Kehati-hatian dalam Agama dan
Kehidupan.
Oleh : donnieluthfiyy.
Allah swt berfirman :
وَمَا
كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ
أَوْ يُرْسِلَ رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ ۚ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
“ Dan tidak ada bagi seorang
manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan
wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat)
lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya
Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana “. (Asy Syura’ 51).
Interaksi Allah swt dengan
Hambanya melalui Wahyu atau melalui perantara MalaikatNya adalah interaksi yang
dikhususkan Allah swt hanya kepada para Nabi.
Sehingga para Nabi berinteraksi
dengan Allah swt adalah bersifat Haqiqiy (secara langsung dan gamblang) atau
melalui perantara malaikatnya.
Sedangkan manusia biasa,
berinteraksi dengan Allah swt adalah bersifat Dzoniyy (Prasangka - yg baik)
untuk merasakan kehadirannya dalam hati kemudian mengimani apa2 yang datang
dari utusanNya sebagai perantara RisalahNya kepada Manusia.
Kita sebagai manusia biasa yang
tidak diberikan kemampuan untuk berinteraksi secara langsung dengan Allah swt,
atau dengan Nabi saw. Maka sangat perlu kehatia-hatian dalam menjalani
kehidupan ini, Ada dua cara ketika kita menghadapi problematika kehidupan ini
yang kita tidak mengetahui hakikat kebenarannya kecuali hanya berupa terkaan
dan perkiraan dari penafsiran atas pengetahuan kita sendiri...
Dua cara tersebut adalah :
Rasulullah saw bersabda :
ما
خاب من استخار، وما ندم من استشار
“ Tidak akan gagal orang yang mau
Istikhoroh, dan tidak akan menyesal orang yang mau bermusyawarah”.
Cara yang pertama adalah
dengan jalan Istikhoroh sampai Allah swt memberikan jawaban dari problematika
tersebut, jika dalam Istikhoroh Allah swt belum juga memberikan jawaban, maka
berarti Allah swt sedang menguji kesabaran kita atau menunggu saat yang tepat
menurut kehendak Allah swt atas jawabaNya tersebut.
Syaikh Ibnu Athoillah dalam
Hikamnya menyampaikan :
لاَ
يَــكُنْ تَــأَخُّرُ أَ مَدِ الْعَطَاءِ مَعَ اْلإِلْـحَـاحِ فيِ الدُّعَاءِ مُوْجِـبَاً
لِـيَأْسِكَ؛ فَـهُـوَ ضَمِنَ لَـكَ اْلإِجَـابَـةَ فِيمَا يَـخْتَارُهُ لَـكَ لاَ
فِيمَا تَـختَارُ لِـنَفْسِكَ؛ وَفيِ الْـوَقْتِ الَّـذِيْ يُرِ يـْدُ لاَ فيِ الْـوَقْتِ
الَّذِي تُرِ يدُ
" Janganlah karena
keterlambatan datangnya pemberian-Nya kepadamu, saat engkau telah
bersungguh-sungguh dalam berdoa, menyebabkan engkau berputus asa; sebab Dia
telah menjamin bagimu suatu ijabah (pengabulan doa) dalam apa-apa yang Dia
pilihkan bagimu, bukan dalam apa-apa yang engkau pilih untuk dirimu; dan pada
waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau kehendaki."
Cara kedua jika
problematika sudah sangat membutuhkan suatu keputusan maka langkah selanjutnya
yaitu dengan musyawarah, dan jangan bercerai-berai karena belum adanya
kesepakatan serta jangan berselisih, tetaplah bersabar.
Allah swt berfirman dalam Surat
Ali Imran ayat 103 :
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ
إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا
كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“ Dan berpeganglah kamu semuanya
kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka
Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah
orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk “.
kemudian selalu ingatlah
bahwasannya Allah swt juga selalu menguji para Hambanya, Allah swt berfirman
dalam surat Al Anfal ayat 30 :
ويمكرون
وَيَمْكُرُ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Dalam tafsir Baghowi menafsirkan berkenaan ayat ini ;
ويمكرون
ويمكر الله " ، قال الضحاك : يصنعون ويصنع الله ، والمكر والتدبير وهو من الله
التدبير بالحق
. وقيل : يجازيهم جزاء المكر " والله خير
الماكرين " .
“Mereka makar kepada Allah dan Allah membalas makar itu “, Imam
Dhohak berkata : Mereka membuat (makar) dan Allah membuat (balasan Makar itu),
dan adapun Makar serta Tadbir (Perencanaan makar) adalah dari Allah yaitu berupa
perencanaan yang haq. Dan dikatakan : Allah membalas dengan balasan makar “ Dan
Allah sebaik-baik Pembalas makar “.
Selanjutnya Allah SWT berfirman:
اَفَاَمِنُوْا مَكْرَ
اللّٰهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْخٰسِرُوْنَ
"Atau apakah mereka merasa
aman dari makar Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman
dari makar Allah selain orang-orang yang rugi." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 99)
Disini perlunya kehati-hatian
dalam setiap tindak-tanduk serta keputusan kita dalam Agama dan menjalani kehidupan
ini.
Dalam Kitab Jami’ul Ushul fil
Aulia Mushonif menyampaikan berkenaan dengan Bab Haqiqat Niat dan Istikhoroh
sebagai berikut :
كم
عبد أمين عن الأموال غير أمين عن الفروخ, ورب عبد أمين عن الفروخ غير أمين عن
الأخلاق, ورب عبد أمين عن الأخلاق غير أمين عن الأحوال, ورب عبد أمين عن الأحوال
غير أمين عن الدين
“ Berapa banyak hamba yang aman
dari hartanya namun tidak aman dari farjinya (Kemaluannya), dan tidak sedikit hamba
yang aman dari kemaluannya namun tidak aman dari akhlaknya, dan tidak sedikit
hamba yang aman dari akhlaknya namun tidak aman dari Keadaan (Jiwa) nya, dan
tidak sedikit pula hamba yang aman dari Keadaan (jiwa) nya namun tidak aman
dari agamanya.
Wallahu A’lam..... Semoga
bermanfa’at.