Segolongan
orang yang menghindari fitnah, pertikaian dan perselisihan umat sepeninggal
Nabinya, Segolongan orang ini lah yang mendapatkan pertolongan dan Rahmat dari
Allah swt....
Oleh :
donnieluthfiyy
Disadur
dari Tafsir Surat Yasin Syaikh Hamami Zadah Hal. 11.
Ayat ke –
36
سُبْحَانَ الَّذِي خَلَقَ الْأَزْوَاجَ كُلَّهَا مِمَّا تُنبِتُ
الْأَرْضُ وَمِنْ أَنفُسِهِمْ وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ
Artinya : Maha Suci Allah yang menciptakan semua
berpasang-pasangan, dari apa yang di tumbuhkan dari bumi serta dari diri
mereka, dan dari apa yang tidak mereka
ketahui. (QS.Yasin:36).
Pada ayat وَمِمَّا لَا يَعْلَمُونَ “ Dari apa yang tidak mereka ketahui “,
Syaikh Hamami Zadah mengutip sebuah hadits Rasulullah saw ketika beliau di Isro’
kan.
Kisah dalam hadits tersebut adalah kisah tentang
Bani Israil sepeninggal Nabi Musa as, kemudian setelah itu terjadi Fitnah
berupa perselisihan dan pertikaian sehingga melahirkan Peperangan diantara
mereka, mereka satu sama lain saling bunuh-membunuh sampai tidak disadari dalam
waktu singkat dalam peperangan tersebut telah terbunuh sebanyak 43 Nabi Allah,
kemudian Allah datangkan lagi 200 orang laki-laki yang Ahli Ibadah dan Zuhud,
mereka mengajak kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran, namun 200
Laki-laki tersebut-pun dibunuh oleh mereka dalam peperangan mereka, sehingga
kondisi umat saat itu menjadi kacau balau, saling tuduh sesat dan mengkafirkan
satu sama lainnya.
Adalah satu golongan dari Bani Israil yang mereka
tidak pernah ikut-ikutan dalam pesta pertikaian dan perselisihan Bani Israil
saat itu, mereka lebih memilih berjihad kepada Hawa Nafsunya, menjauhi gelapnya
kebencian dan kemarahan, menjauhi perasaan merasa lebih/ paling benar dari
lainnya, menghindari mengotori tangan mereka dengan darah-darah manusia,
kemudian mereka menjauh dari kelompok-kelompok orang yang sedang bertikai itu,
maka sampailah mereka di tepi pantai di suatu lautan, dan mereka bermunajat
menyeru do’a kepada Allah swt, Dzat yang jelas nyata pasti pertolonganNya, Dzat
yang jelas nyata pasti kebenaranNya, Dzat yang jelas nyata pasti
pengetahuanNya. Segolongan orang tersebut berdo’a memohon kepada Allah swt agar
diselamatkan dari Fasad (Kerusakan) kaum mereka itu. Ketika mereka sedang dalam
keadaan berdo’a, bermunajat serta merendahkan dirinya dihadapan Allah swt, Maka
seketika tiba-tiba muncul lah sebuah lubang yang sangat besar dan dalam di
bawah mereka sehingga mereka terperosok jatuh semuanya kedalam lubang tersebut,
dan tetaplah mereka didalam lubang tersebut untuk mencari jalan keluar selama
18 bulan lamanya, sehingga keluarlah mereka kepada suatu tempat diantara Jabal
(Gunung) Qof, diriwayatkan bahwasannya tempat tersebut berwarna putih keperak-perakan
serta berkilauan seperti kaca, sehingga tinggal lah mereka di tempat tersebut
dalam waktu yang hanya Allah yang mengetahuiNya, dan keberadaan mereka tersebut
tidak diketahui oleh Bani adam/ Manusia yang berada diluar (Maksudnya tidak
diketahui oleh seluruh manusia penduduk Bumi ini), begitupn mereka tidak
mengetahui keberadaaan Bani adam/ manusia yang berada diluar (mereka juga tidak
mengetahui keberadaan manusia lannya).
Selanjutnya ketika
peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad saw, Beliau saw dipertemukan oleh Allah
dengan mereka, Rasulullah saw di tunjukan oleh Allah swt kepada suatu tempat
yang tidak diketahui oleh Hamba-hamba Allah yang lainnya, yang berada diantara
Pegunungan (Jabal) Qof, sebuah tempat yang putih keperak-perakan serta
berkilauan seperti kaca. Ketika Rasulullah saw dipertemukan dengan segolongan
orang dari Bani Israil yang diselamatkan Allah swt dari kerusakan kaumnya
tersebut, mereka menyambut kedatangan Rasulullah saw seraya memuji kepada Allah
swt “ الحمد لله الذي أرانا وجهك يا محمد
“ artinya “ Segala puji bagi Allah yang telah (mengizinkan)
kami memandang wajahmu Yaa Muhammad...” kemudian mereka beriman kepada
Rasulullah saw dan selanjutnya Rasulullah saw mengajarkan kepada mereka
hukum-hukum Syari’at Islam seperti Shalat, Puasa, Zakat dan lain sebagainya
dari hukum-hukum Syari’at Islam. Mereka berkata kepada Rasulullah saw
bahwasannya ketika Nabi Musa as masih ada bersama leluhur mereka, Nabi Musa as
berwasiat kepada leluhur mereka agar nanti ketika mereka atau anak cucu mereka kelak
dipertemukan dengan Nabi Akhir Zaman yang menjadi penutup para Nabi dan Rasul untuk
menyampaikan Salamku (Nabi Musa as) kepada Nabi Akhir Zaman tersebut yakni Nabi
Muhammad saw.
