Tradisi Tahlilan yang masih saja
diperselisihkan...
Oleh : donnieluthfiyy
Tahlilan adalah sebuah tradisi
Masyarakat Indonesia yang diwariskan oleh Para Ulama yang datang ke Indonesia
untuk berdakwah mengenalkan Agama Islam ke Indonesia, khususnya adalah para
Ulama yang dikenal dengan sebutan Walisongo, mereka adalah ulama yang berhasil
meng-Islamkan Indonesia.
Isi dalam Tahlilan itu sendiri
adalah amaliyah-amaliyah yang diperintahkan dan dianjurkan dalam Agama,
diantaranya yaitu :
1.
Membaca Istighfar, Allah
SWT berfirman :
Surat An Nisa’
ayat: 106,
وَاسْتَغْفِرِ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا
رَحِيمًا
.
“Dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
2.
Membaca Tasbih dan Tahmid,
Allah SWT berfirman :
Surat Ghafir/Al
Mu’min ayat: 55,
فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ
لِذَنْبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالإبْكَارِ
“Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya
janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah
seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.”
3.
Membaca Tahlil, Nabi SAW
bersabda :
أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
”Dzikir yang paling utama adalah bacaan ’laa ilaha
illallah’.”
4.
Membaca Shalawat, Allah SWT
berfirman :
Surat Al Ahzaab
Ayat ; 56
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى
ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
"Sesungguhnya
Allah dan Malaikat-Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya." .
5.
Membaca Al Qur’an, Allah
SWT berfirman :
Surat Al Ankabuut
Ayat ; 45,
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ
“ Bacalah kitab
(Al Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad). “
Surat Al Baqoroh
Ayat; 121,
الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ
تِلاوَتِهِ أُولَئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَنْ يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“ Orang-orang
yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan
yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar
kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. “
ð Jadi bisa di ketahui bahwasannya apa yang ada dalam Tahlilan
kesemuanya adalah atas perintah yang jelas tanpa diragukan lagi.
Adapun bacaan Tasbih, Istighfar, Tahmid dan Tahlil
kesemuanya itu di sebut juga dengan Dzikir, kemudian bagaimana Allah SWT
memerintahkan berkenaan dengan Dzikir ...
1.
Perintah berdzikir.
Allah SWt
berfirman dalam Surat Al Baqoroh Ayat 152,
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ
.
“ Karena itu,
ingatlah (Berdzikirlah) kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. “
2.
Allah SWT tidak membatasi
dalam berdzikir, baik jumlah maupun keadaan. Jika menginginkan berdzikir dengan
jumlah 100, 200 ataupun 1.000 ataupun sambil Duduk, terlentang dan berdiri,
dengan geleng kepala ataupun tidak... semuanya boleh.
Allah SWT
berfirman dalam surat Ali ‘Imron ayat 41
وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ
وَالإبْكَارِ
“ Dan sebutlah
(nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi
hari. “
Allah SWT
berfirman dalam Surat Ali ‘Imron ayat 191,
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا
وَعَلَى جُنُوبِهِمْ
“ (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring. “
Sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwasannya apa yang ada
dalam Tahlilan adalah amalan yang diperintahkan bahkan sangat dianjurkan.
Adapun kemasannya berupa berkumpul bersama-sama dalam acara
Kematian maupun Syukuran kesemuanya itu juga adalah perkara yang di perbolehkan
dalam Agama, seperti juga Masjid yang dibuatkan Mihrab agar suara Imam
terpantul ke belakang jama’ahnya, ataupun pengeras suara untuk Adzan juga
berdakwah dengan media Panggung dan Sound System yang kesemuanya itu adalah
sebagai media Syi’ar, begitupun kemasan dalam Tahlilan adalah bentuk media Syi’ar.
Dalam Ushul Fiqh dikatakan :
: ما لا يتم الواجب إلا
به فهو واجب
“ Perkara yang menjadikan tidak sempurnanya kewajiban
kecuali dengan perkara itu, maka perkara itupun menjadi wajib. “
Selanjutnya didalam perkara Ibadah, dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu :
1.
Ibadah Mahdhoh, yaitu
Ibadah yang Khusus yang telah ditetapkan oleh Allah SWT melalui RasulNya, dan
tidak dapat di rubah, Ibadah ini bersifat Karena Allah dan sesuia Syari’at.
Contoh jenis
Ibadah ini adalah Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat, Haji, Wudlu.
Kaidah Ushul
yang berlaku bagi Ibadah Mahdhoh adalah sbb;
الأصل في العبادات التوقيف
“ Asal dari
Ibadah adalah Tawqif (Terhenti/ Terlarang) “
Sehingga ada
dalil perintahnya.
2.
