Hukum Dzikir Para Shufi dengan gerakan-gerakan tertentu mirip Tarian
Oleh : donnieluthfiyy
Dalil pertama :
Allah swt memberikan kebebasan kepada HambaNya ketika berdzikir untuk
mengingatNya, boleh sambil duduk, berdiri ataupun sambil berbaring, Allah swt
berfirman dalam Surat Ali ‘Imron ayat 191 :
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى
جُنُوبِهِمْ
“ (yaitu) orang-orang yang Berdzikir (mengingat Allah) sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadaan berbaring “.
Dalam ayat ini Allah swt tidak memberikan kekhususan posisi atau keadaan
tertentu berkenaan dengan cara berdzikir, Allah swt memberikan kebebasan dalam
rangka mengungkapkan perasaan cinta hambaNya ketika berdzikir mengingatNya. Dan
dalam perkara Agama tidak diperbolehkan meng-generalisasikan (menjadikan Umum)
perkara yang telah Allah swt khususkan, serta tidak boleh mengkhususkan sebuah
perkara yang justru di Generalisasikan (di jadikan Umum) oleh Allah swt,
seperti dalam Dzikir tersebut.
Salah satu contoh Allah swt telah mengkhususkan waktu dalam Shalat Fardlu,
maka tidak boleh Shalat disembarang waktu, atau shalat dengan waktu yang acak.
Atau seperti gerakan didalam Shalat yang Allah swt Khususkan, maka tidak boleh
meng-generalisasi gerakan dalam shalat, kemudian bergerak-gerak semaunya.
Berbeda didalam Berdzikir, Allah memberikan kebebasan dalam gerakannya,
Allah swt tidak mengkhususkan gerakan tertentu ketika berdzikir, dan Allah swt
pun tidak mengkhususkan pada Batasan jumlah tertentu dalam berdikir, Allah SWT
berfirman dalam surat Ali ‘Imron ayat 41
وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالإبْكَارِ
“ Dan Berdzikirlah (sebutlah nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta
bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari. “
Dalam ayat ini jelas Allah swt meng-generalisasi Jumlah dalam berdzikir,
sehingga di perbolehkan berdzikir dengan Jumlah 10, 100, 1000 atau lebih dari
itu semampunya.
Dalil kedua :
Bahwa Nabi Musa as saat mabuk kepayang karena cintanya kepada Allah swt,
maka Nabi Musa as pergi ke gunung tursina dan beliau menari-nari sambil
menyebut nama Allah swt dimalam hari sebagai ungkapan cintanya yang sangat
menggebu-gebu kepada Allah swt, peristiwa ini di sampaikan para Ahli Tafsir
ketika menafsirkan Surat Al A’rof ayat 142 :
Allah swt berfirman :
وَوَاعَدْنَا مُوسَىٰ ثَلَاثِينَ لَيْلَةً
“ Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu
waktu tiga puluh malam “.
Syaikh Hamami Zadah dalam Tafsir yasin Hal. 12 ketika mengutip ayat
tersebut menuliskan sebuah kisah dimana Ketika Nabi Musa as berada di Gunung
Tursina, beliau as mabuk akan cintanya kepada Allah swt, dan jadilah beliau as
menari-nari (Sambil menyebut-nyebut nama Allah swt) karena merasa sangat Rindu
kepada Allah swt.
وموسى عليه السلام كان في جبل طورسين سكران من محبة الله تعالى
وجعل يرقص من صوقه...
“ Dan adapun Nabi Musa as saat berada di Gunung Tursina, beliau
Mabuk karena Cintanya kepada Allah swt, dan jadilah beliau as menari-nari
(Sambil menyebut memanggil nama Allah swt) karena kerinduannya “.
Kemudian dalam sebuah Atsar dari Sahabat yang diriwayatkan oleh Imam Abu
Naim dari Imam Fudhail Bin Iyadl berkata :
فقد روى أبو نعيم عن الفضيل بن عياض رحمه الله تعالى أنه قال:
(كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم إذا ذكروا الله تمايلوا كما تتمايل الشجرة
بالريح العاصف إلى أمام ثم تراجع إلى وراء(
“ Sungguh telah diriwayatkan oleh Imam Abu Naim dari Imam
Fudhail Bin Iyadl ra, ia berkata : (Ada beberapa seorang sahabat Rasulullah
saw, ketika mereka berdzikir kepada
Allah swt, mereke saling mengayunkan badannya seperti Ayunan pepohonan yang
tertiup angin Ribut, bergerak ke depan kemudian kembali ke belakang) “.
Sehingga tidak ada larangannya dalam berdzikir walapun dengan gerakan yang
menyerupai tarian, selama dalam aktifitasnya itu tidak melanggar batas-batas
Syari’at, hanya saja gerakan-gerakan tertentu dalam berdzikir memerlukan
seorang pemandu, tidak boleh dengan gerakan-gerakan semaunya, para Salik
Thoriqoh ketika berdzikir selalu di pandu oleh seorang Mursyid, begitupun
dzikir dengan gerakan-gerakan tertentu, semuanya tidak lepas dari panduan Sang
Mursyid, sehingga apa yang menjadi maksud dan tujuan dzikirnya bisa tercapai
dengan baik serta tidak melenceng dari ajaran Islam.
Dalil tambahan :
وفي رواية عن سيدنا أنس رضي الله عنه قال: (كان الحبشة يرقصون
بين يدي رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم ويقولون بكلام لهم: محمد عبد صالح فقال
صلى الله عليه وآله وسلم (ماذا يقولون؟) فقيل:يقولون : محمد عبد صالح.
“ Didalam sebuah riwayat dari Sayyidina Anas ra, ia berkata : (Ada di tanah
Habasyah mereka (Orang-orang Habasyah) menari-nari di hadapan Rasulullah saw
dan berkata-kata dengan perkataan : ... Muhammad adalah Hamba yang Shalih...,
kemudian Baginda Nabi Muhammad saw bersabda (Bertanya kepada Sayyidina Anas ra)
: “ Apa yang mereka ucapkan itu ? “, maka dikatakan; Mereka mengucapkan :
Muhammad adalah Hambda Yang Shalih “. (HR, Bukhari No. 949 ; Dan HR. Muslim No.
2062)
وقال حجة الإسلام الإمام الغزالي رحمه الله تعالى : (والرقص
سبب في تحريك السرور والنشاط ولو كان حراما لما نظرت عائشة إلى الحبشة مع رسول الله
صلى الله عليه وآله وسلم وهم )يزفنون(
“ Telah berkata Hujjatul Islam Imam Ghazali ra : (Adapun Tarian itu disebabkan
oleh gerakan dan refleksi (dari ungkapan) kegembiraan, walaupun tariannya
berupa gerakan yang diharamkan, suatu saat Sayyidah Aisyah rah melihat kaum
Habasyah bersama Rasulullah saw, dan mereka semua (sedang menari)). ( Kitab
Syarah Shahih Muslim yang di tulis oleh Imam Nawawi Juz 6 Hal. 486 ) “.
Wallahu A’lam.... semoga bermanfa’at....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar dengan santun dan bersahaja, tidak boleh caci maki atau hujatan, gunakan argumen yang cerdas dan ilmiah