Setelah itu Rasulullah
saw berkeliling melihat perkampungan mereka, maka Rasulullah saw melihat bahwa
Rumah-rumah mereka tidak memiliki pintu, dan beliau saw menanyakan sebabnya
kenapa bisa seperti itu?, Merekapun menjawab bahwasannya tidak ada diantara
mereka perasaan khawatir satu sama lain sehingga tiadalah perlu rumah kami
untuk memiliki penutup pintu. Rasulullah saw pun melihat bahwa Tembok/ Dinding
rumah-rumah mereka sama ratanya, tiada perbedaan antara rumah satu dengan
lainnya, beliau saw menanyakan sebabnya tersebut, maka mereka menjawab
bahwasannya kami merasa sama didalam hati kami (maksudnya tiada perbedaan baik
status sosial, ekonomi maupun nasab). Selanjutnya Rasulullah saw bertanya
berkenaan Masjid mereka yang jaraknya jauh dari rumah-rumah mereka, mereka
menjawab bahwasannya Balasan kebaikan orang yang mendatangi masjid yang jauh
lebih utama dari pada orang yang mendatangi masjid yang dekat. Rasulullah saw
juga bertanya berkenaan Pekuburan mereka yang lokasinya di depan pintu
rumah-rumah mereka, kenapa sebabnya ?, mereka menjawab bahwasannya agar selalu
mengingatkan kami kepada tempat kembali kami kelak (Pekuburan) sehingga kami
tidak terpengaruhi dan tersibukan oleh Dunia, dan kami tidak lupa kepada
kematian. Rasulullah saw bertanya kembali kenapa mereka terlihat tidak pernah
tertawa?, merekapun menjawab bahwasannya tertawa bisa menyebabkan hitamnya hati
oleh sebab itu kami tidak suka tertawa. Rasulullah saw bertanya juga adakah
diantara mereka orang yang sakit ?, mereka menjawab sesungguhnya sakit adalah
kafaroh bagi dosa-dosa, sedangkan kami tidak melakukan dosa (Maksudnya mereka
tidak pernah sakit). Beliau saw pun bertanya tentang bagaimana mereka bercocok
tanam untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka?, mereka pun menjawab Ya.. kami
bercocok tanam, kami menanam dan kemudian sisanya kami pasrahkan dan tawakal
kepada Allah swt, sehingga tiba waktu Panen (Menuai hasil) kami berkumpul
bersama dan datang ke perkebunan/ pertanian kami, kemudian kami mengambil
apa-apa yang kami butuhkan saja tidak lebih dan sisanya kami tinggalkan (Mereka
mengambil hanya sekedar untuk kebutuhan mereka saja agar bisa melanjutkan untuk
beribadah kepada Allah swt). Rasulullah saw bertanya adakah mereka juga
beternak ?, mereka menjawab Ya.. kami berternak di padang pasir, kemudian kami
tinggalkan ternak kami tersebut dibiarkan dipadang pasir, sampai kami membutuhkannya,
maka kami datang ke padang pasir untuk mengambil beberapa ternak yang kami
butuhkan saja, dan sisanya kami tinggalkan ternak kami tersebut di padang pasir
(Hati mereka tidak terbelenggu dalam keserakahan). Kemudian Rasulullah saw
bertanya berkenaan keadaan wajah-wajah mereka yang berwarna kekuningan-kuningan
dan pucat sedangkan tiada diantara mereka orang-orang yang sakit, mereka
menjawab bahwasannya inilah wajah yang senantiasa takut dengan kematian (Karena
kematian adalah pertanggung jawaban kepada sang pemberi kehidupan yaitu Allah
swt). Terakhir Rasulullah saw bertanya apakah banyak diantara mereka
orang-orang yang wafat ?, merekapun menjawab bahwa diantara mereka dalam setiap
tahun terdapat satu jenazah orang yang wafat.
Inilah kaum yang lebih memilih berjihad melawan Hawa Nafsunya ketimbang
mengotori tangan mereka dengan darah-darah manusai, mengotori hatinya dengan
kebencian dan kemarahan, mengotori lisannya dengan caci maki dan laknat, maka
Allah swt memuliakan mereka dengan menempatkan dalam golongan hamba-hambanya
yang beruntung, mereka tidak hanya mendapatkan surga di Akhirat, namun ketika
hidup di dunia-pun mereka telah diberikan surga oleh Allah swt.
Wallahu A’lam.... semoga bermanfa’at.