan nyata.
Kemudian mari kita Pahami apa
yang dimaksud Syaitan ini...
Lisanul ‘Arob Juz 7 Hal. 105 ;
وقال
قوم آخرون: إنَّ الشيطان مأخوذ من الفعل (شاط)؛ بمعنى: احترق من الغضب، فهو من: شاط
يشيط، وتشيط: إذا لفحَته النار فاحترق أو هلك؛ مثل هيمان وغيمان؛ مِن هام وغام، وعلى
هذا الاشتقاق يكون على وزن فعلان، والنون فيه زائدة
“Sesungguhnya Lafadz Syaitan “الشيطان “ di ambil dari Fi’il “شاط “, yang bermakna : Terbakar Amarah, maka lafadz Syaitan “الشيطان “ berasal dari Lafadz : شاط يشيط، وتشيط : Ketika
api berhembus kepadanya maka terbakar atau Hancur. Di misalkan dengan Lafadz “هيمان “ dan “غيمان “
dari Fi’il “هام “ dan “غام “, dan didasarkan atas Isytiqaq (Pengasalah Kata –
Etimologi) terbentuk dari Wazan “فعلان “, adapun huruf Nun di situ adalah sebagai Tambahan “زائدة “.
Jadi justru musuh terbesar
Manusia yang Jelas dan nyata adalah Amarahnya, karena dengan sebab Amarah
tersebut maka bermunculanlah Ar Roda-il (Penyakit-penyakit hati) lainnya
seperti Hasud (Dengki atas Nikmat yg dimiliki orang lain), Haqd (Dendam), Ujub,
Takabur dll. Dan kesemuanya itu identik dengan Persifatan yang di sifatkan
dengan Lafadz Syaitan “الشيطان “.
Selanjutnya Syaikh hamami menafsirkan Surat Yasin ayat 62 :
وَلَقَدْ
أَضَلَّ مِنْكُمْ جِبِلًّا كَثِيرًا أَفَلَمْ تَكُونُوا تَعْقِلُونَ
“Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian
besar diantaramu, Maka apakah kamu tidak memikirkan?”.
Beliau berkata dalam Tafsirnya :
Ahlul Madinah dan Imam ‘Ashim
membaca Lafadz Jibillan “جِبِلًّا “
dengan di Tasydid huruf Lam-nya “ اللام “
dan maknanya adalah Penciptaan (Makhluk) dan Kumpulan (Kelompok) “ الجماعة “ , jadi maksudnya adalah syaitan (Amarah) itu telah
menyesatkan sebahagian besar makhluk/kelompok diantara kalian, dan mengeluarkan
kalian dari jalan yang Haq menuju jalan yang Bathil.
Coba perhatikan bagaimana seorang
Nabi yang jelas-jelas Maksum sangat Tawadu’ terhadap dirinya sendiri, walaupun
bisa di pastikan tidak akan melakukan kesalahan, namun Nabi Yusuf as tahu bahwa
Nafsu Amarahnya selalu mengintainya...
Allah swt berfirman dalam Surat Yusuf ayat 53 :
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ
رَحِيمٌ
“Dan aku tidak membebaskan
diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan (Nafsu La Ammarah), kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh
Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang”.
Lalu siapkah diri kita ini yang
berani-berani mengklaim kebenaran atas Penafsiran dan Kesimpulan kita
sendiri???
Apakah kita ini sudah terjamin
(Maksum) dari Intaian Nafsu Amarah ???
Lalu sejauh mana kita ini
mengenal Allah swt ???
Silahkan direnungkan....!!!!
Wallahu A’lam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar dengan santun dan bersahaja, tidak boleh caci maki atau hujatan, gunakan argumen yang cerdas dan ilmiah