Ibadah Ghoiru Mahdhoh,
yaitu Ibadah yang bersifat umum, maksudnya adalah setiap aspek perbuatan manusia bisa menjadi Ibadah
tergantung maqosid, ibadah ini bergantung kepada niat, jika suatu perbuatan
baik dengan niat karena Allah maka perbuatan tersebut dapat bernilai ibadah.
Contoh Ibadah ini adalah seperti berkumpulnya beberapa orang untuk membaca Qur’an,
berdzikir, membantu orang lain.
Kaidah Ushul
yang berlaku pada Ibadah Ghoiru Mahdhoh adalah sbb ;
الاصل فى الاشياء الاباحة حتى يدل الدليل على تحريمه
“ Asal dari
setiap sesuatu (Perbuatan) adalah Mubah (Boleh) sehingga ada dalil yang
melarangnya. “
Sejatinya telah jelas sekali bahwasannya amalan seperti
Tahlilan, Maulidan dll, dalam rangka menjaga tali silaturahim adalah amalan
yang termasuk kedalam Ibadah Ghoiru Mahdhah, sehingga selama tidak ada dalil
yang secara jelas melarangnya maka amalan tersebut adalah boleh, bahkan menjadi
Nilai Ibadah yang sangat baik karena didalamnya terdapat amaliyah yang
diperintahkan.
Tambahan :
Hadits-hadits Shahih berkenaan sampainya pahala sedekah,
tasbih dan bacaan Al Qur’an untuk Mayit...
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ رَجُلًا اَتَى النَّبِيَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ أُمِّيَ افْتُلِتَتْ نَفْسَهَا
وَلَمْ تُوْصِ وَاَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ اَفَلَهَا اَجْرٌ اِنْ تَصَدَّقْتُ
عَنْهَا قَالَ نَعَمْ (رواه مسلم ،١٦٧٢(
“Dan ‘Aisyah RA, “Seorang laki-laki bertanya kepada Nabi
SAW, “Ibu saya meninggal secara mendadak dan tidak sempat berwasiat. Saya
menduga seandainya ia dapat berwasiat, tentu ia akan bersedekah. Apakah ia akan
mendapat pahala jika saya bersedekah atas namanya?” Nabi menjawab, “Ya”.”
(HR.Muslim, :1672).
Dalam
kitab Nail al Authar juz IV juga disebutkan sebuah hadits soheh yang berbunyi:
وَعَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ
رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمِ اِنَّ أَبِي مَاتَ وَلَمْ
يُوْصِ أَيَنْفَعُهُ اِنْ اَتَصَدَّقُ عَنْهُ؟ قَالَ نَعَمْ، (رواه أحمد ومسلم والنساء
وابن ماجه(
“ Dari Abu Hurairah, ia meriwayatkan: Ada laki-laki datang
kepada Nabi lalu ia berkata: Ayahku telah meninggal dunia dan ia tidak
berwasiat apa-apa. Apakah saya bias memberikan manfaat kepadanya jika saya
bersedekah atas namanya? Nabi menjawab: Ya, dapat (HR. Ahmad, Muslim, Nasa’I,
dan Ibnu Majah).”
عَنْ اَبِي دَرْأَنْ نَاسًا مِنْ اَصْحَابِ النَّبِي
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوْا لِلنَّبِي ص.م يَارَسُوْلَ اللهِ ذَهَبَ
اَهْلِ الدُّثُوْرِ بِالْاُجُوْرِ يُصَلُّوْنَ كَمَا تُصَلَّى وَيَصُوْمُوْنَ كَمَا
تَصُوْمُ وَيَتَصَدَّقُوْنَ بِفُضُوْلِ اَمْوَالِهِمْ قَالَ اَوَ لَيْسَ قَدْ جَعَلَ
اللهُ لَكُمْ مَا تَصَدَّقُوْنَ اِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ
صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةٌ (رواه مسبلم،١٦٧٤(
“Dari Abu Dzarr RA,ada beberapa
sahabat berkata kepada Nabi SAW,” Ya Rosulullah, orang-oarng yang kaya bisa
(beruntung) mendapatkan banyak pahala. (Padahal) mereka shalat seperti kami
shalat. Mereka berpuasa seperti kami berpuasa. Mereka bersedekah dengan
kelebihan harta mereka. Nabi SAW menjawab, “ Bukankah Allah SWT telah
menyediakan untukmu sesuatu yang dapat kamu sedekahkan? Sesungguhnya setiap
satu tasbih (yang kamu baca) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah,
setiap tahmid adalah sedekah, dan setiap tahlil adalah sedekah.” (HR. Muslim
:1674 ). “
Wallahu A’lam... Semoga ada manfa’atnya.