Sabtu, 02 Desember 2017

Sejarah Peringatan Maulid Nabi saw



*Sejarah Peringatan Maulid Nabi saw.*

*_Oleh : donnieluthfiyy_*

Rasulullah saw lahir di Hari ke-12 Bulan Robiul Awwal bertepatan dengan hari Senin, dan Rasulullah saw bersabda : “هذا يوم وُلدت فيه “ Inilah hari dimana aku dilahirkan “ .
Pada masa Nabi saw banyak penyair yang berdatangan menghadap Nabi saw kemudian mempersembahkan Syair-syair Pujian yang memuji keagungan dan kemuliaan Kadar Baginda Nabi saw serta kelahirannya, syair-syair ini banyak dikutip dalam Sirah Ibnu Hisyam, Al Waqidi dan lainnya. Rasulullah saw sangat menyukai Syair-syair yang indah, berkenaan dengan ini Rasulullah saw bersabda “ Terdapat Hikmah di dalam Syair “ (Adab Al Mufrad HR Bukhari). Bahkan Paman Nabi saw yang bernama Sayyidina Abbas Bin Abdul Muthalib ra memuji Baginda Nabi saw dengan Syairnya di hadapan beliau saw (beliau saw tidak melarangnya, bahkan beliau saw mendo’akan Pamannya tersebut) yang bunyinya 
Dikala dikau dilahirkan, bumi bersinar terang hingga nyaris-nyaris pasak-pasak bumi tidak mampu untuk menanggung cahayamu, dan kami dapat terus melangkah lantaran karena sinar dan cahaya dan jalan yang terpimpin“. ( Imam Jalaluddin as-Suyuti dalam Husnul Maqoosid Hal. 5 dan Imam Ibnu Katsir dalam kitab Maulid Hal. 30 Serta didalam kitab Ibnu Hajar, Fath al-Bari).
Sehingga Tradisi membuat Syair-syair dalam memuji kelahiran dan Sifat keagungan serta kemuliaan Rasulullah saw ini semakin masyhur di kalangan para Sahabat, Tabi’in dan Atba’ut Tabi’in (Para Salafus Shalihin), kemudian secara perlahan berkembanglah menjadi Syair-syair yang dikumpulkan di dalam sebuah Kitab Maulid dan mulailah Dibacakan dengan mengadakan Perayaan Maulid Nabi saw agar berdatangan orang-orang untuk mendengarkannya, yang isinya tiada lain adalah berkenaan dengan Sirah kehidupan Baginda Nabi Muhammad saw yang diambilkan dari Al Qur’an dan Hadits dengan dibumbui rangkaian bentuk Kata-kata Syair yang indah sehingga orang-orang menyukai untuk mendengarkannya, hal tersebut adalah suatu bentuk dakwah untuk mengenalkan Keagungan dan kemuliaan Rasulullah saw serta sebagai wadah umat belajar mencintai Rasulullah saw, adapun mencintai Rasulullah saw adalah sebuah perkara Wajib, sehingga usaha untuk mencapainyapun menjadi perkara yang Wajib pula.

Menurut Imam Abu Syamah : Orang yang pertama merayakan Maulid Nabi saw yaitu seorang Hartawan ( Muainuddin Abu Hafs Umar Bin Muhammad Bin Hadhor Al Irbili Moshul {Irak}). Adapun menurut Imam Suyuthi : Orang pertama yang merayakan Maulid Nabi saw ialah Raja Mudzoffar ( Mudzofaruddin Abu Sa’id Kukubri Bin Zainuddin Ali Bin Baktakin Bin Muhammad) Seorang Gubernur Kota Irbil (Sebuah Kota di sebelah Utara Irak) Beliau merayakan dengan sangat meriah dan tertata rapih.

Sebagian Ulama di masanya menceritakan tentang Raja Mudzofar tersebut, Berkata Imam Ibnu Khalkan Beliau adalah seorang Ulama yang terkemuka dan tokoh yang Masyhur, Datang dari Tanah Maghrib masuk ke kota Syam, Irak dan melewati Kota Irbil Pada Tahun 704 H, kemudian bertemu dengan Raja Mudzofar yang sedang memperingati Maulid Nabi saw dan membacakan sebuah kitab yang bernama (At Tanwir Fi Maulid Al Basyir An Nadzir/ Barzanji), Dan Ibnu Khalkan membacakannya di hadapan Raja Mudzafar, kemudian Raja Mudzafar memberinya hadiah Seribu Dinar.

