Rabu, 25 Januari 2017

Belajar Menyikapi perbedaan Dari Kyai-Kyai NU...





Didalam tubuh NU sebuah perbedaan adalah hal yang biasa, karena masing-masing menyadari bahwasannya perbedaan itu adalah Fitroh Manusia, Allah SWT sendiri berfirman dalam Surat al Hujurat [10] :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْناكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثى وَجَعَلْناكُمْ شُعُوباً وَقَبائِلَ لِتَعارَفُوا
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.”

Walaupun berbeda-beda namun tujuannya adalah bukan untuk saling bermusuhan, seperti apa-apa yang dikatakan oleh para Ulama Sholihin berikut ini :

Imam Al-Hasan Al-Bashri ra berkata: "Untuk ikhtilaf lah Allah menciptakan mereka." Namun "Sebagai rahmat mereka diciptakan."

Imam Thawus ra berkata: "Allah tidak menciptakan mereka untuk berselisih, akan tetapi menciptakan mereka untuk bersatu dan rahmat."

Imam Ibnu Abbas ra berkata : "Untuk rahmatlah mereka itu diciptakan dan tidak untuk azab."

Oleh sebab itu sesungguhnya Allah SWT bisa saja atau kuasa dan mampu untuk menciptakan manusia dalam golongan/agama yang satu (tiada perbedaan pada mereka), namun Allah SWT menghendaki manusia agar mampu menjadi Rahmat bagi lainnya.

Imam Ibnu Katsir ra berkata : "Pada ayat ini, Allah memberitakan bahwa Ia mampu untuk menjadikan manusia semuanya menjadi umat yang satu, baik di atas keimanan ataupun di atas kekufuran. Seperti firman Allah :
وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ۚ أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ
"Dan jikalau Rabbmu menghendaki tentulah beriman orang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya? " (Yunus: 99)

Karena kelak mereka diakhirat juga terbagi menjadi dua golongan....
Imam Ibnu Abbas ra berkata: "Allah menciptakan mereka menjadi dua golongan. Hal itu seperti firman Allah :
فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ
"Maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia." (Hud: 105)

Jadi sebenarnya hikmah dibalik ciptaanNya yang berbeda-beda ini adalah Allah SWT  ingin menunjukan Kuasa dan keadilanNya atas makhlukNya.

Berkenaan dengan hal ini maka para Kyai NU sangat menjaga tali silaturahim diantara satu dengan lainnya, agar tidak sampai saling bermusuhan ketika mereka berbeda dalam pendapat, maka satu sama lain saling menghormati pendapat masing-masing.

Seperti kisah Hadlrotus Syaikh Mbah KH Hasyim Asy’ari (Ro’is Akbar NU) ketika terjadi perbedaan pendapat dengan Mbah Kyai Faqih Maskumambang (Wakil Ro’is NU) berkenaan dengan penggunaan kentongan dan bedug di musholla dan masjid, bagaimana sikap mereka satu sama lainnya, bukan fanatisme faham yang di tunjukan, tetapi justru saling hormat dan tawadlu’ masing-masing.

Kemudian juga bagaimana kisah Mufaroqoh KH As’ad Syamsul ‘Arifin dari Ketua Umum PBNU Gusdur, dalam keseharian mereka tetap saling menghormati bahkan sikap mereka tiada perbedaan sama sekali, tiada hujatan dan makian diantara keduanya, yang muncul dari lisan Mbah As’ad hanya sebuah ungkapan halus, beiau berkata “Ibarat imam shalat, Gus Dur sudah batal kentut. Karena itu tak perlu lagi bermakmum kepadanya.” Namun ternyata dibalik mufaroqoh ini adalah bentuk kasih sayang Mbah As’ad kepada Gusdur yang merupakan Cucu Guru beliau tersebut. KH Khotib Umar bertutur berkenaan rahasia Mufaroqoh Mbah KHR As’ad. “ Mbah KHR As’ad dawuh bahwa memusuhi Gus Dur merupakan strategi menghadapi rezim Orde Baru. Supaya Gus Dur tidak dihabisi maka beliau memusuhi Gus Dur. Untuk menyelamatkan beliau. “Saya dengan Gus Dur hanya berbeda dalam siyasi, politik! Mufaraqah bukan berarti benci Gus Dur. Malah saya sangat mengasihi Gus Dur. Saya khawatir kalau Gus Dur di penjara oleh penguasa karena sikap kritisnya, lalu siapa yang akan membela?” Demikian dawuh beliau.

Juga bagaimana perbedaan pandangan antara Gus Mus (KH Musthofa Bishri) dengan Gus Najih Maimun, kenyataannya dalam kesehariannya mereka tetap hidup rukun bersama dengan pandangan masing-masing, dan tanggapan Gus Mus berkenaan dengan hal ini hanya sebuah ungkapan maklum saja, beliau menanggapi dengan perkataan “Najih niku ponakan kulo” (Gus Najih itu keponakan saya), ia tidak pernah kumpul-kumpul dengan kerabat, kyai dan sebagainya untuk tabayyun. Asal ia dengar, langsung diyakini tanpa klarifikasi.”. dan hal tersebut tidak sampai menjadi renggang tali silaturahim dan kekerabatan antar keduanya.

Itulah perbedaan... manusia memang di ciptakan berbeda-beda... Kepala dan isinya pun berbeda-beda, namun dalam perbedaan hingga perselisihan itu bukan untuk saling musuh memusuhi, tetapi justru harus menjadi rahmat bagi umat. Memberi penjelasan yang santun dan halus, tidak saling memaki dan menghujat karena menghendaki pembenaran atas apa yang di fahami dan diyakini. Yang lebih parah adalah adanya usaha-usaha untuk memperuncing permasalahan melalui fitnah dan pernyataan-pernyataan asumtif. Jadi pilihannya Silahkan ingin menjadi Rohmat Allah SWT atau ingin menjadi seorang Hasud seperti Syaitan???

>>
Allah SWT berfirman :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَ لاَ نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَ لاَ تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَ لاَ تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الاِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ اْلإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mencela kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang dicela) lebih baik dari mereka (yang mencela) dan jangan pula wanita-wanita (mencela) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita (yang dicela itu) lebih baik dari wanita (yang mencela) dan jangalah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.” (Q.S. Al-Hujarat [49] : 11).
>>
Rasulullah SAW bersabda :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلاَ إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ أَلاَ لاَ فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلاَلِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلاَ لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلاَ أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلاَّ بِالتَّقْوَى
“Wahai manusia, ingatlah, sesungguhnya Tuhanmu adalah satu, dan nenek moyangmu juga satu. Tidak ada kelebihan bangsa Arab terhadap bangsa lain. Tidak ada kelebihan bangsa lain terhadap bangsa Arab. Tidak ada kelebihan orang yang berkulit merah terhadap orang yang berkulit hitam, tidak ada kelebihan orang yang berkulit hitam terhadap yang berkulit merah, kecuali dengan taqwanya..” (H.R. Ahmad, al-Baihaqi, dan al-Haitsami).

Wallahu A'lam... Semoga ada manfa'atnya...



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar dengan santun dan bersahaja, tidak boleh caci maki atau hujatan, gunakan argumen yang cerdas dan ilmiah

List Video