Kamis, 01 Desember 2016

Apa itu Hawa Nafsu ????




Pada kalimat Hawa Nafsu terdapat dua kata Yakni “ Hawa “ dan “ Nafsu “, dan jika kita merujuk pada firman Allah SWT Dalam surat An Naazi’aat ayat 40 :
وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى
Yang artinya : “ Dan menahan diri dari keinginan “
Jadi bisa di artikan bahwasannya :
Hawa adalah Keinginan.
Nafsu adalah Diri sendiri.
Sehingga Hawa Nafsu berarti Keinginan Diri sendiri.

Kemudian pertanyaan akan semakin berkembang, jika pengertian Hawa Nafsu itu adalah Keinginan Diri sendiri.... apakah berarti kita tidak boleh punya keinginan ?????
Didalam keinginan atau kehendak terbagi menjadi dua, yaitu ada yang dinamakan Hawa dan ada yang dinamakan Irodah.
Hawa datangnya dari diri sendiri dan rentan mendurhakai Allah SWT, karena hawa selalu datang dari tiupan/ bisikan Syaitan dan sebangsanya.
Sedangkan Irodah yaitu keinginan yang muncul atas kehendak Allah SWT, sehingga keinginan itu senantiasa selaras dengan apa yang Allah kehendaki.
Jadi bukan tidak boleh kita punya keinginan, hanya saja kita harus bisa mengendalikannya agar keinginan itu selaras dengan apa yang dikehendaki Allah SWT.

Lanjut.....
Berfatwa, berijtihad atau ber analisa tanpa didukung sanad keilmuwan bisa berpotensi datang dari Hawa Nafsu (Kepentingan untuk memuaskan keinginan sendiri).
Coba kita simak Firman Allah SWT dalam surat An-Najm ayat 3 & 4 :
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى (4)
3. dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya.
4. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan.
Jika kita perhatikan secara seksama disinilah Agama itu dibangun, disampaikan secara sambung menyambung dan langsung tanpa pendapat dan analisa dari keinginannya sendiri (Hawa Nafsu). Karena keinginan (Nafsu) itu selalu memerintah kepada keburukan, seperti di firmankan Allah SWt dalam Surat Yusuf ayat 53 :
إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ
“Sesungguhnya nafs itu selalu menyuruh kepada kejahatan...”

Sampai disini berarti amat sangat penting didalam beragama dan mendalami Ilmu agama kita memiliki sanad keilmuwan yang jelas, kemudian menyampaikanya sesuai apa yang telah kita dapatkan dari seorang Guru dari gurunya dari gurunya dan seterusnya sampai kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Karena jika kita berbicara agama tanpa memiliki sanad keilmuwan yang jelas maka bisa jadi kita bukan sedang membangun agama, tetapi malahan bisa jadi kita sedang merobohkannya, karena apa yang kita sampaikan berasal dari keinginan sendiri (Hawa Nafsu).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar dengan santun dan bersahaja, tidak boleh caci maki atau hujatan, gunakan argumen yang cerdas dan ilmiah

List Video