Telah berkata Imam Ibnu Katsir : Raja Mudzafar memperingati Maulid Nabi di Bulan Robi’ul Awal dan merayakannya dengan perayaan yang luar biasa besarnya, dan turut hadir di dalamnya para Cendekia, Para Pahlawan Pemberani, Para Ilmuwan, Ulama dan orang-orang yang Adil.

Telah berkata Imam Al Hafidz Ad Dzahabi : Raja Mudzofar adalah seorang yang Tawadlu’, Baik, Seorang yang Mulia, yang amat mencintai para Ulama, Fuqoha dan para Muhaddits.

Pada masa itu Perayaan diadakan di beberapa negara Islam pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW – dan dijadikan hari tersebut sebagai hari libur resmi di beberapa negara seperti: Yaman, Mesir, Suriah, Maroko, Irak, Aljazair, Palestina, Yordania, Libya, Kuwait, UEA, Oman dan Sudan.

Di Wilayah Maghrib, semua Sultan merayakan Maulid Nabi saw, yang dipimpin oleh Sultan Ahmed Al-Mansour, yang memerintah di akhir abad ke-10 Hijriyah. Jika memasuki bulan Robi’ul Awal, Beliau mengumpulkan semua muazin dari seluruh Wilayah Maghrib dan memerintahkan para penjahit untuk membuat berbagai jenis sulaman. Kemudian Sultan mengajak semua orang untuk melaksanakan Shalat Di waktu Fajar Hari Kelahiran Baginda Nabi saw dan beliau Duduk di singgasananya, kemudian orang-orang masuk dan duduk berdiam, setelah itu berdirilah seorang Penceramah dan berkhutbah dengan Khutbah yang isinya berkenaan dengan Keutamaan, Mu’jizat dan Kisah kelahirannya Baginda Nabi Muhammad saw, sehingga tatkala selesai mulailah orang-orang membacakan Syair-syair dan memuji kadar Baginda Nabi Muhammad saw. Dan ketika mereka selesai mulailah orang-orang menyantap hidangan makanan.

Masa Dinasti Fathimiyah adalah masa awal dalam merayakan Maulid Rasulullah saw, menurut Al Ustadz (Prof) Hassan Sindoby yaitu sekitar tahun 488 H (dan itu adalah masa pemerintahan Musta'ali Billah). Saat itu perayaan Maulid dirayakan untuk 4 peringatan, diantaranya yaitu : Peringatan Maulid Nabi saw, Maulid Imam Ali krw, Maulid Sayyidah Fathimah Azzahra rah, dan Maulidnya Imam Dinasti Fathimiyah saat itu.

Dr Abdul Mun’im mensifati keSultanan Dinasti Fathimiyah tersebut dalam bukunya Al Hayatul Ijtima’iyyah Fil Ashri Al Fathimiy, dan beliau berkata : Secara ringkas Perayaan Maulid Nabi saw pada masa Dinasti Fathimiyah dengan Membuat Manisan dan membagikannya serta memberikan Sedekah, Adapun Perayaan secara resminya yaitu semisal Pawai/ Arak-arakan para Qodhi pemerintahan sambil membawa peti-peti manisan, kemudian semua orang menuju Masjid Jami Al Azhar, selanjutnya menuju Istana Khalifah sekedar untuk mendengarkan Pidato Khalifah, setelah itu Khalifah berdo’a, dan orang-orang kembali ke rumahnya masing-masing.

Jadi seharusnya sudah bisa kita fahami bahwa Benih-benih peringatan Maulid Nabi saw sudah ada sejak Masa Nabi saw, dan saat itu Rasulullah saw tidak melarangnnya bahkan beliau saw sangat menyukainya, dan pada masa itu tiada seorangpun para Salafus Shalihin yang menyelisihinya, bahkan sejak di mulainya perayaan Maulid Nabi saw, pada masa itu para ulama sepakat tentang kebolehannya, dan tiada yang menyelisihinya.
Adapun berkenaan Kitab-kitab Maulid berbahasa Syair Arab yang diperdengarkan, maka janganlah Risau jika saat mendengarkannya kita tidak memahami artinya, namun dipastikan tetap dapat Manfa'at serta keberkahannya. Ibarat hal tersebut adalah seperti seseorang yang ingin mengambil Manfa'at dari Vitamin C yang ada pada Buah jeruk, maka tak perlu lah kita sampai mencari-cari Vitamin C yang terkandung dalam Buah jeruk tersebut, cukup makan saja jeruknya, karena pasti Manfa'at Vitamin C nya akan kita rasakan dengan sendirinya.


Wallahu A’lam... semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar dengan santun dan bersahaja, tidak boleh caci maki atau hujatan, gunakan argumen yang cerdas dan ilmiah

List Video