Didalam tubuh NU sebuah perbedaan adalah hal yang biasa, karena
masing-masing menyadari bahwasannya perbedaan itu adalah Fitroh Manusia, Allah
SWT sendiri berfirman dalam Surat al Hujurat [10] :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْناكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثى وَجَعَلْناكُمْ شُعُوباً وَقَبائِلَ لِتَعارَفُوا
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal.”
Walaupun berbeda-beda namun tujuannya adalah bukan untuk saling
bermusuhan, seperti apa-apa yang dikatakan oleh para Ulama Sholihin berikut ini
:
Imam Al-Hasan Al-Bashri ra berkata: "Untuk ikhtilaf lah Allah
menciptakan mereka." Namun "Sebagai rahmat mereka diciptakan."
Imam Thawus ra berkata: "Allah tidak menciptakan mereka untuk
berselisih, akan tetapi menciptakan mereka untuk bersatu dan rahmat."
Oleh sebab itu sesungguhnya Allah SWT bisa saja atau kuasa dan mampu untuk
menciptakan manusia dalam golongan/agama yang satu (tiada perbedaan pada
mereka), namun Allah SWT menghendaki manusia agar mampu menjadi Rahmat bagi
lainnya.
Imam Ibnu Katsir ra berkata : "Pada ayat ini, Allah memberitakan bahwa Ia mampu untuk
menjadikan manusia semuanya menjadi umat yang satu, baik di atas keimanan
ataupun di atas kekufuran. Seperti firman Allah :
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ
مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ۚ أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُوا
مُؤْمِنِينَ
"Dan jikalau Rabbmu menghendaki tentulah beriman orang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi
orang-orang yang beriman semuanya? " (Yunus: 99)
Karena kelak mereka diakhirat juga terbagi menjadi dua golongan....
Imam Ibnu Abbas ra berkata: "Allah menciptakan mereka menjadi dua
golongan. Hal itu seperti firman Allah :
فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ
"Maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang
berbahagia." (Hud: 105)
Jadi sebenarnya hikmah dibalik ciptaanNya yang berbeda-beda ini adalah Allah
SWT ingin menunjukan Kuasa dan keadilanNya
atas makhlukNya.
Berkenaan dengan hal ini maka para Kyai NU sangat menjaga tali
silaturahim diantara satu dengan lainnya, agar tidak sampai saling bermusuhan
ketika mereka berbeda dalam pendapat, maka satu sama lain saling menghormati
pendapat masing-masing.
Seperti kisah Hadlrotus Syaikh Mbah KH Hasyim Asy’ari (Ro’is Akbar NU)
ketika terjadi perbedaan pendapat dengan Mbah Kyai Faqih Maskumambang (Wakil Ro’is
NU) berkenaan dengan penggunaan kentongan dan bedug di musholla dan masjid,
bagaimana sikap mereka satu sama lainnya, bukan fanatisme faham yang di
tunjukan, tetapi justru saling hormat dan tawadlu’ masing-masing.
Kemudian juga bagaimana kisah Mufaroqoh KH As’ad Syamsul ‘Arifin dari
Ketua Umum PBNU Gusdur, dalam keseharian mereka tetap saling menghormati bahkan
sikap mereka tiada perbedaan sama sekali, tiada hujatan dan makian diantara
keduanya, yang muncul dari lisan Mbah As’ad hanya sebuah ungkapan halus, beiau
berkata “Ibarat imam shalat, Gus Dur sudah batal kentut. Karena itu tak perlu
lagi bermakmum kepadanya.” Namun ternyata dibalik mufaroqoh ini adalah bentuk
kasih sayang Mbah As’ad kepada Gusdur yang merupakan Cucu Guru beliau tersebut.
KH Khotib Umar bertutur berkenaan rahasia Mufaroqoh Mbah KHR As’ad. “ Mbah KHR
As’ad dawuh bahwa memusuhi Gus Dur merupakan strategi menghadapi rezim Orde
Baru. Supaya Gus Dur tidak dihabisi maka beliau memusuhi Gus Dur. Untuk
menyelamatkan beliau. “Saya dengan Gus Dur hanya berbeda dalam siyasi, politik!
Mufaraqah bukan berarti benci Gus Dur. Malah saya sangat mengasihi Gus Dur.
Saya khawatir kalau Gus Dur di penjara oleh penguasa karena sikap kritisnya, lalu
siapa yang akan membela?” Demikian dawuh beliau.
Juga bagaimana perbedaan pandangan antara Gus Mus (KH Musthofa Bishri)
dengan Gus Najih Maimun, kenyataannya dalam kesehariannya mereka tetap hidup
rukun bersama dengan pandangan masing-masing, dan tanggapan Gus Mus berkenaan
dengan hal ini hanya sebuah ungkapan maklum saja, beliau menanggapi dengan
perkataan “Najih niku ponakan kulo” (Gus Najih itu keponakan saya), ia tidak
pernah kumpul-kumpul dengan kerabat, kyai dan sebagainya untuk tabayyun. Asal
ia dengar, langsung diyakini tanpa klarifikasi.”. dan hal tersebut tidak sampai
menjadi renggang tali silaturahim dan kekerabatan antar keduanya.
Itulah perbedaan... manusia memang di ciptakan berbeda-beda... Kepala
dan isinya pun berbeda-beda, namun dalam perbedaan hingga perselisihan itu
bukan untuk saling musuh memusuhi, tetapi justru harus menjadi rahmat bagi
umat. Memberi penjelasan yang santun dan halus, tidak saling memaki dan
menghujat karena menghendaki pembenaran atas apa yang di fahami dan diyakini. Yang
lebih parah adalah adanya usaha-usaha untuk memperuncing permasalahan melalui
fitnah dan pernyataan-pernyataan asumtif. Jadi pilihannya Silahkan ingin
menjadi Rohmat Allah SWT atau ingin menjadi seorang Hasud seperti Syaitan???
>>
Allah SWT berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَ لاَ نِسَاءٌ
مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَ لاَ تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ
وَ لاَ تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ اْلإِيمَانِ
وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mencela kaum yang
lain (karena) boleh jadi mereka (yang dicela) lebih baik dari mereka (yang
mencela) dan jangan pula wanita-wanita (mencela) wanita-wanita lain (karena)
boleh jadi wanita (yang dicela itu) lebih baik dari wanita (yang mencela) dan
jangalah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil
dengan gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk
sesudah iman. Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah
orang-orang yang dzalim.” (Q.S. Al-Hujarat [49] : 11).
>>
Rasulullah SAW bersabda :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلاَ
إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ أَلاَ لاَ فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى
أَعْجَمِيٍّ وَلاَلِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلاَ لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلاَ
أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلاَّ بِالتَّقْوَى
“Wahai manusia, ingatlah, sesungguhnya Tuhanmu adalah satu, dan nenek
moyangmu juga satu. Tidak ada kelebihan bangsa Arab terhadap bangsa lain. Tidak
ada kelebihan bangsa lain terhadap bangsa Arab. Tidak ada kelebihan orang yang
berkulit merah terhadap orang yang berkulit hitam, tidak ada kelebihan orang
yang berkulit hitam terhadap yang berkulit merah, kecuali dengan taqwanya..”
(H.R. Ahmad, al-Baihaqi, dan al-Haitsami).
Wallahu A'lam... Semoga ada manfa'atnya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan komentar dengan santun dan bersahaja, tidak boleh caci maki atau hujatan, gunakan argumen yang cerdas dan ilmiah